Rupiah melemah, jatah pupuk petani Jepara dipangkas
A
A
A
Sindonews.com - Melemahnya nilai tukar rupiah juga berimbas pada jatah pupuk petani di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng). Agar tidak muncul gejolak, pemkab setempat akan melakukan verifikasi ulang agar petani penerima pupuk bersubsidi ini tepat sasaran.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Jepara, Wasiyanto mengatakan, angka pemangkasan jatah pupuk petani cukup signifikan yakni sekitar 3.900 ton. Sebab pada 2013 alokasi pupuk bagi Jepara sebanyak 22.500 ton, tetapi 2014 hanya 18.600 ton.
Alasan pengurangan pupuk ini dikarenakan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Akibat nilai tukar rupiah melemah, maka harga bahan baku pupuk impor menjadi naik. Salah satu imbasnya adalah pengurangan kuota pupuk petani.
"Ini kebijakan pusat. Kita hanya melaksanakan saja kebijakan itu," kata Wasiyanto, Senin (13/1/2014).
Menurutnya, pengurangan ini memang perlu agar terjadi efisiensi di sejumlah lini, terlebih urusan distribusi. Langkah ini penting agar tak muncul gejolak di tingkat bawah. Salah satu langkah yang akan dilakukan yakni verifikasi ulang petani penerima pupuk bersubsidi. "Subsidi tetap tapi dengan adanya kenaikan harga, volumenya dikurangi," katanya.
Wasiyanto mengungkapkan, verifikasi tersebut akan dilakukan dengan melihat luas area pertanian yang dimiliki petani. Total area pertanian di Jepara sekitar 26.000 hektare. Namun mayoritas petani di Jepara lahannya kecil.
"Penerima pupuk bersubsidi ini petani yang memiliki lahan di bawah dua ha," ujarnya.
Selain melakukan verifikasi ulang, pihaknya juga akan melakukan pengawalan kondisi riil di lapangan. Ini menjadi salah satu perhatian saat rapat koordinasi dan evaluasi yang digelar jajarannya. "Harapan kita pupuk bersubsidi cukup dalam setahun," ucapnya.
Langkah lainnya yakni pengaktifan kembali kartu kendali. Kartu ini yang akan menjadi pegangan kelompok tani saat mengambil pupuk. Kartu kendali berisi kuota yang diterima dalam setahun.
Setiap mengambil akan dikontrol sisa kuota pupuk yang menjadi bagian petani bersangkutan. "Prinsipnya jangan sampai ada petani yang tidak kebagian pupuk," pungkasnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Jepara, Wasiyanto mengatakan, angka pemangkasan jatah pupuk petani cukup signifikan yakni sekitar 3.900 ton. Sebab pada 2013 alokasi pupuk bagi Jepara sebanyak 22.500 ton, tetapi 2014 hanya 18.600 ton.
Alasan pengurangan pupuk ini dikarenakan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Akibat nilai tukar rupiah melemah, maka harga bahan baku pupuk impor menjadi naik. Salah satu imbasnya adalah pengurangan kuota pupuk petani.
"Ini kebijakan pusat. Kita hanya melaksanakan saja kebijakan itu," kata Wasiyanto, Senin (13/1/2014).
Menurutnya, pengurangan ini memang perlu agar terjadi efisiensi di sejumlah lini, terlebih urusan distribusi. Langkah ini penting agar tak muncul gejolak di tingkat bawah. Salah satu langkah yang akan dilakukan yakni verifikasi ulang petani penerima pupuk bersubsidi. "Subsidi tetap tapi dengan adanya kenaikan harga, volumenya dikurangi," katanya.
Wasiyanto mengungkapkan, verifikasi tersebut akan dilakukan dengan melihat luas area pertanian yang dimiliki petani. Total area pertanian di Jepara sekitar 26.000 hektare. Namun mayoritas petani di Jepara lahannya kecil.
"Penerima pupuk bersubsidi ini petani yang memiliki lahan di bawah dua ha," ujarnya.
Selain melakukan verifikasi ulang, pihaknya juga akan melakukan pengawalan kondisi riil di lapangan. Ini menjadi salah satu perhatian saat rapat koordinasi dan evaluasi yang digelar jajarannya. "Harapan kita pupuk bersubsidi cukup dalam setahun," ucapnya.
Langkah lainnya yakni pengaktifan kembali kartu kendali. Kartu ini yang akan menjadi pegangan kelompok tani saat mengambil pupuk. Kartu kendali berisi kuota yang diterima dalam setahun.
Setiap mengambil akan dikontrol sisa kuota pupuk yang menjadi bagian petani bersangkutan. "Prinsipnya jangan sampai ada petani yang tidak kebagian pupuk," pungkasnya.
(izz)