Komitmen APRIL dorong kepercayaan industri pulp dan kertas
A
A
A
Sindonews.com - Komitmen kelestarian Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) untuk meningkatkan pengelolaan hutan lestari ke peringkat yang lebih tinggi menjadi tonggak sejarah baru. Sekaligus komitmen kelestarian bisnis korporasi industri pulp dan kertas di Indonesia.
Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), Misbahul Huda mengatakan, komitmen kelestarian ini memberikan gambaran, arahan dan langkah-langkah prioritas dalam menghasilkan produk-produk sektor kehutanan berkelanjutan dan ramah lingkungan.
"Langkah signifikan APRIL sebagai holding company PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) layak diapresiasi berbagai pihak dan menjadi bukti bahwa industri pulp dan kertas memiliki komitmen kelestarian tegas dalam menjaga lingkungan berkelanjutan," katanya, Senin (3/2/2014).
Dia menyakini, komitmen kelestarian tersebut akan meningkatkan kepercayaan internasional. "Sikap APRIL yang melibatkan Stakeholder Advisory Committee independen dari berbagai kalangan akan meningkatkan transparansi dan kredibilitas komitmen kelestarian ini. Apalagi World Wildlife Fund (WWF) menyambut baik dan medukung," jelasnya.
Hal ini, lanjut Huda, menjadi bukti bahwa industri pulp dan kertas di Indonesia beroperasi transparan dan terbuka terhadap setiap masukkan yang membangun. Langkah APRIL untuk meningkatkan komitmen kelestarian dalam pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang berkelanjutan saat ini sangat tepat.
Di tengah ketatnya persaingan antar industri pulp dan kertas dunia maka negara pesaing tidak akan segan menghembuskan isu lingkungan guna mendiskreditkan industri Indonesia. Dengan komitmen kelestarian APRIL maka akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kelas dunia yang peduli terhadap pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
Menurutnya, komitmen kelestarian ini menjadi momentum penting bagi industri pulp dan kertas Indonesia. Ketika kebutuhan dunia terhadap pulp, kertas serta produk turunannya meningkat, maka peluang Indonesia untuk memimpin industri ini terbuka lebar.
"Apalagi, kemampuan negara pesaing untuk mengembangkan industri ini sangat terbatas Karena hambatan sumber daya alamnya. Sebagai pemain terbesar kedua di Asia, hal ini akan menjadi peluang luar biasa bagi APRIL," katanya.
Sementara, Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi memandang kebijakan yang diambil APRIL tidak berlebihan dan sesuai dengan konteks pengelolaan hutan lestari di Indonesia dan standar-standar yang diakui dunia.
Misalnya dengan penerapan kajian hutan bernilai konservasi tinggi (HCVF) yang telah memiliki standar baku, ketimbang perhitungan stok karbon (High Carbon Stock). Di mana konsensus global belum disepakati.
"Yang juga menarik dari kebijakan APRIL adalah komitmen untuk mengikut persyaratan yang ditetapkan dalam Environmental Paper Network untuk mengonservasi hutan yang luasnya setara dengan luas tanamannya. Langkah tersebut merupakan yang pertama diambil perusahaan HTI di Indonesia," imbuhnya.
Dukungan senada juga dikemukakan Ketua Bidang HTI Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Nana Suparna yang mengatakan, komitmen kelestarian APRIL juga menjadi bukti bahwa HTI di Indonesia beroperasi secara lestari dan bertanggung jawab.
Hanya saja, Nana mengingatkan, komitmen kelestarian dalam pengelolaan hutan tidak menjamin Indonesia bebas dari kampanye hitam negara pesaing melalui gerakan LSM.
"Tudingan yang menyebut produk Indonesia yang diekspor ke beberapa negara dan dinilai tidak ramah lingkungan, masih akan terus berlanjut karena negara pesaing tidak akan tinggal diam," ujarnya.
Untuk meminimalisir kampanye tersebut, Nana juga mengingatkan pemerintah untuk melakukan pembenahan di dalam negeri mulai dari hulu hingga hilir. "Pembenahan yang perlu dilakukan, diantaranya seperti kebijakan ekspor, impor dan peningkatan daya saing industri di dalam negeri untuk memperkuat pasar domestik," pungkasnya.
Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), Misbahul Huda mengatakan, komitmen kelestarian ini memberikan gambaran, arahan dan langkah-langkah prioritas dalam menghasilkan produk-produk sektor kehutanan berkelanjutan dan ramah lingkungan.
"Langkah signifikan APRIL sebagai holding company PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) layak diapresiasi berbagai pihak dan menjadi bukti bahwa industri pulp dan kertas memiliki komitmen kelestarian tegas dalam menjaga lingkungan berkelanjutan," katanya, Senin (3/2/2014).
Dia menyakini, komitmen kelestarian tersebut akan meningkatkan kepercayaan internasional. "Sikap APRIL yang melibatkan Stakeholder Advisory Committee independen dari berbagai kalangan akan meningkatkan transparansi dan kredibilitas komitmen kelestarian ini. Apalagi World Wildlife Fund (WWF) menyambut baik dan medukung," jelasnya.
Hal ini, lanjut Huda, menjadi bukti bahwa industri pulp dan kertas di Indonesia beroperasi transparan dan terbuka terhadap setiap masukkan yang membangun. Langkah APRIL untuk meningkatkan komitmen kelestarian dalam pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang berkelanjutan saat ini sangat tepat.
Di tengah ketatnya persaingan antar industri pulp dan kertas dunia maka negara pesaing tidak akan segan menghembuskan isu lingkungan guna mendiskreditkan industri Indonesia. Dengan komitmen kelestarian APRIL maka akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kelas dunia yang peduli terhadap pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
Menurutnya, komitmen kelestarian ini menjadi momentum penting bagi industri pulp dan kertas Indonesia. Ketika kebutuhan dunia terhadap pulp, kertas serta produk turunannya meningkat, maka peluang Indonesia untuk memimpin industri ini terbuka lebar.
"Apalagi, kemampuan negara pesaing untuk mengembangkan industri ini sangat terbatas Karena hambatan sumber daya alamnya. Sebagai pemain terbesar kedua di Asia, hal ini akan menjadi peluang luar biasa bagi APRIL," katanya.
Sementara, Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi memandang kebijakan yang diambil APRIL tidak berlebihan dan sesuai dengan konteks pengelolaan hutan lestari di Indonesia dan standar-standar yang diakui dunia.
Misalnya dengan penerapan kajian hutan bernilai konservasi tinggi (HCVF) yang telah memiliki standar baku, ketimbang perhitungan stok karbon (High Carbon Stock). Di mana konsensus global belum disepakati.
"Yang juga menarik dari kebijakan APRIL adalah komitmen untuk mengikut persyaratan yang ditetapkan dalam Environmental Paper Network untuk mengonservasi hutan yang luasnya setara dengan luas tanamannya. Langkah tersebut merupakan yang pertama diambil perusahaan HTI di Indonesia," imbuhnya.
Dukungan senada juga dikemukakan Ketua Bidang HTI Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Nana Suparna yang mengatakan, komitmen kelestarian APRIL juga menjadi bukti bahwa HTI di Indonesia beroperasi secara lestari dan bertanggung jawab.
Hanya saja, Nana mengingatkan, komitmen kelestarian dalam pengelolaan hutan tidak menjamin Indonesia bebas dari kampanye hitam negara pesaing melalui gerakan LSM.
"Tudingan yang menyebut produk Indonesia yang diekspor ke beberapa negara dan dinilai tidak ramah lingkungan, masih akan terus berlanjut karena negara pesaing tidak akan tinggal diam," ujarnya.
Untuk meminimalisir kampanye tersebut, Nana juga mengingatkan pemerintah untuk melakukan pembenahan di dalam negeri mulai dari hulu hingga hilir. "Pembenahan yang perlu dilakukan, diantaranya seperti kebijakan ekspor, impor dan peningkatan daya saing industri di dalam negeri untuk memperkuat pasar domestik," pungkasnya.
(izz)