Harga minyak dunia kurang bergairah
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan global hari ini cenderung stagnan. Transaksi di New York tercatat naik sedikit dan perdagangan di London tidak berubah setelah Federal Reserve AS memutuskan mulai mengurangi paket stimulus pada 1 Februari 2014.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 28 sen menjadi USD97,64 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Maret, bertahan di angka 107,85 per barel dalam transaksi di London, tidak berubah dari tingkat penutupan Rabu.
Kinerja campuran harga minyak terjadi di tengah kekhawatiran baru terhadap negara-negara berkembang setelah Bank Sentral AS (Fed) menurunkan langkah pelonggaran di ekonomi terbesar dunia tersebut.
The Fed mengatakan akan mengurangi program pembelian obligasi besar-besaran sebesar USD10 miliar sampai USD65 miliar per bulan mengutip kenaikan perekonomian AS.
Dilansir dari AFP, Kamis (30/1/2014), David Lennox, analis sumber daya Fat Prophets mengatakan, tapering off yang dilakukan AS merupakan refleksi ekonomi yang dinilai Fed tumbuh pada tingkat lebih baik dari ekspektasi.
Di sisi lain, pengurangan stimulus menciptakan tekanan ke bawah pada harga dalam jangka pendek, namun menjadi pertanda baik dalam jangka panjang untuk permintaan minyak mentah.
Pemotongan paket stimulus yang direncanakan sejak Desember lalu itu memicu kekhawatiran arus modal besar di pasar negara berkembang, yang telah memperoleh manfaat dari kebijakan Fed, ditarik kembali ke luar negeri.
Indikasi melemahnya permintaan dari Amerika Serikat dan China juga membebani harga minyak. Sektor manufaktur China mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam enam bulan pada Januari, yang dirilis raksasa perbankan Inggris, HSBC, memunculkan pertanyaan besar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Di Amerika Serikat, laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) mingguan menunjukkan stok minyak mentah naik 6,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 24 Januari 2014, melebihi perkiraan analis. Di mana kenaikan stok menunjukkan permintaan lemah dan menekan harga ke bawah.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 28 sen menjadi USD97,64 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Maret, bertahan di angka 107,85 per barel dalam transaksi di London, tidak berubah dari tingkat penutupan Rabu.
Kinerja campuran harga minyak terjadi di tengah kekhawatiran baru terhadap negara-negara berkembang setelah Bank Sentral AS (Fed) menurunkan langkah pelonggaran di ekonomi terbesar dunia tersebut.
The Fed mengatakan akan mengurangi program pembelian obligasi besar-besaran sebesar USD10 miliar sampai USD65 miliar per bulan mengutip kenaikan perekonomian AS.
Dilansir dari AFP, Kamis (30/1/2014), David Lennox, analis sumber daya Fat Prophets mengatakan, tapering off yang dilakukan AS merupakan refleksi ekonomi yang dinilai Fed tumbuh pada tingkat lebih baik dari ekspektasi.
Di sisi lain, pengurangan stimulus menciptakan tekanan ke bawah pada harga dalam jangka pendek, namun menjadi pertanda baik dalam jangka panjang untuk permintaan minyak mentah.
Pemotongan paket stimulus yang direncanakan sejak Desember lalu itu memicu kekhawatiran arus modal besar di pasar negara berkembang, yang telah memperoleh manfaat dari kebijakan Fed, ditarik kembali ke luar negeri.
Indikasi melemahnya permintaan dari Amerika Serikat dan China juga membebani harga minyak. Sektor manufaktur China mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam enam bulan pada Januari, yang dirilis raksasa perbankan Inggris, HSBC, memunculkan pertanyaan besar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Di Amerika Serikat, laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) mingguan menunjukkan stok minyak mentah naik 6,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 24 Januari 2014, melebihi perkiraan analis. Di mana kenaikan stok menunjukkan permintaan lemah dan menekan harga ke bawah.
(dmd)