Kimia Farma akan bangun pabrik garam farmasi
A
A
A
Sindonews.com - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia berencana mendirikan pabrik garam farmasi. Hal ini dalam rangka menyuplai kebutuhan garam farmasi di Indonesia yang hingga sekarang seluruhnya masih dipenuhi oleh produk impor.
"Saat ini industri farmasi Indonesia masih sangat tergantung pada bahan baku impor. Hampir 95 persen bahan baku obat (BBO) yang diperlukan masih harus diimpor," ungkap Direktur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman di Kementerian BUMN, Selasa (22/4/2014).
Lebih lanjut dia mengatakan, sebagai langkah awal untuk pendirian pabrik tersebut telah dilakukan kajian studi kelayakan pada kapasitas yang diinginkan. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan dokumen pendukung dalam meminimalkan resiko pada saat pendirian pabrik garam farmasi.
"Kita sudah melangkah jauh, kita bangun pabrik dan awal tahun depan bisa produksi. Menghemat devisa negara dari 6.000 ton garam farmasi yang impor. Untuk pertama ini, kita ambil grade farmasi," pungkas dia.
Pabrik akan didirikan Watudakon, Jombang, Jawa Timur dengan nilai investasi diperkirakan mencapai Rp28 miliar. Dana tersebut berasal dari kas perusahaan.
Saat ini, kegiatan pembuatan detailed engineering design dan perizinan dari instansi terkait sedang dalam proses pengerjaan dan aplikasi. Diharapkan pada kuartal III/2014 dapat dilakukan groundbreaking dan akan mulai berproduksi pada 2015 mendatang.
Sekedar Informasi, data Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI menunjukkan bahwa impor garam farmasetis tahun 2013 sebesar 3.152 ton dan seluruhnya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kenaikan volume impor garam farmasetis pada rentang 2011-2012 dan 2012-2012 masing-masing mencapai 25 persen dan 35 persen.
"Saat ini industri farmasi Indonesia masih sangat tergantung pada bahan baku impor. Hampir 95 persen bahan baku obat (BBO) yang diperlukan masih harus diimpor," ungkap Direktur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman di Kementerian BUMN, Selasa (22/4/2014).
Lebih lanjut dia mengatakan, sebagai langkah awal untuk pendirian pabrik tersebut telah dilakukan kajian studi kelayakan pada kapasitas yang diinginkan. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan dokumen pendukung dalam meminimalkan resiko pada saat pendirian pabrik garam farmasi.
"Kita sudah melangkah jauh, kita bangun pabrik dan awal tahun depan bisa produksi. Menghemat devisa negara dari 6.000 ton garam farmasi yang impor. Untuk pertama ini, kita ambil grade farmasi," pungkas dia.
Pabrik akan didirikan Watudakon, Jombang, Jawa Timur dengan nilai investasi diperkirakan mencapai Rp28 miliar. Dana tersebut berasal dari kas perusahaan.
Saat ini, kegiatan pembuatan detailed engineering design dan perizinan dari instansi terkait sedang dalam proses pengerjaan dan aplikasi. Diharapkan pada kuartal III/2014 dapat dilakukan groundbreaking dan akan mulai berproduksi pada 2015 mendatang.
Sekedar Informasi, data Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI menunjukkan bahwa impor garam farmasetis tahun 2013 sebesar 3.152 ton dan seluruhnya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kenaikan volume impor garam farmasetis pada rentang 2011-2012 dan 2012-2012 masing-masing mencapai 25 persen dan 35 persen.
(rna)