Okupansi Kamandaka dan Kalijaga diyakini capai 70%
A
A
A
Sindonews.com - Reaktivasi dua jalur baru Semarang–Purwokerto PP dan Semarang-Solo PP, diharapkan mampu menghidupkan jalur transportasi jalur tengah dan jalur Selatan. PT KAI Daop IV Semarang optimis dengan reaktivasi kedua jalur tersebut, mampu mengurangi beban jalan raya.
Kepala PT KAI Daop IV Semarang Wawan Ariyanto mengatakan, operasional kedua jalur tersebut diharapkan okupansi setiap kereta untuk awal operasinal mampu sampai di angka 70 persen.
Untuk diketahui, rute baru Semarang-Solo PP dan pengoprasiannya sudah dioperasikan mulai Sabtu (15/2/2014). Rute ini menggunakan KA Kalijaga dengan kapasitas 742 kursi, dengan tarif Rp25 ribu. Sementara rute Semarang-Purwokerto PP, menggunakan KA Kamandaka dengan kapasitas yang sama mulai dioperasikan hari ini, dengan tarif Rp75 ribu.
“Dengan kapastitas masing-masing lebih dari 700 kursi kami optimis setiap hari mampu mencapai okupansi minimal 70 persen,” katanya, Senin (17/2/2014).
Optimisme tersebut, kata Wawan, bukan tanpa alasan melainkan berdasarkan fakta bahwa masyarakat dari daerah-daerah masih memiliki minat yang cukup tinggi untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan KA terutama KA Ekonomi.
“Kalau di Semarang KA Ekonomi kurang begitu diminati, tetapi di daerah-daerah peminatnya masih cukup tinggi. Perjalanan menggunakan KA kan lebih praktis, lebih cepat dan lebih murah,” katanya.
Apalagi, sambung dia, masyarkat juga sudah mulai enggan melakukan perjalan melalui jalan raya karena terkendala macet dan jalan rusak di mana-mana.
“Kami juga yakin akan ada peningkatan dari sisi jumlah penumpang. Dan paling tidak dengan sudah beroperasinya kedua jalur ini akan menghidupkan transportasi KA di jalur tengah dan selatan,” jelasnya.
Terpisah, pakar transportasi Universitas Soegijapranata (Unika) Semarang, Djoko Setijowarno yakin, dengan pengoperasian jalur Semarang-Solo dan Semarang-Purwokerto, akan mampu mengungarangi kemacetan di jalan raya.
Hanya saja, kata dia, untuk menarik minat masyarkat tiket KA harus murah dan terjangkau. Tarif KA harus lebih murah dari tarif menggunakan transportasi jalan raya.
Di sini, lanjutnya, perlu adanya campur tangan pemerintah daerah, di mana pemerintah daerah memberikan subsidi. “Dengan biaya murah tentu masyarkat akan lebih tertarik. Apalagi menggunakan KA kan lebih nyaman dan aman. Sekarang tergantung pemerintah, mau bangun jalan raya terus atau memilih memberikan subsidi,” katanya.
Kepala PT KAI Daop IV Semarang Wawan Ariyanto mengatakan, operasional kedua jalur tersebut diharapkan okupansi setiap kereta untuk awal operasinal mampu sampai di angka 70 persen.
Untuk diketahui, rute baru Semarang-Solo PP dan pengoprasiannya sudah dioperasikan mulai Sabtu (15/2/2014). Rute ini menggunakan KA Kalijaga dengan kapasitas 742 kursi, dengan tarif Rp25 ribu. Sementara rute Semarang-Purwokerto PP, menggunakan KA Kamandaka dengan kapasitas yang sama mulai dioperasikan hari ini, dengan tarif Rp75 ribu.
“Dengan kapastitas masing-masing lebih dari 700 kursi kami optimis setiap hari mampu mencapai okupansi minimal 70 persen,” katanya, Senin (17/2/2014).
Optimisme tersebut, kata Wawan, bukan tanpa alasan melainkan berdasarkan fakta bahwa masyarakat dari daerah-daerah masih memiliki minat yang cukup tinggi untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan KA terutama KA Ekonomi.
“Kalau di Semarang KA Ekonomi kurang begitu diminati, tetapi di daerah-daerah peminatnya masih cukup tinggi. Perjalanan menggunakan KA kan lebih praktis, lebih cepat dan lebih murah,” katanya.
Apalagi, sambung dia, masyarkat juga sudah mulai enggan melakukan perjalan melalui jalan raya karena terkendala macet dan jalan rusak di mana-mana.
“Kami juga yakin akan ada peningkatan dari sisi jumlah penumpang. Dan paling tidak dengan sudah beroperasinya kedua jalur ini akan menghidupkan transportasi KA di jalur tengah dan selatan,” jelasnya.
Terpisah, pakar transportasi Universitas Soegijapranata (Unika) Semarang, Djoko Setijowarno yakin, dengan pengoperasian jalur Semarang-Solo dan Semarang-Purwokerto, akan mampu mengungarangi kemacetan di jalan raya.
Hanya saja, kata dia, untuk menarik minat masyarkat tiket KA harus murah dan terjangkau. Tarif KA harus lebih murah dari tarif menggunakan transportasi jalan raya.
Di sini, lanjutnya, perlu adanya campur tangan pemerintah daerah, di mana pemerintah daerah memberikan subsidi. “Dengan biaya murah tentu masyarkat akan lebih tertarik. Apalagi menggunakan KA kan lebih nyaman dan aman. Sekarang tergantung pemerintah, mau bangun jalan raya terus atau memilih memberikan subsidi,” katanya.
(gpr)