Kenaikan elpiji 12 kg picu peralihan dan penyuntikan ilegal

Kamis, 02 Januari 2014 - 20:53 WIB
Kenaikan elpiji 12 kg...
Kenaikan elpiji 12 kg picu peralihan dan penyuntikan ilegal
A A A
Sindonews.com - Kenaikan harga elpiji 12 kg yang diterapkan oleh PT Pertamina dari kisaran harga Rp78.000-Rp85.000 per tabung, menjadi kisaran Rp130 ribu per tabung dikhawatirkan bakal memicu gelombang peralihan konsumen dari pengguna elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg.

Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jateng, Ngargono mengatakan, kenaikan harga elpiji 12 kg tidak akan berdampak langsung pada masyarakat miskin karena masyarakat miskin sudah mendapatkan layanan elpiji 3 kg yang bersubsidi. Namun, dampak tidak langsungnya adalah kenaikan sejumlah barang dagangan seperti makanan, yang pastinya akan berimbas pada masyakat bawah.

Di sisi lain pertamina harus mengantisipasi timbulnya gelombang peralihan konsumen elpiji 12 kg ke elpiji 3 Kg, pasalnya pengguna elpiji 12 kg tidak hanya kalangan pelaku usaha, namuan juga rumah tangga. Gelombang peralihan ini tidak akan bisa dibendung mengingat disparitas (perbedaan) harga jual elpiji 12 kg dengan elpiji 3 kg cukup jauh.

“Harga yang sekarang disparitasnya sangat jauh, sampai dua kali lipat, siapapun pasti akan beralih ke elpiji 3 kg, hal ini harus diwaspadai oleh Pertamina, karena jika konsumen elpiji 3 kg semakin banyak pasti akan terjadi kelangkaan,” katanya.

Ngargono menilai, meskipun elpiji 3 kg khusus untuk kalangan masyakat miskin, namun demikian akan sulit untuk mengontrol bahwa distribusi elpiji 3 kg tepat sasaran. Terbukti, sampai saat ini masyarakat menegah pun menggunakan elpiji 3 kg tanpa bisa diawasi.

Hal lain yang perlu diwaspadai oleh pertamina adalah, meningkatnya praktik penyuntikan gas Ilegal dari tabung 3 kg ke tabung 12 kg. Bagi pelaku praktik penyuntikan ilegal ini adalah angin segar karena keuntungannya akan semakin besar.

"Contohnya begini, empat tabung gas 3 kg dengan harga satuan Rp15 ribu, orang hanya butuh Rp60 ribu untuk bisa mendapatkan 12 kg gas. Kalau disuntukan ke tabung 12 kg yang sekarang harganya mencapai Rp130 ribu, dijual eceran Rp100 ribu untungnya sudah berapa," katanya.

Untuk mengantisipasi dua hal tersebut, Ngargono menilai Pertamina harus kembali menerapkan kartu kendali elpiji, seperti awal-awal diberlakukannya konversi minyak ke gas. Selain itu, Pertamina juga harus melakukan pembatasan distribusi yang disesuaikan dengan kuota kebutuhan.

“Selama ini Pertamina membebaskan peredaran elpiji 3 kg jadi semua sekmen bisa membelinya. Mulai sekarang harus diperketat lagi, salah satunya adalah kembali mengaktifkan kartu kendali dan melakukan pendataan secara tepat,” tandasnya.

Sementara itu, kenaikan harga elpiji 12 kg membuat pelaku usaha terutama warung makan terancam merugi. Harga elpiji yang naik mencapai Rp50 ribu per tabung membuat para pelaku usaha warung makan mau tidak mau harus menaikan harga makanannya.

“Ya mau bagaimana lagi, mau tidak mau harga makanan harus naik,” kata Titin, pemiliki warung makan di kawasan stadion Citarum, Semarang yang setiap minggunya bisa menghabisakan 2-3 gas ukuran 12 kg.

Dampak naiknya harga elpiji 12 kg, tidak hanya dirasakan oleh masyarakat, namun juga para Agen elpiji 12 Kg sendiri. Para agen ini mengkhawatirkan terjadinya peralihan penggunaan elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg yang dampaknya pada kerugian usaha. Pasalnya meskipun terjadi kenaikan, namun margin keuntungan tidak berubah.

Manajer PT Duta Prima Harapan Santosa Fernando Fery salah satu agen Pertamina, mengatakan, peralihan konsumen tidak akan bisa dihindari terutama yang konsumen rumah tangga.

“Hari pertama saja, tadi ada mobil Alphard datang ke sini, saya pikir akan beli Bright Gas, tidak tahunya malah tanya gas yang 3 kg,” katanya saat ditemui di kantornya di Jalan Kartini 49.

PT Duta Harapan Santosa setiap hari mendapatkan pasokan elpiji 12 kg antara 325 sampai 400 tabung. Yang sebelumnya per tabung dijual dengan harga Rp79.000-Rp80 ribu, dengan kenaikan harga baru ini dijual antara Rp123.000-Rp128.000. ”Rp123.000 kalau konsumen datang sendiri, sedangkan Rp128.000 jika diantar,” katanya.

Fery mengaku, belum akan melakukan pengurangan pasokan terlebih dahulu, namun jika nantinya terjadi penurunan jumlah permintaan di lapangan maka dirinya akan meminta pengurangan pasokan dari Pertamina. ”Kita tidak bisa berbuat apa-apa karena memang kenaikan harga ini dari Pertamina bukan dari kami,” ucapnya.

Terpisah, Assisten Manager External Relation PT Pertamina Region 4 Jateng-DIY, Roberth MV Dumatubun mengatakan, kondisi ini diyakini tidak akan banyak berpengaruh pada daya beli masyarakat, mengingat konsumen elpiji non subsidi kemasan 12 kg adalah kalangan mampu.
Adapun untuk masyarakat konsumen ekonomi lemah dan usaha mikro, pemerintah telah menyediakan elpiji 3 kg bersubsidi yang harganya lebih murah.

Terkait kekhawatiran kenaikan harga elpiji non subsidi kemasan 12 kg akan memicu migrasi konsumen ke elpiji 3 kg, Roberth menuturkan, Pertamina saat ini telah mengembangkan sistem monitoring penyaluran elpiji 3 kg yang diimplementasikan secara bertahap mulai bulan Desember 2013.

“Dengan adanya sistem ini, Pertamina akan dapat memonitor penyaluran elpiji 3 kg hingga level pangkalan, berdasarkan alokasi daerahnya,” katanya.

“Namun demikian, dukungan pemerintah tetap diharapkan melalui penerapan sistem distribusi tertutup elpiji 3 kg serta penerbitan ketentuan yang membatasi jenis konsumen yang berhak untuk menggunakan elpiji 3 kg," tegasnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0817 seconds (0.1#10.140)