Harga minyak di perdagangan Asia bervariasi
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak mentah di perdagangan Asia hari ini bervariasi, karena investor terkejut dengan laporan penurunan stok energi AS dan kesepakatan pembukaan blokade ekspor minyak di Libya.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, turun 21 sen menjadi USD99,41 per barel pada perdagangan pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Mei naik 12 sen menjadi USD104,91 per barel.
"Ada beberapa tekanan dari sisi Libya," ujar Tan Chee Tat, analis investasi Phillip Futures, Singapura, seperti dilansir dari Economic Times, Kamis (3/4/2014).
Tan mengatakan investor mencerna laporan bahwa negara Afrika Utara, Libya, salah satu kartel minyak OPEC hampir mencapai kesepakatan dengan pemberontak yang telah memblokade terminal minyak sejak Juli 2013. "Ini akan melepaskan sekitar 600.000 barel minyak mentah per hari ke pasar," imbuhnya.
Ekspor Libya telah berkurang menjadi sekitar 250.000 barel per hari dari 1,5 juta, dipicu blokade pengunjuk rasa yang menuntut pekerjaan.
Sentimen negatif atas lonjakan pasokan global dikupas data optimis laporan stok AS yang mengejutkan. Di mana Administrasi Informasi Energi (IEA) melaporkan, persediaan minyak mentah Amerika merosot 2,4 juta barel dalam pekan sampai 28 Maret, berbeda dengan ekspektasi analis kenaikan sebesar 700.000 barel.
Angka-angka terbaru menunjukkan permintaan yang lebih tinggi di konsumen utama minyak mentah dunia itu, meskipun angka-angka telah terdistorsi bottleneck transportasi setelah terjadi tumpahan minyak di Texas, pekan lalu.
Tan mengatakan selanjutnya investor akan mengamati dengan seksama angka klaim pengangguran AS, sebagai petunjuk kekuatan pemulihan ekonomi AS.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, turun 21 sen menjadi USD99,41 per barel pada perdagangan pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Mei naik 12 sen menjadi USD104,91 per barel.
"Ada beberapa tekanan dari sisi Libya," ujar Tan Chee Tat, analis investasi Phillip Futures, Singapura, seperti dilansir dari Economic Times, Kamis (3/4/2014).
Tan mengatakan investor mencerna laporan bahwa negara Afrika Utara, Libya, salah satu kartel minyak OPEC hampir mencapai kesepakatan dengan pemberontak yang telah memblokade terminal minyak sejak Juli 2013. "Ini akan melepaskan sekitar 600.000 barel minyak mentah per hari ke pasar," imbuhnya.
Ekspor Libya telah berkurang menjadi sekitar 250.000 barel per hari dari 1,5 juta, dipicu blokade pengunjuk rasa yang menuntut pekerjaan.
Sentimen negatif atas lonjakan pasokan global dikupas data optimis laporan stok AS yang mengejutkan. Di mana Administrasi Informasi Energi (IEA) melaporkan, persediaan minyak mentah Amerika merosot 2,4 juta barel dalam pekan sampai 28 Maret, berbeda dengan ekspektasi analis kenaikan sebesar 700.000 barel.
Angka-angka terbaru menunjukkan permintaan yang lebih tinggi di konsumen utama minyak mentah dunia itu, meskipun angka-angka telah terdistorsi bottleneck transportasi setelah terjadi tumpahan minyak di Texas, pekan lalu.
Tan mengatakan selanjutnya investor akan mengamati dengan seksama angka klaim pengangguran AS, sebagai petunjuk kekuatan pemulihan ekonomi AS.
(dmd)