Elpiji 3 kg mulai langka, stok 12 kg melimpah
A
A
A
Sindonews.com - Kenaikan harga elpiji 12 kg gram yang mencapai 63 persen atau sekitar Rp 3.959 per kilogramnya membuat banyak masyarakat mulai beralih ke elpiji 3 kg. Hal ini mengakibatkan, elpiji ukuran 3 kg mulai langka, sementara elpiji ukuran 12 kg kurang diminati.
Berdasarkan pantuan lapangan, sejumlah pengecer dan agen elpiji 3 kg di Kota Semarang, sudah banyak yang kehabisan stok. Habisnya stok elpiji 3 kg ini dikarenakan semakin banyak diburu oleh masyarakat terutama rumah tangga.
Karena kehabisan stok, para pengecer dan agen pun tidak bisa berbuat banyak, dan hanya bisa menunggu kiriman dari Depo Pertamina.
Yayuk, salah satu pemilik pangkalan gas elpiji 3 kg di Jalan Tegalsari, Kota Semarang mengaku, sudah tidak memiliki stok elpiji 3 kg. Sudah habisnya stok tersebut, selain disebabkan semakin banyak pelanggan yang mencari, namun juga dikarenakan pasokan dari Pertamina mengalami keterlambatan.
Menurut Yayuk, Pertamina sering mengalami keterlambatan pengiriman. Tidak hanya itu, Pertamina juga melakukan pengurangan pasokan. “Sekarang ini permintaan tinggi tapi dari pertamina malah mengurangi jatah. Padahal sebelumnya, seminggu bisa tiga kali dan jumlahnya tidak dibatasi,” katanya, Jumat (3/1/2014).
Yayuk mengaku, selain sulitnya pasokan elpiji, Dirinya juga mengeluhkan tingginya harga elpiji 3 kg dari sub agen sebesar Rp14 ribu per tabung, sehingga dirinya harus menaikkan penjualan menjadi Rp15 hingga Rp16 ribu pertabungnya.
Hal yang sama diungkapkan, oleh Suhimin agen di RT 6 Rw 3 kelurahan Gajahmungku. Ditempatnya saat ini juga sudah tidak memiliki stok sama sekali. Akibatnya dirinya harus menolak beberapa pelanggan yang datang kerumahnya. “Sampai di depan rumah saya kasih tulisan elpiji 3 kg kosong,” ujarnya.
Suhimin juga mengaku, pasokan elpiji 3 kg dari sub agen juga mengalami keterlambatan, bahkan sejak bulan Desember lalu. “Ini sudah tiga hari tidak ada kiriman, saya hubungi agennya tidak ada jawaban,” katanya.
Dengan kelangkaan elpiji 3 kg membuat masyarakat mau tidak mau harus membeli elpiji 12 kg, demi dapur tetap “ngebul”.”Ya mau bagaimana lagi mas, kalau ndak beli ya ndak masak,” kata salah satu ibu rumah tangga Ani Farida, warga Bulu Stalan.
Sementara itu di sejumlah agen elpiji 12 kg saat ini justru stoknya berlimpah. Hal ini dikarenakan penjualan mengalami penurunan, akibat banyak konsumen rumah tangga yang beralih ke elpiji 3 kg.
Pemilik agen Ardian Elpiji di Lamper, Sa’at mengaku cukup terkejut dengan kenaikan elpiji 12kilogram yang cukup tinggi yakni 68 persen atau sebesar Rp 3.959 per kilogramnya. Terlebih harga tersebut belum disesuaikan dengan stasiun elpiji ke titik serah atau supply point.
Sa’at mengaku, meski harga naik cukup tinggi, pasokan elpiji 12 kg cukup lancar. Walaupun, menurut agen tempatnya mengambil elpiji pasokan 12 kilogram berkurang.”Pasokannya lancar tapi penjualannya yang seret. Biasanya sehari bisa lebih dari 10 tabung hari ini saja baru enam tabung,” katanya.
Dengan kenaikan harga yang ditetapkan Pertamina, Sa’at mengaku, membeli elpiji 12 kg dari agennya sebesar Rp 126 ribu per tabung dan dijualnya dengan harga Rp 130 ribu untuk pengusaha rumah makan dan restoran dan sebesar Rp135 ribu rupiah untuk konsumen rumah tangga.
Berdasarkan pantuan lapangan, sejumlah pengecer dan agen elpiji 3 kg di Kota Semarang, sudah banyak yang kehabisan stok. Habisnya stok elpiji 3 kg ini dikarenakan semakin banyak diburu oleh masyarakat terutama rumah tangga.
Karena kehabisan stok, para pengecer dan agen pun tidak bisa berbuat banyak, dan hanya bisa menunggu kiriman dari Depo Pertamina.
Yayuk, salah satu pemilik pangkalan gas elpiji 3 kg di Jalan Tegalsari, Kota Semarang mengaku, sudah tidak memiliki stok elpiji 3 kg. Sudah habisnya stok tersebut, selain disebabkan semakin banyak pelanggan yang mencari, namun juga dikarenakan pasokan dari Pertamina mengalami keterlambatan.
Menurut Yayuk, Pertamina sering mengalami keterlambatan pengiriman. Tidak hanya itu, Pertamina juga melakukan pengurangan pasokan. “Sekarang ini permintaan tinggi tapi dari pertamina malah mengurangi jatah. Padahal sebelumnya, seminggu bisa tiga kali dan jumlahnya tidak dibatasi,” katanya, Jumat (3/1/2014).
Yayuk mengaku, selain sulitnya pasokan elpiji, Dirinya juga mengeluhkan tingginya harga elpiji 3 kg dari sub agen sebesar Rp14 ribu per tabung, sehingga dirinya harus menaikkan penjualan menjadi Rp15 hingga Rp16 ribu pertabungnya.
Hal yang sama diungkapkan, oleh Suhimin agen di RT 6 Rw 3 kelurahan Gajahmungku. Ditempatnya saat ini juga sudah tidak memiliki stok sama sekali. Akibatnya dirinya harus menolak beberapa pelanggan yang datang kerumahnya. “Sampai di depan rumah saya kasih tulisan elpiji 3 kg kosong,” ujarnya.
Suhimin juga mengaku, pasokan elpiji 3 kg dari sub agen juga mengalami keterlambatan, bahkan sejak bulan Desember lalu. “Ini sudah tiga hari tidak ada kiriman, saya hubungi agennya tidak ada jawaban,” katanya.
Dengan kelangkaan elpiji 3 kg membuat masyarakat mau tidak mau harus membeli elpiji 12 kg, demi dapur tetap “ngebul”.”Ya mau bagaimana lagi mas, kalau ndak beli ya ndak masak,” kata salah satu ibu rumah tangga Ani Farida, warga Bulu Stalan.
Sementara itu di sejumlah agen elpiji 12 kg saat ini justru stoknya berlimpah. Hal ini dikarenakan penjualan mengalami penurunan, akibat banyak konsumen rumah tangga yang beralih ke elpiji 3 kg.
Pemilik agen Ardian Elpiji di Lamper, Sa’at mengaku cukup terkejut dengan kenaikan elpiji 12kilogram yang cukup tinggi yakni 68 persen atau sebesar Rp 3.959 per kilogramnya. Terlebih harga tersebut belum disesuaikan dengan stasiun elpiji ke titik serah atau supply point.
Sa’at mengaku, meski harga naik cukup tinggi, pasokan elpiji 12 kg cukup lancar. Walaupun, menurut agen tempatnya mengambil elpiji pasokan 12 kilogram berkurang.”Pasokannya lancar tapi penjualannya yang seret. Biasanya sehari bisa lebih dari 10 tabung hari ini saja baru enam tabung,” katanya.
Dengan kenaikan harga yang ditetapkan Pertamina, Sa’at mengaku, membeli elpiji 12 kg dari agennya sebesar Rp 126 ribu per tabung dan dijualnya dengan harga Rp 130 ribu untuk pengusaha rumah makan dan restoran dan sebesar Rp135 ribu rupiah untuk konsumen rumah tangga.
(gpr)