Bappenas: BLSM gagal tekan kemiskinan
A
A
A
Sindonews.com - Menteri PPN/Kepala Bappenas, Armida S Alisjahbana mengakui paket Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang digunakan sebagai jaring sosial meminimalisir kemiskinan pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kurang efektif dalam mengurangi kemiskinan.
Hal ini ditandai dengan keluarnya data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengatakan, jumlah orang miskin pada September malah meningkat 480.000 menjadi 28,55 juta orang dari 28,07 juta orang pada Maret 2013.
"Memang efektifitas implementasinya (BLSM) masih kurang optimal sebagai kompensasi naiknya harga BBM," ujar Armida di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis (2/1/2013).
Armida menjelaskan, salah satu penyebab BLSM kurang optimal adalah besaran BLSM yang hanya Rp600 ribu (empat kali pemberian) per rumah tangga masih belum sesuai dengan angka inflasi akibat harga BBM.
"Ini termasuk akibat tingginya kenaikan harga bahan-bahan pokok ketika bulan puasa dan Lebaran, selain dari kenaikan harga BBM," katanya.
Selain itu, lanjut Armida, masa persiapan yang tergolong sangat singkat juga turut memberi andil kurang efektifnya pemberian BLSM tersebut.
"Ini juga sejalan dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi dari yang diperkirakan tahun ini yang mencapai 8,38 persen. Padahal dalam APBNP 2013 ditargetkan 7,2 persen," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, BPS mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2013 menjadi 28,55 juta orang atau meningkat 480 ribu orang dari 28,07 juta orang pada Maret 2013.
Kepala BPS, Suryamin menyebut, pedesaan masih menyumbang angka kemiskinan sebesar 10,63 juta. Jumlah orang miskin di desa menjadi 17,74 juta.
Dia juga menyoroti penyebab utama meningkatnya angka kemiskinan salah satunya adalah kenaikan harga-harga barang karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada pertengahan tahun lalu.
"Fenomenanya sama dengan kenaikan harga BBM tahun 2005 dimana angka kemiskinan naik dari 35,1 juta orang menjadi 39,3 juta," ungkapnya di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (2/1/2014).
Hal ini ditandai dengan keluarnya data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengatakan, jumlah orang miskin pada September malah meningkat 480.000 menjadi 28,55 juta orang dari 28,07 juta orang pada Maret 2013.
"Memang efektifitas implementasinya (BLSM) masih kurang optimal sebagai kompensasi naiknya harga BBM," ujar Armida di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis (2/1/2013).
Armida menjelaskan, salah satu penyebab BLSM kurang optimal adalah besaran BLSM yang hanya Rp600 ribu (empat kali pemberian) per rumah tangga masih belum sesuai dengan angka inflasi akibat harga BBM.
"Ini termasuk akibat tingginya kenaikan harga bahan-bahan pokok ketika bulan puasa dan Lebaran, selain dari kenaikan harga BBM," katanya.
Selain itu, lanjut Armida, masa persiapan yang tergolong sangat singkat juga turut memberi andil kurang efektifnya pemberian BLSM tersebut.
"Ini juga sejalan dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi dari yang diperkirakan tahun ini yang mencapai 8,38 persen. Padahal dalam APBNP 2013 ditargetkan 7,2 persen," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, BPS mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2013 menjadi 28,55 juta orang atau meningkat 480 ribu orang dari 28,07 juta orang pada Maret 2013.
Kepala BPS, Suryamin menyebut, pedesaan masih menyumbang angka kemiskinan sebesar 10,63 juta. Jumlah orang miskin di desa menjadi 17,74 juta.
Dia juga menyoroti penyebab utama meningkatnya angka kemiskinan salah satunya adalah kenaikan harga-harga barang karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada pertengahan tahun lalu.
"Fenomenanya sama dengan kenaikan harga BBM tahun 2005 dimana angka kemiskinan naik dari 35,1 juta orang menjadi 39,3 juta," ungkapnya di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (2/1/2014).
(izz)