Pemerintah Diminta Serius Hadapi Defisit
A
A
A
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, neraca perdagangan pada April yang mengalami defisit USD1,97 miliar atau senilai Rp23 triliun perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.
Ketua Umum Kadin, Suryo Bambang Sulisto mengatakan, salah satu faktor utama yang harus diperhatikan adalah sejumlah kebijakan yang akan berdampak langsung maupun tidak langsung pada minat investor asing di tanah air.
"Benar, defisit itu kan ada ambangnya, kalau sudah melampui ambang aman, yang artinya di atas ambang, kan berarti ada yang perlu dibenahi. Maka dari itu, kondisi yang penting ini harus kita ciptakan seramah mungkin untuk investasi, jangan sampai arus investasinya terganggu," tutur Suryo di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (3/6/2014).
Pentingnya penciptaan iklim investasi yang kondusif ini, lanjut dia, terutama didasari pada mulai turunnya kinerja ekspor Indonesia sebagai akibat dari turunnya permintaan komoditi asli Indonesia dari mitra dagang. Misalnya, mitra dagang dari China dan tengah dihadapkannya dunia usaha pada situasi kebijakan pengetatan fiskal yang tidak menguntungkan.
"Sekarang itu situasinya, pemerintah memberlakukan kebijakan uang ketat, itu tidak baik untuk pelaku usaha dan dunia usaha," kata dia.
Suryo menjelaskan, iklim investasi harus memiliki nilai kondusif untuk pengembangan sentra-sentra produksi. Itu dapat diciptakan dengan memanfaatkan dana investasi yang masuk. Hal ini diharapkan akan membuka banyak lapangan kerja dan dapat menyerap angkatan kerja produktif yang semakin bertambah setiap tahun.
"Kita harus menjaga agar pertumbuhan tidak menurun lagi. Karena, tuntutan atas penciptaan lapangan kerja itu kan sangat riil, setiap tahun banyak yang lulus," tandasnya.
Ketua Umum Kadin, Suryo Bambang Sulisto mengatakan, salah satu faktor utama yang harus diperhatikan adalah sejumlah kebijakan yang akan berdampak langsung maupun tidak langsung pada minat investor asing di tanah air.
"Benar, defisit itu kan ada ambangnya, kalau sudah melampui ambang aman, yang artinya di atas ambang, kan berarti ada yang perlu dibenahi. Maka dari itu, kondisi yang penting ini harus kita ciptakan seramah mungkin untuk investasi, jangan sampai arus investasinya terganggu," tutur Suryo di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (3/6/2014).
Pentingnya penciptaan iklim investasi yang kondusif ini, lanjut dia, terutama didasari pada mulai turunnya kinerja ekspor Indonesia sebagai akibat dari turunnya permintaan komoditi asli Indonesia dari mitra dagang. Misalnya, mitra dagang dari China dan tengah dihadapkannya dunia usaha pada situasi kebijakan pengetatan fiskal yang tidak menguntungkan.
"Sekarang itu situasinya, pemerintah memberlakukan kebijakan uang ketat, itu tidak baik untuk pelaku usaha dan dunia usaha," kata dia.
Suryo menjelaskan, iklim investasi harus memiliki nilai kondusif untuk pengembangan sentra-sentra produksi. Itu dapat diciptakan dengan memanfaatkan dana investasi yang masuk. Hal ini diharapkan akan membuka banyak lapangan kerja dan dapat menyerap angkatan kerja produktif yang semakin bertambah setiap tahun.
"Kita harus menjaga agar pertumbuhan tidak menurun lagi. Karena, tuntutan atas penciptaan lapangan kerja itu kan sangat riil, setiap tahun banyak yang lulus," tandasnya.
(izz)