Jepang bukukan defisit perdagangan terburuk
A
A
A
Sindonews.com - Jepang mengalami defisit perdagangan terburuk pada Maret 2014, karena pertumbuhan ekspor melambat ke level terendah dalam setahun. Hal ini menunjukkan momentum ekonomi cepat hilang dan kenaikan pajak penjualan menempatkan lebih banyak tekanan terhadap pertumbuhan.
Bank of Japan (BoJ) telah berulang kali mengesampingkan langkah-langkah pelonggaran moneter dalam waktu dekat, bersikeras bahwa ekonomi berada di trek untuk memenuhi target inflasi 2 persen, bahkan data lemah baru-baru ini memukul kepercayaan investor.
Namun, double-whammy permintaan ekspor dan konsumsi domestik yang lemah, seiring pemberlakuan kenaikan pajak penjualan per 1 April (dari 5 persen menjadi 8 persen) bisa menambahkan tekanan terhadap BoJ untuk bertindak lebih awal.
"Jika perlambatan ekspor bertahan dan permintaan domestik merosot lebih dari ekspektasi pada April dan Mei, Bank of Japan bisa mengeluarkan kebijakan pelonggaran lebih lanjut pada awal Juni atau Juli," ujar Naoki Iizuka, ekonom Citigroup Global Markets Jepang, seperti dilansir dari Reuters, Senin (21/4/2014).
Perlambatan di China, pasar ekspor utama Jepang adalah pukulan lain bagi perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut.
Data Departemen Keuangan menunjukkan ekspor hanya naik 1,8 persen pada Maret dari tahun sebelumnya, paling lambat sejak Maret tahun lalu menyusul kenaikan tahunan 9,8 persen pada bulan sebelumnya, dan jauh di bawah kenaikan 6,3 persen yang diperkirakan ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
Pengiriman ke China naik menjadi 4,3 persen secara tahunan pada Maret, sebagai perlambatan atas peningkatan tahunan 27,6 persen pada Februari.
Selain itu, pengiriman ke AS tumbuh moderat 3,5 persen, sebagai kenaikan tahunan paling lambat sejak Desember 2012 saat turun 0,8 persen.
Ekspor yang lemah membantu mendorong defisit perdagangan Jepang mencapai rekor 13,75 triliun yen (USD134,45 miliar) untuk tahun fiskal yang berakhir Maret, merusak posisi neraca pembayaran.
Dalam hal volume, pengiriman turun 2,5 persen pada Maret dari tahun sebelumnya, menggarisbawahi perjuangan ekspor atas pelemahan yen telah mendorong biaya impor lebih dari pendapatan ekspor.
Peningkatan besar dalam impor bahan bakar fosil (minyak) untuk mengimbangi penutupan pembangkit listrik tenaga nuklir setelah gempa dan tsunami Maret 2011, telah membantu meningkatkan defisit perdagangan.
Bank of Japan (BoJ) telah berulang kali mengesampingkan langkah-langkah pelonggaran moneter dalam waktu dekat, bersikeras bahwa ekonomi berada di trek untuk memenuhi target inflasi 2 persen, bahkan data lemah baru-baru ini memukul kepercayaan investor.
Namun, double-whammy permintaan ekspor dan konsumsi domestik yang lemah, seiring pemberlakuan kenaikan pajak penjualan per 1 April (dari 5 persen menjadi 8 persen) bisa menambahkan tekanan terhadap BoJ untuk bertindak lebih awal.
"Jika perlambatan ekspor bertahan dan permintaan domestik merosot lebih dari ekspektasi pada April dan Mei, Bank of Japan bisa mengeluarkan kebijakan pelonggaran lebih lanjut pada awal Juni atau Juli," ujar Naoki Iizuka, ekonom Citigroup Global Markets Jepang, seperti dilansir dari Reuters, Senin (21/4/2014).
Perlambatan di China, pasar ekspor utama Jepang adalah pukulan lain bagi perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut.
Data Departemen Keuangan menunjukkan ekspor hanya naik 1,8 persen pada Maret dari tahun sebelumnya, paling lambat sejak Maret tahun lalu menyusul kenaikan tahunan 9,8 persen pada bulan sebelumnya, dan jauh di bawah kenaikan 6,3 persen yang diperkirakan ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
Pengiriman ke China naik menjadi 4,3 persen secara tahunan pada Maret, sebagai perlambatan atas peningkatan tahunan 27,6 persen pada Februari.
Selain itu, pengiriman ke AS tumbuh moderat 3,5 persen, sebagai kenaikan tahunan paling lambat sejak Desember 2012 saat turun 0,8 persen.
Ekspor yang lemah membantu mendorong defisit perdagangan Jepang mencapai rekor 13,75 triliun yen (USD134,45 miliar) untuk tahun fiskal yang berakhir Maret, merusak posisi neraca pembayaran.
Dalam hal volume, pengiriman turun 2,5 persen pada Maret dari tahun sebelumnya, menggarisbawahi perjuangan ekspor atas pelemahan yen telah mendorong biaya impor lebih dari pendapatan ekspor.
Peningkatan besar dalam impor bahan bakar fosil (minyak) untuk mengimbangi penutupan pembangkit listrik tenaga nuklir setelah gempa dan tsunami Maret 2011, telah membantu meningkatkan defisit perdagangan.
(dmd)