Harga minyak dunia rebound terdongkrak konflik di Ukraina
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia hari ini rebound terdorong meningkatnya ketegangan di Ukraina, mengimbangi meningkatnya persediaan minyak mentah komersial AS.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 24 sen menjadi USD101,68 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni, naik tujuh sen berdiri di angka USD109,18 per barel.
Kedua kontrak sempat jatuh pada Rabu (23/4/2014), menanggapi data stok AS, yang mengindikasikan permintaan lebih lembut pada waktu produksi kuat di konsumen minyak terbesar dunia tersebut.
Data menunjukkan stok naik 3,5 juta barel menjadi 397,7 juta barel untuk pekan yang berakhir 18 April, lebih besar dari 2,4 juta yang diperkirakan analis.
Dilansir dari My News, Kamis (24/4/2014), Sanjeev Gupta, analis senior di perusahaan jasa keuangan Ernst & Young (EY) mengatakan, pasar minyak akan terus dipengaruhi peristiwa geopolitik (Ukraina).
Kesepakatan di Eropa Timur antara Ukraina, Rusia dan negara-negara Barat di Jenewa pekan lalu, untuk mencegah negara dari perang sipil gagal meredam konflik.
Rusia mengisyaratkan akan menyerang kembali jika "kepentingan sah" di bekas negara Soviet itu diserang, setelah Kiev mengkirim pasukan untuk mengusir gerilyawan yang telah menduduki gedung-gedung pemerintah. Moskow ingin pemerintah pro-Barat Ukraina menarik pasukannya.
Ukraina sendiri memiliki posisi penting, sebagai jalur utama gas alam Rusia ke Eropa Barat, yang diawasi secara ketat oleh investor karena khawatir konflik bersenjata akan mengganggu pasokan hingga menyebabkan harga melonjak.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 24 sen menjadi USD101,68 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni, naik tujuh sen berdiri di angka USD109,18 per barel.
Kedua kontrak sempat jatuh pada Rabu (23/4/2014), menanggapi data stok AS, yang mengindikasikan permintaan lebih lembut pada waktu produksi kuat di konsumen minyak terbesar dunia tersebut.
Data menunjukkan stok naik 3,5 juta barel menjadi 397,7 juta barel untuk pekan yang berakhir 18 April, lebih besar dari 2,4 juta yang diperkirakan analis.
Dilansir dari My News, Kamis (24/4/2014), Sanjeev Gupta, analis senior di perusahaan jasa keuangan Ernst & Young (EY) mengatakan, pasar minyak akan terus dipengaruhi peristiwa geopolitik (Ukraina).
Kesepakatan di Eropa Timur antara Ukraina, Rusia dan negara-negara Barat di Jenewa pekan lalu, untuk mencegah negara dari perang sipil gagal meredam konflik.
Rusia mengisyaratkan akan menyerang kembali jika "kepentingan sah" di bekas negara Soviet itu diserang, setelah Kiev mengkirim pasukan untuk mengusir gerilyawan yang telah menduduki gedung-gedung pemerintah. Moskow ingin pemerintah pro-Barat Ukraina menarik pasukannya.
Ukraina sendiri memiliki posisi penting, sebagai jalur utama gas alam Rusia ke Eropa Barat, yang diawasi secara ketat oleh investor karena khawatir konflik bersenjata akan mengganggu pasokan hingga menyebabkan harga melonjak.
(dmd)