Harga minyak di perdagangan Asia lebih tinggi
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia lebih tinggi, karena dealer duduk di sela-sela jelang laporan stok Amerika Serikat (AS) dan cuaca dingin yang melanda Amerika Utara ikut memberikan dukungan kuat.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik 29 sen menjadi USD93,96 pada pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari naik delapan sen menjadi USD107,43 per barel.
"Pasar baru saja menarik sedikit pada tahap ini, setelah beberapa hari penurunan curam untuk (harga) WTI," kata Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Markets, Sydney, seperti dilansir dari AFP, Rabu (8/1/2014).
Perkiraan dari 11 analis yang disurvei Wall Street Journal menunjukkan, persediaan minyak AS diproyeksikan jatuh rata-rata 600.000 barel dalam sepekan hingga 3 Januari 2014.
Tingkat persediaan AS dipantau tajam investor karena merupakan indikator permintaan sebagai ekonomi dan konsumen minyak terbesar di dunia.
Harga juga didukung dorongan permintaan bahan bakar pemanas menyusul cuaca dingin yang melanda Amerika Utara. Dimana Kanada dan semua negara bagian AS, termasuk Hawaii mencatat suhu di bawah titik beku pada Selasa (7/1/2014).
Penurunan drastis dalam suhu telah dikaitkan dengan pergeseran pola cuaca yang dikenal sebagai "pusaran kutub", bertepatan dengan angin dingin di seluruh pesisir timur.
Spooner menyebutkan, cuaca buruk berkepanjangan bisa memberikan tekanan pada harga karena seluruh perekonomian kehilangan produksi akibat layanan terganggu.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik 29 sen menjadi USD93,96 pada pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari naik delapan sen menjadi USD107,43 per barel.
"Pasar baru saja menarik sedikit pada tahap ini, setelah beberapa hari penurunan curam untuk (harga) WTI," kata Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Markets, Sydney, seperti dilansir dari AFP, Rabu (8/1/2014).
Perkiraan dari 11 analis yang disurvei Wall Street Journal menunjukkan, persediaan minyak AS diproyeksikan jatuh rata-rata 600.000 barel dalam sepekan hingga 3 Januari 2014.
Tingkat persediaan AS dipantau tajam investor karena merupakan indikator permintaan sebagai ekonomi dan konsumen minyak terbesar di dunia.
Harga juga didukung dorongan permintaan bahan bakar pemanas menyusul cuaca dingin yang melanda Amerika Utara. Dimana Kanada dan semua negara bagian AS, termasuk Hawaii mencatat suhu di bawah titik beku pada Selasa (7/1/2014).
Penurunan drastis dalam suhu telah dikaitkan dengan pergeseran pola cuaca yang dikenal sebagai "pusaran kutub", bertepatan dengan angin dingin di seluruh pesisir timur.
Spooner menyebutkan, cuaca buruk berkepanjangan bisa memberikan tekanan pada harga karena seluruh perekonomian kehilangan produksi akibat layanan terganggu.
(dmd)