Industri Olahan Jateng Perlu Terus Dikembangkan

Selasa, 03 Juni 2014 - 18:08 WIB
Industri Olahan Jateng...
Industri Olahan Jateng Perlu Terus Dikembangkan
A A A
SEMARANG - Industri olahan agro mampu memberikan kontribusi sebesar 30% pada pendapatan Domesti Regional Bruto (PDRB) di Jawa Tengah (Jateng). Oleh karena itu, industri produk olahan harus terus didorong untuk terus meningkatkan produktivitasnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdaganan (Disperindag) Jateng Petrus Edison Ambarura mengatakan, potensi industri produk olahan di Jateng sangat besar. Semua daerah di Jateng memiliki produk olahan sendiri-sendiri dengan ciri khas masing-masing.

Dikatakannya, di Jateng sedikitnya ada sekitar 3.000 industri kecil menengah (IKM) yang bergerak di bidang industri olahan. Hanya saja, kata Dia, meski memiliki cukup banyak produk olahan, akan tetapi belum banyak yang mampu membuat produk untuk diekspor. Oleh karena itu hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah.

“Kita sangat kaya akan produk olahan karena semua daerah memiliki. Hanya saja kebanyakan masih untuk pasaran lokal,” katanya.

Dia mengaku, industri olahan di Jateng terus menjadi perhatian. Pembinaan bagi para pelaku IKM terus dilakukan guna mendorong pengembangan di sektor ini. Oleh karenanya industri ini menjadi salah satu skala prioritas untuk dikembangkan di Jateng.

“Untuk mengembangkan sektor ini kami terus berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia, desain produk, kemudian rasa, dan tidak ketinggalan dari segi kesehatan serta standarisasi,” katanya.

Dia ingin dengan adanya pembinaan secara intensif, produk-produk dari Jateng mampu menembus pasar internasional. Untuk itu, pihaknya juga terus melakukan koordinasi baik dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan serta MUI. Koordinasi dengan dua pihak ini sangat penting guna mengetahui kendala-kendala serta solusi untuk masalah kesehatan.

Salah satu pelaku industri olahan buah Carica Eko Budi Sulistyo mengaku, kendala utama yang dialami oleh pelaku IKM adalah persoalan teknologi pengolahan, modal dan pemasaran.

Menurut dia, dengan teknologi pengolahan yang rata-rata masih tradisional, membuat produk olahan kurang mampu bersaing di pasar global. ”Selain itu juga terkendal masih terbatasnya produk olahan, sehingga dibutuhkan banyak pembinaan untuk terus mengembangkan produk hasil olahan,” katanya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7105 seconds (0.1#10.140)