OJK optimis aset perbankan di Sulsel tumbuh 17%
A
A
A
Sindonews.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis tahun ini aset perbankan umum di Sulawesi Selatan (Sulsel) akan tumbuh 17 persen.
Direktur Pengawasan Bank OJK Regional VI Wilayah Sulawesi Maluku Papua (Sulampua), Ari Lajiji mengungkapkan, tahun politik tidak akan memberi pengaruh berarti bagi kinerja perbankan, selama keamanan wilayah mampu dijaga.
"Risiko dan likuiditas perbankan tahun ini juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Toh sepanjang 2013, belum ada perbankan di Sulsel yang perlu mendapatkan pengawasan serius," kata Ari kepada Koran Sindo di ruang kerjanya akhir pekan lalu.
Dia meyakini, naiknya suku bunga sebagai imbas kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) dan ambang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Rate akan membuat perbankan selalu memegang prinsip kehati-hatian untuk menghindari kredit macet.
Hingga November 2013, aset perbankan di Sulsel mencapai Rp90,9 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun sebesar Rp58,08 triliun, sementara kredit yang disalurkan mencapai Rp78,76 triliun.
Sementara, Kepala Kantor OJK Regional VI Sulampua Hendrikus Ivo mengungkapkan, komposisi dana yang dihimpiun perbankan umum di sulsel sudah ideal yakni didominasi oleh dana murah jenis tabungan.
Namun, dia mengimbau pertumbuhan DPK lebih ditingkatkan lagi. Sebab secara umum Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan masih di atas 100 persen. Di mana kucuran kredit jauh di atas raihan DPK.
"Ini menjadi bagian dari tugas kami (OJK) bagaimana raihan DPK ditingkatkan. Salah satu caranya yakni fokus pada fungsi literasi keuangan berupa edukasi dan sosialisasi jasa keuangan terhadap perbankan," pungkasnya.
Direktur Pengawasan Bank OJK Regional VI Wilayah Sulawesi Maluku Papua (Sulampua), Ari Lajiji mengungkapkan, tahun politik tidak akan memberi pengaruh berarti bagi kinerja perbankan, selama keamanan wilayah mampu dijaga.
"Risiko dan likuiditas perbankan tahun ini juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Toh sepanjang 2013, belum ada perbankan di Sulsel yang perlu mendapatkan pengawasan serius," kata Ari kepada Koran Sindo di ruang kerjanya akhir pekan lalu.
Dia meyakini, naiknya suku bunga sebagai imbas kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) dan ambang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Rate akan membuat perbankan selalu memegang prinsip kehati-hatian untuk menghindari kredit macet.
Hingga November 2013, aset perbankan di Sulsel mencapai Rp90,9 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun sebesar Rp58,08 triliun, sementara kredit yang disalurkan mencapai Rp78,76 triliun.
Sementara, Kepala Kantor OJK Regional VI Sulampua Hendrikus Ivo mengungkapkan, komposisi dana yang dihimpiun perbankan umum di sulsel sudah ideal yakni didominasi oleh dana murah jenis tabungan.
Namun, dia mengimbau pertumbuhan DPK lebih ditingkatkan lagi. Sebab secara umum Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan masih di atas 100 persen. Di mana kucuran kredit jauh di atas raihan DPK.
"Ini menjadi bagian dari tugas kami (OJK) bagaimana raihan DPK ditingkatkan. Salah satu caranya yakni fokus pada fungsi literasi keuangan berupa edukasi dan sosialisasi jasa keuangan terhadap perbankan," pungkasnya.
(izz)