Harga minyak di perdagangan global rebound
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia rebound akibat bargain hunting setelah terjadi penurunan tajam dipicu gejolak di pasar keuangan global, karena para pedagang menunggu langkah stimulus Federal Reserve AS selanjutnya.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret bertambah 30 sen menjadi USD106,99 per barel dalam transaksi sore di London. Sementara kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Maret, naik 61 sen menjadi USD96,33 per barel.
Minyak mentah berjangka jatuh kemarin, melacak kerugian besar di pasar ekuitas global, didorong oleh pendapatan perusahaan yang lemah dan ketidakpastian di negara berkembang.
Pasar keuangan juga telah terguncang oleh data aktivitas manufaktur China pada pekan lalu - konsumen energi terbesar di dunia dan pendorong utama pertumbuhan global.
"Pasar tetap gelisah dan suasana hati agak berhati-hati karena fokus pada kerja keras emerging market," kata pemberi pinjaman Perancis, Credit Agricole dalam catatannya, seperti dilansir dari AFP, Selasa (28/1/2014).
Kelly Teoh, strategi pasar IG Markets, Singapura mengungkapkan, investor juga menunggu hasil dari pertemuan dua hari kebijakan Federal Reserve AS yang dijadwalkan berakhir Rabu (waktu setempat).
Komite Pasar Terbuka Federal bank sentral AS (FOMC) secara luas diperkirakan akan memutuskan lebih lanjut pengurangan pembelian aset bulanan minimal sebesar USD10miliar, menjadi USD65 miliar.
Pada Desember lalu, FOMC mengatakan, akan mulai melakukan tapering stimulus sebesar USD10 miliar-USD75 miliar per bulan pada Januari.
Tapering off pembelian aset Fed kemungkinan akan meningkatkan greenback, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar (USD) lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan.
Menurut Teoh, ada kemungkinan bahwa Fed bisa mengejutkan investor dengan memutuskan rencana pengurangan stimulus kembali mundur karena situasi di emerging market.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret bertambah 30 sen menjadi USD106,99 per barel dalam transaksi sore di London. Sementara kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Maret, naik 61 sen menjadi USD96,33 per barel.
Minyak mentah berjangka jatuh kemarin, melacak kerugian besar di pasar ekuitas global, didorong oleh pendapatan perusahaan yang lemah dan ketidakpastian di negara berkembang.
Pasar keuangan juga telah terguncang oleh data aktivitas manufaktur China pada pekan lalu - konsumen energi terbesar di dunia dan pendorong utama pertumbuhan global.
"Pasar tetap gelisah dan suasana hati agak berhati-hati karena fokus pada kerja keras emerging market," kata pemberi pinjaman Perancis, Credit Agricole dalam catatannya, seperti dilansir dari AFP, Selasa (28/1/2014).
Kelly Teoh, strategi pasar IG Markets, Singapura mengungkapkan, investor juga menunggu hasil dari pertemuan dua hari kebijakan Federal Reserve AS yang dijadwalkan berakhir Rabu (waktu setempat).
Komite Pasar Terbuka Federal bank sentral AS (FOMC) secara luas diperkirakan akan memutuskan lebih lanjut pengurangan pembelian aset bulanan minimal sebesar USD10miliar, menjadi USD65 miliar.
Pada Desember lalu, FOMC mengatakan, akan mulai melakukan tapering stimulus sebesar USD10 miliar-USD75 miliar per bulan pada Januari.
Tapering off pembelian aset Fed kemungkinan akan meningkatkan greenback, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar (USD) lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan.
Menurut Teoh, ada kemungkinan bahwa Fed bisa mengejutkan investor dengan memutuskan rencana pengurangan stimulus kembali mundur karena situasi di emerging market.
(dmd)