Produk makanan burung Phoenix siap go internasional
A
A
A
Sindonews.com - Dalam acara Indonesian Bird Champion (IBC), hadir pula beberapa UMKM yang turut berpartisipasi di dalamnya memperkenalkan produk-produk penunjang kualitas burung peliharaan.
Salah satunya adalah Phoenix, salah satu produk bahan makanan burung pemakan biji-bijian yang dulunya adalah home industry. Kemudian Phoenix berkembang menjadi sebuah UMKM, dan sekarang sudah menjadi sebuah PT yang pabriknya sendiri berdiri di kawasan BSD, Tangerang Jawa Barat.
Phoenix sendiri merupakan produk makanan burung pemakan biji-bijian yang sudah banyak dikenal di kalangan masyarakat pecinta burung kicau. Bahan dasarnya sendiri merupakan biji-bijian yang tidak sulit dicari.
"Kami bekerja sama dengan petani-petani dari wilayah Garut, Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk hasil produksi biji-bijiannya. Biasanya adalah, gabah, ketan merah dan biji-bijian lainnya," ungkap Manager Produksi Phoenix, Megawati Setianingsih yang ditemui Sindonews di acara IBC, Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (20/4/14).
Mega juga menjelaskan, ada beberapa biji-bijian yang memang sengaja diimpor dari negara luar, seperti canary seed. Karena diakuinya, canary seed tidak bisa tumbuh di Indonesia. Jadi pihaknya mengimpor dari Kanada atau dari China.
Selama hampir 18 tahun berdiri, Phoenix mengalami banyak hambatan terutama jika menghadapi musim hujan dan kemarau yang tidak stabil.
"Kita pernah mengalami 3 bulan gagal panen. Tidak ada yang dihasilkan sama sekali pada waktu itu dan mempengaruhi pendapatan. Tapi untungnya kita memiliki stok yang bisa menutup gagal panen itu. Jadi, selama 3 bulan gagal panen itu, stok barang kita tetap ada karena kita menyediakan stok cadangan," jelas Mega.
Selain itu, masalah keterlambatan produk impor yang datang ke Indonesia juga menjadi kendala, mengingat biji kenari yang mereka beli adalah produk impor.
Untuk masalah omzet sendiri, meskipun baru memasuki bulan April 2014 ini sudah mengalami kenaikan sekitar 5-10 persen. Mega bertutur, tidak terlalu mengejarnya. Ibaratnya, omzet adalah target kedua.
Yang utama adalah, produknya bisa lebih banyak dikenal orang dan mampu bersaing dengan produk lain yang memang menjadi pesaingnya. Dikatakannya, produknya siap bersaing karena dari segi kualitas, phoenix memang unggul.
Promosi produknya sendiri mencakup toko-toko besar yang berani mengambil produk dalam jumlah besar. Mega juga menambahkan bahwa produknya sekarang mulai merambah ke online dalam tahap penjajakan. "Kita sudah punya website sendiri dan facebook. Untuk nantinya kita juga akan bermain via twitter," ungkapnya.
Mega berharap produknya bisa go internasional mengingat Phoenix sendiri memiliki beberapa kelebihan. "Dari segi kemasan kita menarik, kebersihan dan proses mengemasnya pun terjamin kebersihannya, serta kualitas yang sangat baik," ungkapnya.
Selain itu, dia juga berharap, Phoenix dapat berkembang menjadi sebuah industri yang bisa "merajai" di bidang petshop, mengingat saat ini Phoenix sendiri sudah mulai memproduksi bahan makanan untuk kelinci, kucing dan anjing serta beberapa produk penunjang kebersihan binatang peliharaan lainnya.
Salah satunya adalah Phoenix, salah satu produk bahan makanan burung pemakan biji-bijian yang dulunya adalah home industry. Kemudian Phoenix berkembang menjadi sebuah UMKM, dan sekarang sudah menjadi sebuah PT yang pabriknya sendiri berdiri di kawasan BSD, Tangerang Jawa Barat.
Phoenix sendiri merupakan produk makanan burung pemakan biji-bijian yang sudah banyak dikenal di kalangan masyarakat pecinta burung kicau. Bahan dasarnya sendiri merupakan biji-bijian yang tidak sulit dicari.
"Kami bekerja sama dengan petani-petani dari wilayah Garut, Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk hasil produksi biji-bijiannya. Biasanya adalah, gabah, ketan merah dan biji-bijian lainnya," ungkap Manager Produksi Phoenix, Megawati Setianingsih yang ditemui Sindonews di acara IBC, Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (20/4/14).
Mega juga menjelaskan, ada beberapa biji-bijian yang memang sengaja diimpor dari negara luar, seperti canary seed. Karena diakuinya, canary seed tidak bisa tumbuh di Indonesia. Jadi pihaknya mengimpor dari Kanada atau dari China.
Selama hampir 18 tahun berdiri, Phoenix mengalami banyak hambatan terutama jika menghadapi musim hujan dan kemarau yang tidak stabil.
"Kita pernah mengalami 3 bulan gagal panen. Tidak ada yang dihasilkan sama sekali pada waktu itu dan mempengaruhi pendapatan. Tapi untungnya kita memiliki stok yang bisa menutup gagal panen itu. Jadi, selama 3 bulan gagal panen itu, stok barang kita tetap ada karena kita menyediakan stok cadangan," jelas Mega.
Selain itu, masalah keterlambatan produk impor yang datang ke Indonesia juga menjadi kendala, mengingat biji kenari yang mereka beli adalah produk impor.
Untuk masalah omzet sendiri, meskipun baru memasuki bulan April 2014 ini sudah mengalami kenaikan sekitar 5-10 persen. Mega bertutur, tidak terlalu mengejarnya. Ibaratnya, omzet adalah target kedua.
Yang utama adalah, produknya bisa lebih banyak dikenal orang dan mampu bersaing dengan produk lain yang memang menjadi pesaingnya. Dikatakannya, produknya siap bersaing karena dari segi kualitas, phoenix memang unggul.
Promosi produknya sendiri mencakup toko-toko besar yang berani mengambil produk dalam jumlah besar. Mega juga menambahkan bahwa produknya sekarang mulai merambah ke online dalam tahap penjajakan. "Kita sudah punya website sendiri dan facebook. Untuk nantinya kita juga akan bermain via twitter," ungkapnya.
Mega berharap produknya bisa go internasional mengingat Phoenix sendiri memiliki beberapa kelebihan. "Dari segi kemasan kita menarik, kebersihan dan proses mengemasnya pun terjamin kebersihannya, serta kualitas yang sangat baik," ungkapnya.
Selain itu, dia juga berharap, Phoenix dapat berkembang menjadi sebuah industri yang bisa "merajai" di bidang petshop, mengingat saat ini Phoenix sendiri sudah mulai memproduksi bahan makanan untuk kelinci, kucing dan anjing serta beberapa produk penunjang kebersihan binatang peliharaan lainnya.
(gpr)