Harga minyak di perdagangan dunia bervariasi
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan global hari ini bervariasi, menyusul perkiraan permintaan energi yang kuat dan rencana pengurangan kebijakan stimulus Amerika Serikat (AS).
Analis mengatakan pedagang akan mengawasi dengan cermat pertemuan Federal Reserve AS (Fed) pekan depan, sebagai petunjuk lebih lanjut tentang rencana pengurangan stimulus moneter bagi perekonomian terbesar di dunia tersebut.
Berdasarkan data dari Bloomberg, Kamis (23/1/2013), pukul 21.00 WIB, kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 27 sen atau 0,28 persen menjadi USD97,00 per barel. Sementara minyak mentah Brent Nort Sea untuk Maret, merosot 40 sen atau 0,37 persen menjadi USD107,87.
Seperti diketahui, Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan bulanannya memproyeksikan permintaan minyak mentah pada 2014 akan tumbuh 1,3 juta barel per hari (bph), naik dari perkiraan sebelumnya 1,2 juta bph.
Konsumsi minyak mempercepat pada akhir 2013, sebagai negara maju yang dipimpin Amerika Serikat mulai menunjukkan pertumbuhan.
Di sisi lain, Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan global untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, dengan prediksi ekspansi 3,7 persen pada 2014, naik dari perkiraan sebelumnya 3,6 persen.
Mata sekarang tertuju terhadap Federal Reserve AS, setelah bulan lalu mengatakan akan memotong skema pembelian obligasi antara sebesar USD10 miliar-USD75 miliar.
"Pasar akan mengawasi hasil dari pertemuan Fed pekan depan, terutama jika pembelian obligasi harus dikurangi," ujar Sanjeev Gupta, kepala praktik minyak dan gas Asia Pasifik Ernst & Young, seperti dilansir dari AFP.
David Lennox, analis sumber daya Fat Prophets, Sydney menyatakan tapering off adalah tanda ekonomi AS lebih kuat, yang seharusnya menjadi kabar baik bagi seluruh dunia.
"Fakta bahwa mereka mungkin mempertimbangkan tapering lebih lanjut mungkin menunjukkan bahwa AS semakin kuat. Pada gilirannya akan bergerak memberikan kepercayaan pasar," jelasnya.
Analis mengatakan pedagang akan mengawasi dengan cermat pertemuan Federal Reserve AS (Fed) pekan depan, sebagai petunjuk lebih lanjut tentang rencana pengurangan stimulus moneter bagi perekonomian terbesar di dunia tersebut.
Berdasarkan data dari Bloomberg, Kamis (23/1/2013), pukul 21.00 WIB, kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 27 sen atau 0,28 persen menjadi USD97,00 per barel. Sementara minyak mentah Brent Nort Sea untuk Maret, merosot 40 sen atau 0,37 persen menjadi USD107,87.
Seperti diketahui, Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan bulanannya memproyeksikan permintaan minyak mentah pada 2014 akan tumbuh 1,3 juta barel per hari (bph), naik dari perkiraan sebelumnya 1,2 juta bph.
Konsumsi minyak mempercepat pada akhir 2013, sebagai negara maju yang dipimpin Amerika Serikat mulai menunjukkan pertumbuhan.
Di sisi lain, Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan global untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, dengan prediksi ekspansi 3,7 persen pada 2014, naik dari perkiraan sebelumnya 3,6 persen.
Mata sekarang tertuju terhadap Federal Reserve AS, setelah bulan lalu mengatakan akan memotong skema pembelian obligasi antara sebesar USD10 miliar-USD75 miliar.
"Pasar akan mengawasi hasil dari pertemuan Fed pekan depan, terutama jika pembelian obligasi harus dikurangi," ujar Sanjeev Gupta, kepala praktik minyak dan gas Asia Pasifik Ernst & Young, seperti dilansir dari AFP.
David Lennox, analis sumber daya Fat Prophets, Sydney menyatakan tapering off adalah tanda ekonomi AS lebih kuat, yang seharusnya menjadi kabar baik bagi seluruh dunia.
"Fakta bahwa mereka mungkin mempertimbangkan tapering lebih lanjut mungkin menunjukkan bahwa AS semakin kuat. Pada gilirannya akan bergerak memberikan kepercayaan pasar," jelasnya.
(dmd)