Ekonomi RI kuartal I lebih rendah dari perkiraan

Senin, 05 Mei 2014 - 13:52 WIB
Ekonomi RI kuartal I lebih rendah dari perkiraan
Ekonomi RI kuartal I lebih rendah dari perkiraan
A A A
Sindonews.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama (Q1) 2014 sebesar 5,21 persen lebih lambat dari perkiraan analis. Hal ini karena ekspor yang lemah dan kebijakan moneter ketat membebani ekonomi terbesar di Asia Tenggara tersebut.

Pertumbuhan di negara kepulauan ini telah melemah sepanjang tahun lalu karena permintaan dari China untuk komoditas utama melambat, investor asing menunda ekspansi terkait kebijakan nasionalis dan suku bunga membatasi pinjaman.

Seperti diungkap Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi atau PDB Indonesia dari tahun-ke-tahun (yoy) merosot ke 5,21 persen pada tiga bulan sampai akhir Maret 2014. Angka tersebut turun dari 5,72 persen pada tahun ekspansi kuartal keempat (Q4) 2013. Sementara ekonom memperkirakan pertumbuhan 5,60 persen.

Pertumbuhan pada 2013 datang di bawah 6 persen untuk pertama kalinya dalam empat tahun dan analis melihat data terbaru menunjukkan prospek kenaikan tidak akan terjadi.

"Kami berpikir bahwa kebijakan moneter ketat, seiring dengan melemahnya permintaan ekspor komoditas, akan mencegah (ekonomi) bangkit kembali ke tingkat pertumbuhan 6 persen plus yang belum lama ini tampak seperti norma," ujar Capital Economics dalam catatannya, seperti dilansir dari Channel News Asia, Senin (5/5/2014).

Menurut mereka, Indonesia telah menaikkan suku bunga sebesar 175 basis poin pada tahun lalu menjadi 7,50 persen, setelah saham dan rupiah jatuh karena spekulasi Amerika Serikat (AS) akan menarik kembali program stimulusnya secara bertahap.

Pertumbuhan investasi asing (sementara masih pada tingkat tinggi secara global) juga diperlambat lebih dari setengah menjadi sekitar 10 persen pada kuartal pertama tahun ini.

Sebelumnya, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun politik melambat 0,4 persen dari 5,78 persen pada 2013 menjadi 5,3 persen. Bank Dunia menyebut tingginya subsidi dan larangan ekspor bahan tambang mentah sebagai faktor penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Selain itu, bisnis di luar negeri tertunda karena kebijakan nasionalis, seperti larangan ekspor minerba yang saat ini masih menjadi polemik.

BPS menyebutkan ekspor turun 0,78 persen pada kuartal pertama 2014, sementara impor turun 0,66 persen. Tapi, konsumsi rumah tangga - pendorong utama ekonomi - tetap kuat, tumbuh sebesar 5,61 persen (terdorong belanja proyek-proyek pemilu) pada bulan lalu.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5671 seconds (0.1#10.140)