Mega proyek Bali Crossing ditarget rampung 2017
A
A
A
Sindonews.com - Pembangunan mega proyek untuk pasokan listrik ke Pulau Dewata lewat kabel udara yang melintasi Slat Bali atau dikenal "Bali Crossing" ditarget rampung hingga 2017.
"Saat ini sudah selesai ditenderkan," jelas GM PLN Bali IBG Mardawa dalam keterangan resminya di Denpasar, Senin ((3/2/2014).
Menurutnya, rencana mega proyek itu bisa ditargetkan rampung dan mulai beroperasi melayani kebutuhan listrik untuk warga di Pulau Dewata pada 2017. Pihak pememenang tender sudah mulai melakukan pengadaan barang untuk persiapan pembangunan proyek yang telah disetujui Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Nantinya, dalam proyek "Bali Crossing" itu bakal dibangun tower setinggi 315 meter di dua lokasi. Tower pertama dibangun Watu Dodol Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur sedangkan tower kedua dipasang di Segara Rupek Kabupaten Jembrana, Bali.
Mardawa mengungkapkan, meski akan ada kabel cukup panjang, namun dipastikan tidak akan mengganggu aktivitas pelayaran mengingat titik terendahnya masih seinggi 70 meter.
Menurutnya, kabel-kabel panjang itu akan membawa 1.800 MW listrik yang dipasok ke Bali guna menjamin sistem kelistrikan Bali agar aman hingga 2020. "Beban puncak listrik di Bali mencapai 721 Megawatt (MW) yang sebagian besar digerakkan dengan BBM," ujar Mardawa yang segera pindah tugas ke PLN Jawa Timur itu.
Saat ini, daya tersedia mencapai 882 MW guna melayani 950 ribu pelanggan yang 95 persennya pelanggan rumah tangga (RT). Adapun, kebutuhan listrik di Bali mengalami pertumbuhan sekitar 9,3 persen setiap tahun.
Selama ini, pasokan listrik menggunakan jalur kabel listrik bawah laut dari Jawa sebesar 200 MW. Rencananya, tahun ini bakal ditambah 200 MW. "Pasokan lainnya berasal dari PLTGU di Celukan Bawang (Buleleng) dan Pesanggaran (Denpasar)," kata dia.
Sebenarnya, Bali tengah mencari energi alternatif untuk melayani kebutuhan listrik yang terus naik setiap tahun. Namun, meski secara taknis alternatif Pambangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Bedugul Kecamatan Baturiti, Tabanan, memang memungkinkan namun menuai banyak penolakan masyarakat di Pulau Dewata.
"Saat ini sudah selesai ditenderkan," jelas GM PLN Bali IBG Mardawa dalam keterangan resminya di Denpasar, Senin ((3/2/2014).
Menurutnya, rencana mega proyek itu bisa ditargetkan rampung dan mulai beroperasi melayani kebutuhan listrik untuk warga di Pulau Dewata pada 2017. Pihak pememenang tender sudah mulai melakukan pengadaan barang untuk persiapan pembangunan proyek yang telah disetujui Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Nantinya, dalam proyek "Bali Crossing" itu bakal dibangun tower setinggi 315 meter di dua lokasi. Tower pertama dibangun Watu Dodol Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur sedangkan tower kedua dipasang di Segara Rupek Kabupaten Jembrana, Bali.
Mardawa mengungkapkan, meski akan ada kabel cukup panjang, namun dipastikan tidak akan mengganggu aktivitas pelayaran mengingat titik terendahnya masih seinggi 70 meter.
Menurutnya, kabel-kabel panjang itu akan membawa 1.800 MW listrik yang dipasok ke Bali guna menjamin sistem kelistrikan Bali agar aman hingga 2020. "Beban puncak listrik di Bali mencapai 721 Megawatt (MW) yang sebagian besar digerakkan dengan BBM," ujar Mardawa yang segera pindah tugas ke PLN Jawa Timur itu.
Saat ini, daya tersedia mencapai 882 MW guna melayani 950 ribu pelanggan yang 95 persennya pelanggan rumah tangga (RT). Adapun, kebutuhan listrik di Bali mengalami pertumbuhan sekitar 9,3 persen setiap tahun.
Selama ini, pasokan listrik menggunakan jalur kabel listrik bawah laut dari Jawa sebesar 200 MW. Rencananya, tahun ini bakal ditambah 200 MW. "Pasokan lainnya berasal dari PLTGU di Celukan Bawang (Buleleng) dan Pesanggaran (Denpasar)," kata dia.
Sebenarnya, Bali tengah mencari energi alternatif untuk melayani kebutuhan listrik yang terus naik setiap tahun. Namun, meski secara taknis alternatif Pambangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Bedugul Kecamatan Baturiti, Tabanan, memang memungkinkan namun menuai banyak penolakan masyarakat di Pulau Dewata.
(izz)