Apindo: Jalan rusak bikin sektor usaha terhambat
A
A
A
Sindonews.com - Kondisi jalanan rusak yang terjadi di sepanjang jalur pantura Jawa, yang menjadi akses utama dikeluhkan kalangan pengusaha. Kondisi ini membuat proses distribusi menjadi terhambat.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Frans Kongi mengatakan, dampak jalan rusak akibat banjir yang terjadi beberapa waktu lalu sangat dirasakan kalangan pengusaha, terutama terkait dengan distribusi.
Frans mengaku, pengusaha-pengusaha mendapatkan pukulan berat saat ini. Pasalnya dalam satu waktu dihadapkan dengan dua keadaan yang berat yakni banjir dan jalan rusak. Kondisi ini menjadi hambatan bagi para pengusaha.
"Akibat banjir saja diperkirakan pengusaha merugi mencapai Rp40 miliar, sekarang dihadapkan dengan jalan rusak yang pasti mengganggu proses distribusi baik bahan jadi maupun bahan baku," katanya, Selasa (18/2/2014).
Frans mengungkapkan, dengan kondisi jalan rusak waktu tempuh distribusi baik dari maupun menuju pabrik menjadi semakin lama. Hal ini membuat biaya transportasi ikut naik, yang tentunya akan masuk ke dalam biaya produksi. Di sisi lain, pihak pengusaha tidak bisa menaikkan harga barang.
"Biasaya operasional transportasi menjadi naik, sedangkan kita tidak bisa menaikkan harga, hal ini menyulitkan kita," ujarnya.
Atas kondisi tersebut, Apindo berharap pemerintah segera melakukan langkah-langkah kongret untuk mengatasi jalan rusak di sepanjang pantura, sehingga tidak menambah berat beban pengusaha.
Kondisi jalur pantura rusak memang sangat mengganggu perjalanan. Banyaknya lubang sepanjang jalan, membuat para sopir truk harus ekstra hati-hati. "Jalannya parah, mulai dari Kendal ke barat semuanya rusak," kata Seorang sopir pengangkut Genteng Suwarto, warga Desa Karangasem, Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
Suwarto mengaku, sebelum jalan rusak akibat tergerus banjir, waktu tempuh dari Purwodadi, sampai dengan tujuannya di Pekalongan biasanya hanya sekitar lima jam. Namun dengan kondisi rusak waktu tempuh menjadi lebih lama yakni sekitar 8-10 jam.
Dengan waktu tempuh yang semakin lama, biaya hidup sepanjang perjalanan pun semakin tinggi karena konsumsi bahan bakar kendaraan meningkat. "Kalau biasanya dari rumah pukul 00.00 sampai Pekalongan sekitar pukul 05.00, sekarang harus berangkat lebih awal, belum lagi kalau macet," ujar dia.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Frans Kongi mengatakan, dampak jalan rusak akibat banjir yang terjadi beberapa waktu lalu sangat dirasakan kalangan pengusaha, terutama terkait dengan distribusi.
Frans mengaku, pengusaha-pengusaha mendapatkan pukulan berat saat ini. Pasalnya dalam satu waktu dihadapkan dengan dua keadaan yang berat yakni banjir dan jalan rusak. Kondisi ini menjadi hambatan bagi para pengusaha.
"Akibat banjir saja diperkirakan pengusaha merugi mencapai Rp40 miliar, sekarang dihadapkan dengan jalan rusak yang pasti mengganggu proses distribusi baik bahan jadi maupun bahan baku," katanya, Selasa (18/2/2014).
Frans mengungkapkan, dengan kondisi jalan rusak waktu tempuh distribusi baik dari maupun menuju pabrik menjadi semakin lama. Hal ini membuat biaya transportasi ikut naik, yang tentunya akan masuk ke dalam biaya produksi. Di sisi lain, pihak pengusaha tidak bisa menaikkan harga barang.
"Biasaya operasional transportasi menjadi naik, sedangkan kita tidak bisa menaikkan harga, hal ini menyulitkan kita," ujarnya.
Atas kondisi tersebut, Apindo berharap pemerintah segera melakukan langkah-langkah kongret untuk mengatasi jalan rusak di sepanjang pantura, sehingga tidak menambah berat beban pengusaha.
Kondisi jalur pantura rusak memang sangat mengganggu perjalanan. Banyaknya lubang sepanjang jalan, membuat para sopir truk harus ekstra hati-hati. "Jalannya parah, mulai dari Kendal ke barat semuanya rusak," kata Seorang sopir pengangkut Genteng Suwarto, warga Desa Karangasem, Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
Suwarto mengaku, sebelum jalan rusak akibat tergerus banjir, waktu tempuh dari Purwodadi, sampai dengan tujuannya di Pekalongan biasanya hanya sekitar lima jam. Namun dengan kondisi rusak waktu tempuh menjadi lebih lama yakni sekitar 8-10 jam.
Dengan waktu tempuh yang semakin lama, biaya hidup sepanjang perjalanan pun semakin tinggi karena konsumsi bahan bakar kendaraan meningkat. "Kalau biasanya dari rumah pukul 00.00 sampai Pekalongan sekitar pukul 05.00, sekarang harus berangkat lebih awal, belum lagi kalau macet," ujar dia.
(izz)