Harga Terendah, Perusahaan Batu Bara Diminta Hati-hati
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memberi sinyal agar perusahaan batu bara lebih hati-hati menyikapi penurunan harga yang hingga kini mencapai level terendah.
Ketua APBI Supriatna Suhala menuturkan secara historikal, level tersebut merupakan yang terendah sejak 2009. Jika penurunan tersebut tidak diimbangi dengan efisiensi, tentu akan menekan kinerja perusahaan.
"Kondisi harga batu bara yang masih oversupply menjadi sentimen negatif bagi harga batu bara dunia. Sementara, banyak pelaku tambang batu bara Indonesia yang memproduksi batu bara dengan kadar kalori yang rendah," kata dia di Jakarta, Minggu (1/6/2014).
Dia meminta agar perusahaan batu bara lebih waspada dengan kondisi seperti ini. Menurutnya, jika harga tersebut terus mengalami penurunan, maka akan mengalami default.
"Perusahaan batu bara kalori rendah tidak akan mendapat margin dengan kondisi saat ini. Sehingga efisiensi segala bidang tentu wajib dilakukan agar para penambang mampu bertahan," ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, penurunan harga saat ini membuat perusahaan batu bara mengurangi produksi batu bara, sehingga diharapkan pada kuartal III dan kuartal IV tahun ini harga bisa rebound.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Joko Pramono mengatakan, sejauh ini kegiatan operasional di Bukit Asam masih terus berjalan dan produksi masih terus bertumbuh. Produksi batu bara perseroan relatif lebih rendah di semester I dibanding semester II. Perseroan telah menargetkan produksi 40%:60%, 40% di semester I dan 60% di semester II.
Dia mengatakan, Bukit Asam telah melakukan berbagai upaya, terutama meningkatkan efisiensi dalam kegiatan penambangan sehingga bisa mengimbangi penurunan harga batu bara. Salah satunya dengan peningkatan kapasitas di Pembangkit Listrik Tenaga Uapa (PLTU) milik perseroan serta perbaikan jarak lokasi tambang sehingga menghemat biaya.
"Di awal April kami telah menambahkan 300 gerbong kereta api untuk pengangkutan, sehingga harapan kami infrastruktur dan distribusi di wilayah tambang dapat berjalan lancar," tandasnya.
Pengamat Batubara, Kuswoyo Adie Joe mengatakan, saat ini harga batu bara sulit untuk merangkak naik. Lantaran oversupply kemudian ditambah lagi peningkatan penggunaan gas yang menjadi energi alternatif bagi masyarakat karena lebih murah.
"Pasokan batu bara saat ini banyak, gas juga banyak dan lebih murah. Saya rasa masyarakat akan memilih gas ketimbang batubara," kata Adi.
Sebagaimana diketahui, harga batu bara acuan (HBA) diperkirakan sulit menembus level USD75 per ton hingga akhir kuartal II/2014 karena kelebihan pasokan di pasar global.
Harga batu bara acuan Mei 2014 turun ke level USD73,60 per ton atau lebih rendah 1,26% jika dibanding bulan sebelumnya di level USD74,81 per ton. Secara year on year, HBA Mei 2014 mengalami penurunan 13,7% jika dibanding dengan HBA di Mei 2013 sebesar USD 85,33 per ton.
Secara rata-rata, harga batu bara kuartal I/2014 mengalami penurunan menjadi USD77,42 atau turun 13% dibanding periode sama 2013 rata-rata sebesar USD89 per ton. Di awal kuartal II/2014, harga batua bara kembali menunjukan sinyal pelemahan dengan posisi di Mei 2014 yang relatif turun dari April 2014.
Ketua APBI Supriatna Suhala menuturkan secara historikal, level tersebut merupakan yang terendah sejak 2009. Jika penurunan tersebut tidak diimbangi dengan efisiensi, tentu akan menekan kinerja perusahaan.
"Kondisi harga batu bara yang masih oversupply menjadi sentimen negatif bagi harga batu bara dunia. Sementara, banyak pelaku tambang batu bara Indonesia yang memproduksi batu bara dengan kadar kalori yang rendah," kata dia di Jakarta, Minggu (1/6/2014).
Dia meminta agar perusahaan batu bara lebih waspada dengan kondisi seperti ini. Menurutnya, jika harga tersebut terus mengalami penurunan, maka akan mengalami default.
"Perusahaan batu bara kalori rendah tidak akan mendapat margin dengan kondisi saat ini. Sehingga efisiensi segala bidang tentu wajib dilakukan agar para penambang mampu bertahan," ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, penurunan harga saat ini membuat perusahaan batu bara mengurangi produksi batu bara, sehingga diharapkan pada kuartal III dan kuartal IV tahun ini harga bisa rebound.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Joko Pramono mengatakan, sejauh ini kegiatan operasional di Bukit Asam masih terus berjalan dan produksi masih terus bertumbuh. Produksi batu bara perseroan relatif lebih rendah di semester I dibanding semester II. Perseroan telah menargetkan produksi 40%:60%, 40% di semester I dan 60% di semester II.
Dia mengatakan, Bukit Asam telah melakukan berbagai upaya, terutama meningkatkan efisiensi dalam kegiatan penambangan sehingga bisa mengimbangi penurunan harga batu bara. Salah satunya dengan peningkatan kapasitas di Pembangkit Listrik Tenaga Uapa (PLTU) milik perseroan serta perbaikan jarak lokasi tambang sehingga menghemat biaya.
"Di awal April kami telah menambahkan 300 gerbong kereta api untuk pengangkutan, sehingga harapan kami infrastruktur dan distribusi di wilayah tambang dapat berjalan lancar," tandasnya.
Pengamat Batubara, Kuswoyo Adie Joe mengatakan, saat ini harga batu bara sulit untuk merangkak naik. Lantaran oversupply kemudian ditambah lagi peningkatan penggunaan gas yang menjadi energi alternatif bagi masyarakat karena lebih murah.
"Pasokan batu bara saat ini banyak, gas juga banyak dan lebih murah. Saya rasa masyarakat akan memilih gas ketimbang batubara," kata Adi.
Sebagaimana diketahui, harga batu bara acuan (HBA) diperkirakan sulit menembus level USD75 per ton hingga akhir kuartal II/2014 karena kelebihan pasokan di pasar global.
Harga batu bara acuan Mei 2014 turun ke level USD73,60 per ton atau lebih rendah 1,26% jika dibanding bulan sebelumnya di level USD74,81 per ton. Secara year on year, HBA Mei 2014 mengalami penurunan 13,7% jika dibanding dengan HBA di Mei 2013 sebesar USD 85,33 per ton.
Secara rata-rata, harga batu bara kuartal I/2014 mengalami penurunan menjadi USD77,42 atau turun 13% dibanding periode sama 2013 rata-rata sebesar USD89 per ton. Di awal kuartal II/2014, harga batua bara kembali menunjukan sinyal pelemahan dengan posisi di Mei 2014 yang relatif turun dari April 2014.
(izz)