Bank Papua optimistis jadi bank devisa tahun ini
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Pembangunan Daerah Papua (Bank Papua) manargetkan dapat menjadi bank devisa di tahun ini. Perseroan menargetkan akan meraih izin dari regulator untuk melayani transaksi ekspor impor perusahaan perusahaan internasional di Papua dan Papua Barat.
Direktur Utama PT Bank Papua Johan Kafiar mengatakan, perseroan optimistis izin menjadi bank devisa akan diraih setelah menjalin kerjasama dengan PT Freeport Indonesia. Dengan kerjasama ini maka perseroan sudah memiliki kepastian untuk melakukan layanan yang menggunakan valuta asing (valas).
"Secara modal inti kami targetkan mencapai Rp4 triliun tahun ini sehingga sudah melampaui syarat. Namun intinya sudah menjalin kerjasama dengan Freeport sebagai syarat menjadi bank devisa," ujar Johan saat ditemui di Jayapura, Papua, Selasa (7/1/2014).
Dari kerjasama tersebut, perseroan telah meraih tambahan hampir 3 ribu rekening baru dari pegawai Freeport. Bahkan kedepan juga sedang diupayakan untuk menjalin kerjasama dengan 20 perusahaan rekanan Freeport.
Hal ini dapat tercapai dengan bantuan Pemerintah Provinsi yang melakukan renegosiasi perjanjian dengan Freeport. Perseroan juga sedang dalam pendekatan dengan beberapa perusahaan di Papua untuk bekerjasama. "Selain Freeport kami tergetkan akan bekerjasama dengan dua perusahaan lainnya. Salah satunya ialah Kodeco Group," ujarnya.
Dia juga mengatakan, hal ini sebagai strategi menjadi Bank Regional Champion (BRC) dengan menjadi tuan rumah di wilayahnya. Bahkan perseroan juga menargetkan penambahan 30 kantor cabang baru di tahun ini. Hal ini dibutuhkan khususnya di daerah yang menjadi pusat produksi. Sehingga dana yang masuk dari APBD tidak keluar dari Bank Papua.
"Selama ini dana APBD yang masuk itu akan keluar di akhir tahun untuk pembayaran proyek. Dengan adanya cabang disana maka mereka bisa terus menggunakan jasa kita," ujarnya.
Selain itu, perseroan juga akan menggenjot kredit sindikasi sebagai peluang untuk menyalurkan kredit di luar daerahnya. Hal ini juga dapat menunjukkan eksistensi perusahaan dalam turut mengembangkan industri di tanah air. "Kami tidak bisa hanya di rumah saja, tapi harus keluar. Tahun depan kami targetkan bisa capai Rp1 triliun sindikasinya," ujarnya.
Menurut Johan, pertumbuhan penyaluran kredit perusahaan pada tahun 2014 diestimasi sekitar 18 persen menjadi Rp13 triliun dari target tahun ini sebesar Rp11,3 triliun. Pertumbuhan ini jauh lebih rendah dari estimasi pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 30 persen.
Sektor konstruksi dan infrastruktur merupakan sektor yang paling diandalkan dalam menyalurkan kreditnya. Sedangkan suku bunga tertinggi ditargetkan di level 15,5 persen dari posisi saat ini hampir 18 persen. "Memang karena kebijakan dan imbauan BI, kredit kami sedikit pelan," ujarnya.
Untuk mengimbangi pertumbuhan kredit, perusahaan juga menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tahun ini sebesar Rp17 triliun. Atau tumbuh dari tahun lalu Rp16 triliun.
Direktur Utama PT Bank Papua Johan Kafiar mengatakan, perseroan optimistis izin menjadi bank devisa akan diraih setelah menjalin kerjasama dengan PT Freeport Indonesia. Dengan kerjasama ini maka perseroan sudah memiliki kepastian untuk melakukan layanan yang menggunakan valuta asing (valas).
"Secara modal inti kami targetkan mencapai Rp4 triliun tahun ini sehingga sudah melampaui syarat. Namun intinya sudah menjalin kerjasama dengan Freeport sebagai syarat menjadi bank devisa," ujar Johan saat ditemui di Jayapura, Papua, Selasa (7/1/2014).
Dari kerjasama tersebut, perseroan telah meraih tambahan hampir 3 ribu rekening baru dari pegawai Freeport. Bahkan kedepan juga sedang diupayakan untuk menjalin kerjasama dengan 20 perusahaan rekanan Freeport.
Hal ini dapat tercapai dengan bantuan Pemerintah Provinsi yang melakukan renegosiasi perjanjian dengan Freeport. Perseroan juga sedang dalam pendekatan dengan beberapa perusahaan di Papua untuk bekerjasama. "Selain Freeport kami tergetkan akan bekerjasama dengan dua perusahaan lainnya. Salah satunya ialah Kodeco Group," ujarnya.
Dia juga mengatakan, hal ini sebagai strategi menjadi Bank Regional Champion (BRC) dengan menjadi tuan rumah di wilayahnya. Bahkan perseroan juga menargetkan penambahan 30 kantor cabang baru di tahun ini. Hal ini dibutuhkan khususnya di daerah yang menjadi pusat produksi. Sehingga dana yang masuk dari APBD tidak keluar dari Bank Papua.
"Selama ini dana APBD yang masuk itu akan keluar di akhir tahun untuk pembayaran proyek. Dengan adanya cabang disana maka mereka bisa terus menggunakan jasa kita," ujarnya.
Selain itu, perseroan juga akan menggenjot kredit sindikasi sebagai peluang untuk menyalurkan kredit di luar daerahnya. Hal ini juga dapat menunjukkan eksistensi perusahaan dalam turut mengembangkan industri di tanah air. "Kami tidak bisa hanya di rumah saja, tapi harus keluar. Tahun depan kami targetkan bisa capai Rp1 triliun sindikasinya," ujarnya.
Menurut Johan, pertumbuhan penyaluran kredit perusahaan pada tahun 2014 diestimasi sekitar 18 persen menjadi Rp13 triliun dari target tahun ini sebesar Rp11,3 triliun. Pertumbuhan ini jauh lebih rendah dari estimasi pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 30 persen.
Sektor konstruksi dan infrastruktur merupakan sektor yang paling diandalkan dalam menyalurkan kreditnya. Sedangkan suku bunga tertinggi ditargetkan di level 15,5 persen dari posisi saat ini hampir 18 persen. "Memang karena kebijakan dan imbauan BI, kredit kami sedikit pelan," ujarnya.
Untuk mengimbangi pertumbuhan kredit, perusahaan juga menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tahun ini sebesar Rp17 triliun. Atau tumbuh dari tahun lalu Rp16 triliun.
(gpr)