Pemerintah Berharap Investor Asing Kembangkan Panas Bumi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menggelar Indonesia EBTKE-ConEx ke-3 tahun 2014.
Pagelaran ini bertepatan dengan diselenggarakannya Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition ke-2.
Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM Tisnaldi berharap pameran ini dapat menarik investor internasional untuk mengembangkan energi panas bumi.
"(EBTKE-ConEx 2014) Sharing informasi, kita juga mengharapkan investor internasional bisa tertarik. Karena dalam waktu dekat ini akan merevisi regulasi UU Panas Bumi, akan diparipurnakan, semoga bisa disetujui," ujar dia di JCC, Jakarta, Rabu (4/6/2014).
Selain itu, pagelaran ini juga bertujuan mengatur lelang agar lebih gamblang, namun tetap mendapatkan peserta lelang yang tidak main-main.
"Kita akan mengeluarkan regulasi mengenai harga panas bumi yang atraktif, sehingga nanti tidak ada lagi alasan dari investor kita harga keekonomiannya tidak pas," imbuhnya.
Dia mengatakan, regulasi ini diharapkan dapat segera terbit dalam waktu dekat, sehingga tidak ada lagi alasan untuk menunda pengembangan panas bumi.
"Kasihan kita akan krisis energi. Kasihan PLN, padahal tugas PLN itu untuk melistriki seluruh rakyat Indonesia. Saat ini masih 80,5% yang terlistriki. Dari mana lagi kita harapkan. Minyak kita mulai decline, gas juga begitu, batu bara banyak kendala. Sehingga betul-betul energi selanjutnya adalah panas bumi," tutur Tisnaldi.
Senada dengan Tisnaldi, Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) Abadi Poernomo mengatakan, konferensi ini pada dasarnya untuk mendorong geothermal lebih maju lagi.
"Kebetulan ini ada beberapa rekan dari Belanda, Jepang, Island, Newzealand juga pada datang juga. Sehingga sebenarnya inti konferensi ini bagaimana kita mendorong untuk geothermal atau panas bumi ini bisa didorong untuk maju lebih cepat lagi. dan itu intinya," jelasnya.
Sehingga, lanjut pembicara yang didatangkan lebih banyak dari pemerintahan. "Bagaimana komitmen government untuk pengembangan geothermal. Kedua, pembicara dari luar ini lebih banyak leasoner, apa yang sudah dipelajari dari luar, bagaimana cara menghitung keekonomian, bagaimana mengoperasikan, dan bagaimana policy di luar negeri terhadap pengembangan geothermal ini," pungkasnya.
Pagelaran ini bertepatan dengan diselenggarakannya Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition ke-2.
Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM Tisnaldi berharap pameran ini dapat menarik investor internasional untuk mengembangkan energi panas bumi.
"(EBTKE-ConEx 2014) Sharing informasi, kita juga mengharapkan investor internasional bisa tertarik. Karena dalam waktu dekat ini akan merevisi regulasi UU Panas Bumi, akan diparipurnakan, semoga bisa disetujui," ujar dia di JCC, Jakarta, Rabu (4/6/2014).
Selain itu, pagelaran ini juga bertujuan mengatur lelang agar lebih gamblang, namun tetap mendapatkan peserta lelang yang tidak main-main.
"Kita akan mengeluarkan regulasi mengenai harga panas bumi yang atraktif, sehingga nanti tidak ada lagi alasan dari investor kita harga keekonomiannya tidak pas," imbuhnya.
Dia mengatakan, regulasi ini diharapkan dapat segera terbit dalam waktu dekat, sehingga tidak ada lagi alasan untuk menunda pengembangan panas bumi.
"Kasihan kita akan krisis energi. Kasihan PLN, padahal tugas PLN itu untuk melistriki seluruh rakyat Indonesia. Saat ini masih 80,5% yang terlistriki. Dari mana lagi kita harapkan. Minyak kita mulai decline, gas juga begitu, batu bara banyak kendala. Sehingga betul-betul energi selanjutnya adalah panas bumi," tutur Tisnaldi.
Senada dengan Tisnaldi, Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) Abadi Poernomo mengatakan, konferensi ini pada dasarnya untuk mendorong geothermal lebih maju lagi.
"Kebetulan ini ada beberapa rekan dari Belanda, Jepang, Island, Newzealand juga pada datang juga. Sehingga sebenarnya inti konferensi ini bagaimana kita mendorong untuk geothermal atau panas bumi ini bisa didorong untuk maju lebih cepat lagi. dan itu intinya," jelasnya.
Sehingga, lanjut pembicara yang didatangkan lebih banyak dari pemerintahan. "Bagaimana komitmen government untuk pengembangan geothermal. Kedua, pembicara dari luar ini lebih banyak leasoner, apa yang sudah dipelajari dari luar, bagaimana cara menghitung keekonomian, bagaimana mengoperasikan, dan bagaimana policy di luar negeri terhadap pengembangan geothermal ini," pungkasnya.
(izz)