Tiga indikator ini dukung optimisme ekonomi RI
A
A
A
Sindonews.com - PT Ashmore Asset Management Indonesia (Ashmore) melihat tiga indikator positif yang akan mendukung optimisme pasar terhadap ekonomi Indonesia ke depan.
Indikator pertama dilihat dari kinerja keuangan korporasi-korporasi di Indonesia yang menunjukkan penguatan melebihi ekspektasi pasar.
"Padahal sebelumnya banyak kalangan menilai pendapatan korporasi masih akan bertahan di level terendah dalam tiga tahun terakhir sebagai akibat dari sentimen ekonomi global dan perlambatan ekonomi nasional," papar Presiden Direktur PT Ashmore Asset Management Indonesia Ronni Gandahusada di Jakarta, Selasa (29/4/2014).
Ronni menjelaskan, untuk indikator selanjutnya adalah konsumsi rumah tangga yang menunjukkan peningkatan, terutama di kuartal terakhir 2013. Tumbuh pesatnya masyarakat kelas menengah telah dan akan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan konsumsi.
Sebagai gambaran, lembaga riset AC Nielsen memperkirakan, masyarakat kelas menengah Asia Tenggara akan tumbuh 110,5 persen dari 190 juta orang pada 2012 menjadi 400 juta orang pada 2020 dengan Indonesia sebagai kontributor pertumbuhan tertinggi.
"Indikator yang ketiga adalah melihat porsi kepemilikan asing terhadap pasar Indonesia. Meskipun kita telah melihat ada peningkatan modal asing dalam empat bulan terakhir, tetapi Ashmore memperkirakan posisi mereka pada saat ini masih berada di bawah level normalnya, " jelas Ronni.
Pertumbuhan masyarakat kelas menengah Indonesia dalam kurun 2012-2020 diperkirankan mencapai 174 persen. Hasil survei AC Nielsen menunjukkan, 48 persen dari total belanja fast moving consumer goods (FMCG) berasal dari masyarakat kelas menengah.
Sejalan dengan Nielsen, survei konsumen yang dilakukan oleh BI menunjukkan indeks keyakinan konsumen Indonesia periode Maret 2014 menguat ke level 118,2 dibandingkan Desember 2013 sebesar 116,5.
Optimisme yang membaik terutama didorong oleh menguatnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Bank Indonesia menilai keyakinan konsumen yang masih dalam tren meningkat dapat berkontribusi positif pada tetap kuatnya konsumsi rumah tangga.
Direktur Riset dan Distribusi Ashmore Arief Cahyadi Wana mengatakan, pertumbuhan masyarakat menengah yang semakin pesat sangat positif bagi industri reksa dana di Indonesia. Hal ini karena sebagia besar dari mereka adalah masyarakat usia produktif yang membutuhkan tabungan dan investasi untuk masa depan.
"Kita harus dapat menangkap peluang ini dengan cara memberikan sosialisasi dan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat sambil menambah varian produk dan instrumen investasi yang beragam agar sesuai dengan tujuan dan profil risiko masing-masing investor," tutur dia.
Indikator pertama dilihat dari kinerja keuangan korporasi-korporasi di Indonesia yang menunjukkan penguatan melebihi ekspektasi pasar.
"Padahal sebelumnya banyak kalangan menilai pendapatan korporasi masih akan bertahan di level terendah dalam tiga tahun terakhir sebagai akibat dari sentimen ekonomi global dan perlambatan ekonomi nasional," papar Presiden Direktur PT Ashmore Asset Management Indonesia Ronni Gandahusada di Jakarta, Selasa (29/4/2014).
Ronni menjelaskan, untuk indikator selanjutnya adalah konsumsi rumah tangga yang menunjukkan peningkatan, terutama di kuartal terakhir 2013. Tumbuh pesatnya masyarakat kelas menengah telah dan akan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan konsumsi.
Sebagai gambaran, lembaga riset AC Nielsen memperkirakan, masyarakat kelas menengah Asia Tenggara akan tumbuh 110,5 persen dari 190 juta orang pada 2012 menjadi 400 juta orang pada 2020 dengan Indonesia sebagai kontributor pertumbuhan tertinggi.
"Indikator yang ketiga adalah melihat porsi kepemilikan asing terhadap pasar Indonesia. Meskipun kita telah melihat ada peningkatan modal asing dalam empat bulan terakhir, tetapi Ashmore memperkirakan posisi mereka pada saat ini masih berada di bawah level normalnya, " jelas Ronni.
Pertumbuhan masyarakat kelas menengah Indonesia dalam kurun 2012-2020 diperkirankan mencapai 174 persen. Hasil survei AC Nielsen menunjukkan, 48 persen dari total belanja fast moving consumer goods (FMCG) berasal dari masyarakat kelas menengah.
Sejalan dengan Nielsen, survei konsumen yang dilakukan oleh BI menunjukkan indeks keyakinan konsumen Indonesia periode Maret 2014 menguat ke level 118,2 dibandingkan Desember 2013 sebesar 116,5.
Optimisme yang membaik terutama didorong oleh menguatnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Bank Indonesia menilai keyakinan konsumen yang masih dalam tren meningkat dapat berkontribusi positif pada tetap kuatnya konsumsi rumah tangga.
Direktur Riset dan Distribusi Ashmore Arief Cahyadi Wana mengatakan, pertumbuhan masyarakat menengah yang semakin pesat sangat positif bagi industri reksa dana di Indonesia. Hal ini karena sebagia besar dari mereka adalah masyarakat usia produktif yang membutuhkan tabungan dan investasi untuk masa depan.
"Kita harus dapat menangkap peluang ini dengan cara memberikan sosialisasi dan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat sambil menambah varian produk dan instrumen investasi yang beragam agar sesuai dengan tujuan dan profil risiko masing-masing investor," tutur dia.
(rna)