Wali kota Depok blusukan ke SPBE gas
A
A
A
Sindonews.com - Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail memanfaatkan momentum kenaikan harga gas elpiji dengan meninjau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) di Cinangka, Sawangan, Depok. Disana, Nur Mahmudi mengecek proses distribusi gas kepada agen agar tak ada kelangkaan di masyarakat.
Peninjauan tersebut juga dilakukan bersama Hiswana Migas Depok. Gonjang - ganjing kenaikan harga elpiji 12 kilogram, membuat para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Depok mengeluh.
"Kenaikan harga 12 kilogram kami coba meyakinkan supply aman, kami berharap isu ini jangan sampai menimbulkan gejolak di masyarakat, supply nasional harus diperhatikan, karena program konversi harga lebih murah, supply tak terhambat, harus memperhatikan UMKM kita," tukasnya kepada wartawan, Senin (6/01/2014).
Nur Mahmudi menambahkan kegiatan UMKM merupakan penentu perekonomian nasional. Pemerintah, kata dia, didorong untuk memperjuangkan nilai rupiah kembali ke angka Rp10 ribu.
"Kita berharap Hiswana Migas memantau detail di supply chains 12 kilogram, terutama karena itu tak diatur pemerintah, agar tak ganggu gejolak, harga dari Pertamina ada sampai di agen, masyarakat bisa beli di pangkalan, range harga maksimal juga harusnya ditetapkan di tingkat pengecer, agar tak bervariasi," katanya.
Ketua Hiswana Migas Depok Athar Susanto mengatakan pihaknya menjamin bahwa 1,4 juta tabung elpiji 3 kilogram masih aman dan tak ada kelangkaan. Athar menegaskan jika Pertamina sudah ada keputusan untuk membatalkan kenaikan harga atau menurunkan harga gas elpiji 12 kilogram, maka secara otomatis di Depok langsung mengikuti harga tersebut.
"Kita jamin tak ada kelangkaan di Depok, sebenarnya kami juga sediakan gas jenis bright gas yang lebih safety harganya Rp 125 ribu. Kami ada 24 agen di Depok, alokasi tiap bulan 1,4 juta tabung, kami belum dapat laporan sampai sejauh itu apakah langka atau ada kenakalan, kami melakukan monitoring via internet di seluruh agen di Depok," tandasnya.
Peninjauan tersebut juga dilakukan bersama Hiswana Migas Depok. Gonjang - ganjing kenaikan harga elpiji 12 kilogram, membuat para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Depok mengeluh.
"Kenaikan harga 12 kilogram kami coba meyakinkan supply aman, kami berharap isu ini jangan sampai menimbulkan gejolak di masyarakat, supply nasional harus diperhatikan, karena program konversi harga lebih murah, supply tak terhambat, harus memperhatikan UMKM kita," tukasnya kepada wartawan, Senin (6/01/2014).
Nur Mahmudi menambahkan kegiatan UMKM merupakan penentu perekonomian nasional. Pemerintah, kata dia, didorong untuk memperjuangkan nilai rupiah kembali ke angka Rp10 ribu.
"Kita berharap Hiswana Migas memantau detail di supply chains 12 kilogram, terutama karena itu tak diatur pemerintah, agar tak ganggu gejolak, harga dari Pertamina ada sampai di agen, masyarakat bisa beli di pangkalan, range harga maksimal juga harusnya ditetapkan di tingkat pengecer, agar tak bervariasi," katanya.
Ketua Hiswana Migas Depok Athar Susanto mengatakan pihaknya menjamin bahwa 1,4 juta tabung elpiji 3 kilogram masih aman dan tak ada kelangkaan. Athar menegaskan jika Pertamina sudah ada keputusan untuk membatalkan kenaikan harga atau menurunkan harga gas elpiji 12 kilogram, maka secara otomatis di Depok langsung mengikuti harga tersebut.
"Kita jamin tak ada kelangkaan di Depok, sebenarnya kami juga sediakan gas jenis bright gas yang lebih safety harganya Rp 125 ribu. Kami ada 24 agen di Depok, alokasi tiap bulan 1,4 juta tabung, kami belum dapat laporan sampai sejauh itu apakah langka atau ada kenakalan, kami melakukan monitoring via internet di seluruh agen di Depok," tandasnya.
(gpr)