BI imbau bank kecil tidak genjot kredit
A
A
A
Sindonews.com - Langkah Bank Indonesia (BI) pada 13 Februari 2014 yang tetap menahan suku bunga acuan atau BI Rate di kisaran 7,50 persen memiliki pengaruh yang berbeda terhadap bank-bank yang telah masuk kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I dan II.
Dalam catatan yang dipaparkan pihak BI, pertumbuhan kredit BUKU I dan BUKU II yang memiliki modal inti minimum Rp1 triliun hingga Rp5 triliun, relatif flat bahkan cenderung menurun sehingga berpengaruh pada margin bank tersebut.
"Respon bank-bank dengan kategori BUKU I dan II terhadap BI Rate berbeda. BUKU I dan II relatif flat di kreditnya yang berdampak pada turunnya margin yang cukup signifikan. Sementara BUKU III dan IV stabil," ujar Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung kepada wartawan di Bandung, Sabtu (22/2/2014).
Untuk itu, BI memperingatkan kepada bank dengan kategori BUKU I dan II untuk tidak terlalu menggenjot kredit, peringatan tersebut disampaikan BI agar margin bank BUKU I dan II tetap terjaga.
"Untuk bank-bank kecil atau bank yang memiliki likuiditas terbatas disarankan untuk tidak terlalu menggenjot kredit," kata Juda.
Meski BI memperkirakan perekonomian global di 2014 membaik dengan pertumbuhan kredit diperkirakan berada di kisaran 15-17 persen, namun BI tetap memperingatkan bank BUKU I dan II untuk jangan terburu-buru untuk menggenjot kredit.
"Diperkirakan perekonomian global 2014 membaik. Pertumbuhan kredit di 2014 diperkirakan berada di kisaran 15-17 persen. Meski ekonomi membaik, untuk Bank BUKU I dan Bank BUKU II jangan terlalu terburu-buru menggenjot kredit," tuturnya.
Adapun alasan BI memperingatkan bank BUKU I dan II untuk tidak terburu-buru menggenjot kredit di 2014, karena BI masih mencermati perlambatan ekonomi China yang akan berdampak pada kondisi ekonomi global.
"Perlu dicermati juga perlambatan ekonomi China, China dihadapkan pada dilema antara menjaga pertumbuhan 7-7,5 persen dengan upaya menekan pertumbuhan kredit di negaranya. Kemungkinan besar akan berpengaruh ke ekonomi dunia. Itulah yang menyebabkan BI memilih untuk mempertahankan BI Rate di 7,50 persen," paparnya.
Juda memastikan, BI akan terus memantau pergerakan kredit bank-bank BUKU I sampai BUKU IV apakah arahnya masih sesuai dengan peraturan BI atau tidak dan apakah pertumbuhannya sesuai dengan ekspektasi pasar.
Sekadar informasi, bank kategori BUKU I yakni bank dengan modal inti di bawah Rp1 triliun, bank BUKU II memiliki modal inti minimum Rp1 triliun hingga di bawah Rp5 triliun, bank BUKU III yakni yang memiliki modal inti minimum Rp5 triliun hingga Rp30 triliun, dan bank kategori BUKU IV memiliki modal inti minimum Rp30 triliun.
Dalam catatan yang dipaparkan pihak BI, pertumbuhan kredit BUKU I dan BUKU II yang memiliki modal inti minimum Rp1 triliun hingga Rp5 triliun, relatif flat bahkan cenderung menurun sehingga berpengaruh pada margin bank tersebut.
"Respon bank-bank dengan kategori BUKU I dan II terhadap BI Rate berbeda. BUKU I dan II relatif flat di kreditnya yang berdampak pada turunnya margin yang cukup signifikan. Sementara BUKU III dan IV stabil," ujar Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung kepada wartawan di Bandung, Sabtu (22/2/2014).
Untuk itu, BI memperingatkan kepada bank dengan kategori BUKU I dan II untuk tidak terlalu menggenjot kredit, peringatan tersebut disampaikan BI agar margin bank BUKU I dan II tetap terjaga.
"Untuk bank-bank kecil atau bank yang memiliki likuiditas terbatas disarankan untuk tidak terlalu menggenjot kredit," kata Juda.
Meski BI memperkirakan perekonomian global di 2014 membaik dengan pertumbuhan kredit diperkirakan berada di kisaran 15-17 persen, namun BI tetap memperingatkan bank BUKU I dan II untuk jangan terburu-buru untuk menggenjot kredit.
"Diperkirakan perekonomian global 2014 membaik. Pertumbuhan kredit di 2014 diperkirakan berada di kisaran 15-17 persen. Meski ekonomi membaik, untuk Bank BUKU I dan Bank BUKU II jangan terlalu terburu-buru menggenjot kredit," tuturnya.
Adapun alasan BI memperingatkan bank BUKU I dan II untuk tidak terburu-buru menggenjot kredit di 2014, karena BI masih mencermati perlambatan ekonomi China yang akan berdampak pada kondisi ekonomi global.
"Perlu dicermati juga perlambatan ekonomi China, China dihadapkan pada dilema antara menjaga pertumbuhan 7-7,5 persen dengan upaya menekan pertumbuhan kredit di negaranya. Kemungkinan besar akan berpengaruh ke ekonomi dunia. Itulah yang menyebabkan BI memilih untuk mempertahankan BI Rate di 7,50 persen," paparnya.
Juda memastikan, BI akan terus memantau pergerakan kredit bank-bank BUKU I sampai BUKU IV apakah arahnya masih sesuai dengan peraturan BI atau tidak dan apakah pertumbuhannya sesuai dengan ekspektasi pasar.
Sekadar informasi, bank kategori BUKU I yakni bank dengan modal inti di bawah Rp1 triliun, bank BUKU II memiliki modal inti minimum Rp1 triliun hingga di bawah Rp5 triliun, bank BUKU III yakni yang memiliki modal inti minimum Rp5 triliun hingga Rp30 triliun, dan bank kategori BUKU IV memiliki modal inti minimum Rp30 triliun.
(gpr)