Petani tambak di Indramayu rugi ratusan juta rupiah
A
A
A
Sindonews.com - Seluas 4.899 hektare (ha) areal tambak di Indramayu, Jawa Barat (Jabar) terancam gagal panen. Pasalnya, ikan dan udang yang ada di areal tambak terancam mati karena tercampur air hujan.
Berdasarkan data sementara dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, areal tambak yang terendam mencapai 4.899 ha. Jumlah itu tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Cantigi seluas 3.628 ha, Pasekan 1.010 ha, Indramayu 244 ha, dan Losarang 17 ha.
Di Kecamatan Cantigi, ribuan ha tambak berubah menjadi lautan. Batas petakan setiap tambak sudah tidak terlihat karena semuanya tertutup air berwarna kecokelatan.
Selain hujan deras yang mengguyur dalam waktu bersamaan, air laut di perairan Indramayu sedang pasang. Sehingga air langsung melimpas ke desa-desa yang terletak di sepanjang alur sungai Cimanuk.
Kondisi itu secara otomatis menyebabkan ikan bandeng maupun udang yang dibudidayakan di dalam tambak, menjadi hanyut. Petambak pun harus menanggung kerugian yang besar.
"Sudah hancur semuanya, ikan yang ada di dalam tambak juga banyak keluar dari areal tambak," kata Ratidin, petambak di Blok Pulomas Desa Panyingkiran Lor, Kecamatan Cantigi, Selasa (21/1/2014).
Menurutnya, umur bandeng milik petambak yang kini hanyut rata-rata sudah mencapai tiga bulan. Sedangkan udang, rata-rata berumur setengah sampai satu bulan. Kerugian yang dialaminya pun sebesar Rp10 juta per ha. Dengan luas areal tambaknya yang mencapai dua ha, maka total kerugian yang dialami sekitar Rp20 juta.
Kerugian serupa juga dialami pemilik tambak lainnya, Asep. Dia mengaku mengalami kerugian sekitar Rp15 juta. Selain akibat hilangnya bandeng, kerugian juga terjadi karena telah mengeluarkan biaya pakan ikan dan pemeliharaannya.
Selain rugi akibat hilangnya budidaya tambak, para pemilik tambak pun harus mengeluarkan modal lebih besar untuk memulai kembali usaha tersebut. Pasalnya, mereka harus mengeluarkan biaya untuk menguras tambak yang saat ini dipenuhi sampah dari sungai.
Hal senada juga diungkapkan pengusaha tambak, Juhadi Muhammad yang mengaku mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. "Di beberapa lokasi, banyak tambak yang meluber karena air hujan. Kerugian petambak cukup besar," kata dia.
Sementara itu, hanyutnya bandeng dan udang dari tambak akibat banjir, membawa keuntungan untuk warga. Dengan menggunakan jaring dan jala, mereka mencari bandeng dan udang yang hanyut terbawa banjir. Bandeng dan udang itu kemudian mereka jual.
"Lumayan, kemarin saya bisa dapat Rp100 ribu, setelah dapat ikan di dekat areal tambak," ujar Wadi, seorang warga Kelurahan Lemah Mekar, Kecamatan Indramayu.
Berdasarkan data sementara dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, areal tambak yang terendam mencapai 4.899 ha. Jumlah itu tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Cantigi seluas 3.628 ha, Pasekan 1.010 ha, Indramayu 244 ha, dan Losarang 17 ha.
Di Kecamatan Cantigi, ribuan ha tambak berubah menjadi lautan. Batas petakan setiap tambak sudah tidak terlihat karena semuanya tertutup air berwarna kecokelatan.
Selain hujan deras yang mengguyur dalam waktu bersamaan, air laut di perairan Indramayu sedang pasang. Sehingga air langsung melimpas ke desa-desa yang terletak di sepanjang alur sungai Cimanuk.
Kondisi itu secara otomatis menyebabkan ikan bandeng maupun udang yang dibudidayakan di dalam tambak, menjadi hanyut. Petambak pun harus menanggung kerugian yang besar.
"Sudah hancur semuanya, ikan yang ada di dalam tambak juga banyak keluar dari areal tambak," kata Ratidin, petambak di Blok Pulomas Desa Panyingkiran Lor, Kecamatan Cantigi, Selasa (21/1/2014).
Menurutnya, umur bandeng milik petambak yang kini hanyut rata-rata sudah mencapai tiga bulan. Sedangkan udang, rata-rata berumur setengah sampai satu bulan. Kerugian yang dialaminya pun sebesar Rp10 juta per ha. Dengan luas areal tambaknya yang mencapai dua ha, maka total kerugian yang dialami sekitar Rp20 juta.
Kerugian serupa juga dialami pemilik tambak lainnya, Asep. Dia mengaku mengalami kerugian sekitar Rp15 juta. Selain akibat hilangnya bandeng, kerugian juga terjadi karena telah mengeluarkan biaya pakan ikan dan pemeliharaannya.
Selain rugi akibat hilangnya budidaya tambak, para pemilik tambak pun harus mengeluarkan modal lebih besar untuk memulai kembali usaha tersebut. Pasalnya, mereka harus mengeluarkan biaya untuk menguras tambak yang saat ini dipenuhi sampah dari sungai.
Hal senada juga diungkapkan pengusaha tambak, Juhadi Muhammad yang mengaku mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. "Di beberapa lokasi, banyak tambak yang meluber karena air hujan. Kerugian petambak cukup besar," kata dia.
Sementara itu, hanyutnya bandeng dan udang dari tambak akibat banjir, membawa keuntungan untuk warga. Dengan menggunakan jaring dan jala, mereka mencari bandeng dan udang yang hanyut terbawa banjir. Bandeng dan udang itu kemudian mereka jual.
"Lumayan, kemarin saya bisa dapat Rp100 ribu, setelah dapat ikan di dekat areal tambak," ujar Wadi, seorang warga Kelurahan Lemah Mekar, Kecamatan Indramayu.
(izz)