Koperasi galang kekuatan sambut MEA 2015
A
A
A
Sindonews.com - Organisasi koperasi kawasan Asia Tenggara terus menggalang kekuatan dalam menyambut masuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 dan era perdagangan bebas dunia.
Muncul kesadaran bersama di antara organisasi koperasi ASEAN, perlunya memperkuat jaringan kerja sama, sehingga bisa meningkatkan peran atau posisi dalam transformasi masyarakat ekonomi ASEAN.
Lewat organisasi ASEAN Co-Operarative Forum (ACO), mereka mengkonsolidasikan diri, menggalang kekuatan koperasi di kawasan tersebut
"Delapan negara anggota ASEAN memiliki komitmen bersama, membangun solidaritas dan jaringan koperasi. Sehingga ACO bisa secara efektif dan secara nyata menggalang kekuatan koperasi di kawasan ASEAN," jelas Presiden ACO Nurdin Halid di sela pertemuan ASEAN Co-operative Forum di Nusa Dua, Bali, Senin (28/4/2014).
Menurut Nurdin yang juga Ketua Dewan Koperasi Nasional (Dekopin), pertemuan di Bali dimaksudkan untuk merumuskan strategi langkah aksi nyata dalam meingkatkan peran dan partisipasi koperasi dalam era pasar yang terbuka dewasa ini.
Setiap koperasi diharapkan dapat mengedepankan partisipasi luas masyarakat ASEAN dalam kegiatan ekonomi. Sehingga dapat membawa kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Hadir dalam pertemuan itu, perwakilan dari delapan negara ASEAN. Di mana Indonesia sebagai tuan rumah dalam acara yang berlangsung 28-29 April 2014. Ke depan, semua negara ASEAN memberikan kebebasan berinteraksi ekonomi masing-masing sehingga harus mempersiapkan diri baik dari sisi peningkatan kapasitas SDM dan lembaganya menghadapi MEA.
Masyarakat koperasi Asia Tenggara menyadari Keberadaan koperasi sangat berperan penting dalam menekan angka kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan mendorong peningkatan produk domestik bruto (PDB) negara.
Dalam kesempatan itu, mantan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah yang kini Rektor Institut Koperasi Indonesia yang hadir sebagai pembicara mengatakan, koperasi tetap dapat bertahan di kancah pasar bebas yang kapitalistik.
Dia meyakini, akan selalu ada dorongan kuat hadirnya koperasi sebagai penyeimbang dari kompetisi global. Contohnya koperasi di negara-negara kapitalistik seperti Jepang, Amerika Serikat dan lainnya.
Koperasi di Indonesia telah diterima sebagai bagian yang konkret dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Masalahnya sekarang pada upaya peningkatan kapasitas dan efektivitasnya untuk berkiprah secara lebih luas.
Burhanudin mengatakan, yang memungkinkan perubahan kondisi ekonomi nasional adalah koperasi. Terbukti, sejak zaman penjajahan ada 1 persen penduduk yang menguasai 40 persen aset bangsa.
Muncul kesadaran bersama di antara organisasi koperasi ASEAN, perlunya memperkuat jaringan kerja sama, sehingga bisa meningkatkan peran atau posisi dalam transformasi masyarakat ekonomi ASEAN.
Lewat organisasi ASEAN Co-Operarative Forum (ACO), mereka mengkonsolidasikan diri, menggalang kekuatan koperasi di kawasan tersebut
"Delapan negara anggota ASEAN memiliki komitmen bersama, membangun solidaritas dan jaringan koperasi. Sehingga ACO bisa secara efektif dan secara nyata menggalang kekuatan koperasi di kawasan ASEAN," jelas Presiden ACO Nurdin Halid di sela pertemuan ASEAN Co-operative Forum di Nusa Dua, Bali, Senin (28/4/2014).
Menurut Nurdin yang juga Ketua Dewan Koperasi Nasional (Dekopin), pertemuan di Bali dimaksudkan untuk merumuskan strategi langkah aksi nyata dalam meingkatkan peran dan partisipasi koperasi dalam era pasar yang terbuka dewasa ini.
Setiap koperasi diharapkan dapat mengedepankan partisipasi luas masyarakat ASEAN dalam kegiatan ekonomi. Sehingga dapat membawa kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Hadir dalam pertemuan itu, perwakilan dari delapan negara ASEAN. Di mana Indonesia sebagai tuan rumah dalam acara yang berlangsung 28-29 April 2014. Ke depan, semua negara ASEAN memberikan kebebasan berinteraksi ekonomi masing-masing sehingga harus mempersiapkan diri baik dari sisi peningkatan kapasitas SDM dan lembaganya menghadapi MEA.
Masyarakat koperasi Asia Tenggara menyadari Keberadaan koperasi sangat berperan penting dalam menekan angka kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan mendorong peningkatan produk domestik bruto (PDB) negara.
Dalam kesempatan itu, mantan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah yang kini Rektor Institut Koperasi Indonesia yang hadir sebagai pembicara mengatakan, koperasi tetap dapat bertahan di kancah pasar bebas yang kapitalistik.
Dia meyakini, akan selalu ada dorongan kuat hadirnya koperasi sebagai penyeimbang dari kompetisi global. Contohnya koperasi di negara-negara kapitalistik seperti Jepang, Amerika Serikat dan lainnya.
Koperasi di Indonesia telah diterima sebagai bagian yang konkret dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Masalahnya sekarang pada upaya peningkatan kapasitas dan efektivitasnya untuk berkiprah secara lebih luas.
Burhanudin mengatakan, yang memungkinkan perubahan kondisi ekonomi nasional adalah koperasi. Terbukti, sejak zaman penjajahan ada 1 persen penduduk yang menguasai 40 persen aset bangsa.
(izz)