Akuisisi BTN bikin perkembangan perumahan stagnan
A
A
A
Sindonews.com - Pengembang perumahan di Jawa Tengah (Jateng) menyayangkan adanya rencana akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Pasalnya, setelah akuisisi dikhawatirkan BTN tidak lagi mampu mengambil fungsi dan peran dalam hal pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Wakil Ketua DPD REI Jateng Bidang Promosi, Publikasi, Pameran dan Humas Dibya K Hidayat mengaku, selama ini hanya bank BTN yang bisa memberikan KPR perumahan, terutama untuk perumahan rakyat. Sehingga kebutuhan akan rumah tinggal dapat terpenuhi.
Masyarakat sudah merasakan manfaat dari semua fasilitas KPR yang diberikan BTN. "Untuk perumahan-perumahan kelas menengah ke bawah seperti RSH, RSS, semua KPR-nya melalui Bank BTN. Sebelumnya ada beberapa bank lain seperti BRI yang hendak masuk tetapi kenyataannya tidak bertahan lama karena memang SDM-nya tidak siap," katanya, Rabu (23/4/2014).
Menurutnya, kalangan pengembang khawatir dengan adanya akuisisi BTN oleh Mandiri, akan mempersulit akses KPR bagi masyarkat. Jika akuisisi dilanjutkan, dan bank Mandiri tidak mampu menjalanklan peran dari BTN, maka perkembangan perumahan rakyat akan stagnan.
Wakil Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jateng Bidang Rumah Sederhana Andi Kurniawan menambahkan, sejak 1974 BTN mengemban tugas untuk melayani ketersediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Sementara, Bank Mandiri dinilai tidak memiliki kemampuan dan pengalaman cukup untuk menyediakan fasilitas KPR bagi masyarakat tersebut.
"Selama ini hanya BTN yang memiliki fokus untuk memberikan layanan fasilitas KPR untuk perumahan rakyat. Sehingga sangat disayangkan kalau sampai BTN diakuisisi Mandiri," katanya.
Manajer PT Petracho Sukma Mandiri ini mengaku, sebagai pengembangan perumahan rakyat, perusahaannya selalu menggunakan BTN sebagai mitra untuk memberikan KPR kepada konsumennya.
"Semua perumahan saya selalu menggunakan BTN karena mamang di BTN lebih mudah dan bisa memberikan fasilitas kepada masyarkat berpenghasilan rendah," jelasnya.
Pasalnya, setelah akuisisi dikhawatirkan BTN tidak lagi mampu mengambil fungsi dan peran dalam hal pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Wakil Ketua DPD REI Jateng Bidang Promosi, Publikasi, Pameran dan Humas Dibya K Hidayat mengaku, selama ini hanya bank BTN yang bisa memberikan KPR perumahan, terutama untuk perumahan rakyat. Sehingga kebutuhan akan rumah tinggal dapat terpenuhi.
Masyarakat sudah merasakan manfaat dari semua fasilitas KPR yang diberikan BTN. "Untuk perumahan-perumahan kelas menengah ke bawah seperti RSH, RSS, semua KPR-nya melalui Bank BTN. Sebelumnya ada beberapa bank lain seperti BRI yang hendak masuk tetapi kenyataannya tidak bertahan lama karena memang SDM-nya tidak siap," katanya, Rabu (23/4/2014).
Menurutnya, kalangan pengembang khawatir dengan adanya akuisisi BTN oleh Mandiri, akan mempersulit akses KPR bagi masyarkat. Jika akuisisi dilanjutkan, dan bank Mandiri tidak mampu menjalanklan peran dari BTN, maka perkembangan perumahan rakyat akan stagnan.
Wakil Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jateng Bidang Rumah Sederhana Andi Kurniawan menambahkan, sejak 1974 BTN mengemban tugas untuk melayani ketersediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Sementara, Bank Mandiri dinilai tidak memiliki kemampuan dan pengalaman cukup untuk menyediakan fasilitas KPR bagi masyarakat tersebut.
"Selama ini hanya BTN yang memiliki fokus untuk memberikan layanan fasilitas KPR untuk perumahan rakyat. Sehingga sangat disayangkan kalau sampai BTN diakuisisi Mandiri," katanya.
Manajer PT Petracho Sukma Mandiri ini mengaku, sebagai pengembangan perumahan rakyat, perusahaannya selalu menggunakan BTN sebagai mitra untuk memberikan KPR kepada konsumennya.
"Semua perumahan saya selalu menggunakan BTN karena mamang di BTN lebih mudah dan bisa memberikan fasilitas kepada masyarkat berpenghasilan rendah," jelasnya.
(izz)