Ekonomi Asia Tenggara akan hadapi berbagai tantangan
A
A
A
Sindonews.com - Bank Dunia dalam East Asia Pacific Economic Update memprediksi ekonomi Asia Tenggara yang lebih besar akan dihadapkan berbagai tantangan.
Kondisi keuangan global yang lebih menantang dan tingkat utang rumah tangga yang lebih tinggi menjadi salah satu tantangannya.
Chief Economist Bank Dunia kawasan Asia Timur dan Pasifik, Bert Hofman mengatakan, pertumbuhan Malaysia akan meningkat sedikit ke angka 4,9 persen pada 2014.
"Ekspornya akan meningkat, namun biaya pelayanan utang yang lebih tinggi dan konsolidasi fiskal yang berkelanjutan akan membebani sisi permintaan domestik," ungkapnya, Senin (7/4/2014).
Sementara di Filipina, lanjut dia, pertumbuhan dapat melambat ke angka 6,6 persen, namun disertai dengan peningkatan belanja rekonstruksi yang akan menambah beban konsumsi akibat bencana alam yang terjadi pada 2013.
Dia menuturkan, ekonomi yang lebih kecil di Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh stabil. Namun pada saat yang sama, menghadapi risiko overheating, yang dapat mengarah pada diperlukannya pengetatan moneter lebih lanjut.
"Di Kamboja, momentum reformasi yang kembali menghangat pasca pemilu diperkirakan akan membantu menstabilkan pertumbuhan pada angka 7,2 persen tahun ini, walau ketidakstabilan pasar pekerja dapat menimbulkan risiko sebaliknya," imbuhnya.
Selain itu, kata Hofman, perkembangan yang relatif stabil dalam reformasi struktural akan membantu Myanmar tumbuh ke angka 7,8 persen. Namun dengan kemajuan reformasi struktural dalam bidang perbankan dan sektor lainnya yang terbatas. Perekonomian Vietnam diperkirakan hanya akan bertumbuh sedikit ke tingkat 5,5 persen tahun ini.
"Mayoritas pulau-pulau di kawasan Pasifik dan Timor Leste bergantung pada dukungan dan dana dari ekonomi maju," pungkasnya.
Kondisi keuangan global yang lebih menantang dan tingkat utang rumah tangga yang lebih tinggi menjadi salah satu tantangannya.
Chief Economist Bank Dunia kawasan Asia Timur dan Pasifik, Bert Hofman mengatakan, pertumbuhan Malaysia akan meningkat sedikit ke angka 4,9 persen pada 2014.
"Ekspornya akan meningkat, namun biaya pelayanan utang yang lebih tinggi dan konsolidasi fiskal yang berkelanjutan akan membebani sisi permintaan domestik," ungkapnya, Senin (7/4/2014).
Sementara di Filipina, lanjut dia, pertumbuhan dapat melambat ke angka 6,6 persen, namun disertai dengan peningkatan belanja rekonstruksi yang akan menambah beban konsumsi akibat bencana alam yang terjadi pada 2013.
Dia menuturkan, ekonomi yang lebih kecil di Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh stabil. Namun pada saat yang sama, menghadapi risiko overheating, yang dapat mengarah pada diperlukannya pengetatan moneter lebih lanjut.
"Di Kamboja, momentum reformasi yang kembali menghangat pasca pemilu diperkirakan akan membantu menstabilkan pertumbuhan pada angka 7,2 persen tahun ini, walau ketidakstabilan pasar pekerja dapat menimbulkan risiko sebaliknya," imbuhnya.
Selain itu, kata Hofman, perkembangan yang relatif stabil dalam reformasi struktural akan membantu Myanmar tumbuh ke angka 7,8 persen. Namun dengan kemajuan reformasi struktural dalam bidang perbankan dan sektor lainnya yang terbatas. Perekonomian Vietnam diperkirakan hanya akan bertumbuh sedikit ke tingkat 5,5 persen tahun ini.
"Mayoritas pulau-pulau di kawasan Pasifik dan Timor Leste bergantung pada dukungan dan dana dari ekonomi maju," pungkasnya.
(izz)