Pengamat: Keberhasilan bisnis pasca akuisisi BTN minim

Senin, 21 April 2014 - 16:58 WIB
Pengamat: Keberhasilan bisnis pasca akuisisi BTN minim
Pengamat: Keberhasilan bisnis pasca akuisisi BTN minim
A A A
Sindonews.com - Pengamat perbankan Deni Daruri melihat adanya potensi gangguan pertumbuhan bisnis dua perbankan plat merah, yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang akan diakuisisi PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Secara profesional, Deni mengatakan, jika BBTN diakusisi BMRI hanya akan menghasilkan survival rate sebesar 35 persen. Artinya keberhasilan bisnis pasca dua perusahaan ini bergabung sangatlah minim.

"Mandiri dan BTN (BBTN) itu tidak cocok, perilakunya tidak sama. Bank BTN itu fokus di pembiayaan perumahan, Mandiri (BMRI) fokus di ritelnya. Kalau misalnya BTN diambil Mandiri, survival-nya hanya 35 persen," kata Deni di Galeri Cafe, Jakarta, Senin (21/4/2014).

Ketidakcocokan inti bisnis kedua emiten perbankan yang sahamnya sempat naik turun ini dipandang sebagai alasan utama keraguan seluruh pihak terkait mengenai proses akuisisi tersebut.

Deni menjelaskan, tidak hanya dengan Mandiri, jika BTN diakuisisi oleh PT Bank Negara Indonesia (BNI) hanya menghasilkan survival rate sebesar 27 persen, sedangkan jika diakuisisi PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menghasilkan survival rate 38 persen.

Tidak hanya itu, Deni mencontohkan, jika proses akuisisi tersebut dengan melihat stress test dengan rank test, misalkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 8,25 persen hingga 10 tahun ke depan, maka yang terjadi juga akan berbeda.

Jika digabung dengan BNI menghasilkan probabilitas survival rate 13 persen, Mandiri 7 persen dan BRI mencapai 18 persen.

"Ini memperlihatkan bahwa semakin rendah tingkat suku bunga, jika nilai loan deposit ratio tidak mengalami peningkatan berarti, justru tingkat survival rate BTN semakin kecil," tambahnya.

Oleh karena itu, menurut Deni, akuisisi BTN oleh Mandiri sebaiknya tidak dilanjutkan. Pasalnya, jika tidak dilanjutkan maka survival rate BTN bisa mencapai 78 persen.

"Kalau sendiri survival rate-nya 78 persen, jadi saya usulkan tidak usah diambil siapapun. Sebuah pertaruhan yang berisiko tinggi, kalau mau besar tinggal diberikan dana tambahan dari pemerintah atau bond rekapnya dibeli pemerintah," tutur dia.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0832 seconds (0.1#10.140)