Harga minyak dunia naik terpengaruh cuaca dingin di AS
Harga minyak dunia naik terpengaruh cuaca dingin di AS
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak global hari ini rebound karena cuaca dingin di Amerika Serikat (AS), mendongkrak permintaan bahan bakar sebagai pemanas.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik 37 sen menjadi USD93,80 per barel. Sementara minyak mentah Brent North naik 37 sen berdiri di angka USD107,10 per barel di London.
Kedua kontrak ditutup lebih rendah pada Senin (6/1/2014), setelah ladang minyak Libya meningkatkan produksi usai pemerintah meyakinkan warga untuk mengangkat blokade selama lima bulan.
Desmond Chua, analis CMC Markets, mengatakan cuaca dingin di Amerika Serikat telah mendukung permintaan untuk bahan bakar pemanas. "Minyak digunakan untuk pemanas dan kami melihat peningkatan permintaan (minyak) sebagai kebutuhan dasar," ujarnya, seperti dilansir dari AFP, Selasa (7/1/2014).
Udara dingin Arctic telah menyapu sebagian wilayah AS, membuat perjalanan berbahaya, sehingga memaksa sekolah tutup dan mendorong pejabat meminta warga untuk tinggal di dalam rumah.
Pergeseran pola cuaca yang dikenal sebagai "pusaran kutub" memicu penurunan suhu drastis ke posisi terendah yang tidak terlihat dalam dua dekade, dan bertepatan dengan peringatan angin dingin di sebagian besar bagian timur negara itu.
Analis mengatakan, permintaan AS merupakan pendorong utama harga minyak mentah sebagai ekonomi dan konsumen terbesar di dunia. Namun, harga cenderung berada di bawah tekanan dalam jangka panjang karena banyak pasokan dan stabilisasi permintaan.
Di sisi lain, minyak juga terpengaruh produksi di ladang minyak Libya, Al-Sharara menjadi 207.000 barel per hari (bph) pada Senin, naik dari 60.000 bph pada Sabtu (4/1/2014).
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik 37 sen menjadi USD93,80 per barel. Sementara minyak mentah Brent North naik 37 sen berdiri di angka USD107,10 per barel di London.
Kedua kontrak ditutup lebih rendah pada Senin (6/1/2014), setelah ladang minyak Libya meningkatkan produksi usai pemerintah meyakinkan warga untuk mengangkat blokade selama lima bulan.
Desmond Chua, analis CMC Markets, mengatakan cuaca dingin di Amerika Serikat telah mendukung permintaan untuk bahan bakar pemanas. "Minyak digunakan untuk pemanas dan kami melihat peningkatan permintaan (minyak) sebagai kebutuhan dasar," ujarnya, seperti dilansir dari AFP, Selasa (7/1/2014).
Udara dingin Arctic telah menyapu sebagian wilayah AS, membuat perjalanan berbahaya, sehingga memaksa sekolah tutup dan mendorong pejabat meminta warga untuk tinggal di dalam rumah.
Pergeseran pola cuaca yang dikenal sebagai "pusaran kutub" memicu penurunan suhu drastis ke posisi terendah yang tidak terlihat dalam dua dekade, dan bertepatan dengan peringatan angin dingin di sebagian besar bagian timur negara itu.
Analis mengatakan, permintaan AS merupakan pendorong utama harga minyak mentah sebagai ekonomi dan konsumen terbesar di dunia. Namun, harga cenderung berada di bawah tekanan dalam jangka panjang karena banyak pasokan dan stabilisasi permintaan.
Di sisi lain, minyak juga terpengaruh produksi di ladang minyak Libya, Al-Sharara menjadi 207.000 barel per hari (bph) pada Senin, naik dari 60.000 bph pada Sabtu (4/1/2014).
(dmd)
Explore More