Rupiah terdepresiasi, RI butuh reformasi struktural

Selasa, 01 April 2014 - 11:24 WIB
Rupiah terdepresiasi,...
Rupiah terdepresiasi, RI butuh reformasi struktural
A A A
Sindonews.com - Asian Development Bank (ADB) dalam laporan terbarunya yang dirilis hari ini, Asian Development Outlook 2014 (ADO 2014) menyebutkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan cukup besar untuk mengatasi defisit transaksi berjalan 2014 dan beberapa tahun ke depan.

"Untuk menghadapi tantangan defisit transaksi berjalan tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah untuk memperlambat laju permintaan domestik, mendorong ekspor, dan menahan impor, seiring dengan terdepresiasinya rupiah," ujar Deputy Country Director ADB untuk Indonesia, Edimon Ginting, di Intercontinental MidPlaza Hotel, Jakarta, Selasa (1/4/2014).

Meskipun demikian, dampak kebijakan tersebut menurutnya hanya akan bertahan dalam satu dua tahun. "Dalam jangka panjang, penguatan neraca berjalan memerlukan reformasi struktural untuk memacu tingkat produktivitas serta daya saing secara berkelanjutan," lanjut dia.

ADO 2014 memaparkan bahwa salah satu bentuk reformasi struktural tersebut adalah dengan penghapusan subsidi bahan bakar secara bertahap. Dalam hal ini, pemerintah telah mengambil langkah pengurangan subsidi pada 2013, dan perlu melanjutkan kebijakan tersebut di tahun-tahun mendatang.

"Pengurangan subsidi akan dapat menyediakan anggaran yang lebih besar untuk infrastruktur, pendidikan, dan jaminan sosial yang diperlukan untuk mendorong daya saing, dan kesetaraan dalam pertumbuhan nasional," ujar dia.

Sementara, Priasto Aji sebagai seorang ekonom, pengurangan subsidi ini bukan menandakan bahwa kita anti dengan subsidi. "Bukan berarti kita anti dengan subsidi, tapi selama ini di Indonesia subsidi BBM tidak tepat sasaran," tandasnya.

Mendorong investasi swasta lebih banyak lagi di sektor infrastruktur dan mendukung anggaran pemerintah yang terbatas juga merupakan prioritas lain bagi pemerintah. Dalam hal ini, iklim investasi adalah kunci untuk menarik investasi asing untuk lebih berkesinambungan ke dalam negeri.

"Ini akan mendorong mengurangi defisit neraca berjalan dalam jangka panjang, sekaligus mendorong inovasi teknologi yang berdampak positif pada produktivitas dan daya saing," pungkas dia.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8079 seconds (0.1#10.140)