Tantangan Berat Bank Tahun Ini Adalah Perlambatan
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2013 adalah periode yang mulai mendatangkan tantangan bagi industri perbankan. Imbas kebijakan loan to value (LTV) dan pengetatan moneter untuk menekan inflasi dan defisit transaksi berjalan telah menahan laju ekspansi kredit perbankan.
Menurut Direktur Biro Riset Infobank, Kartono Mohamad, sampai akhir 2013 industri perbankan masih mencetak pertumbuhan kinerja yang sangat baik kendati di kuartal terakhir mengalami tekanan likuiditas yang berat.
"Sebagian besar bank-bank berhasil mencapai target laba dan secara industri laba yang dicetak mencapai Rp108,45 triliun atau meningkat 14,95% dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan signifikan juga terjadi pada peningkatan kredit yang mencapai 21,80% dan 13,60% untuk dana pihak ketiga. Itu artinya, pada 2013 kecepatan kredit terus lebih kencang dari kecepatan dana," ujarnya di Jakarta, Rabu (4/6/2014).
Karnoto menambahkan, kenyataannya saat ini, terjadi tantangan berat menghadang pada 2014. Bank-bank masuk jalur lambat dengan ditandai pertumbuhan kredit yang lebih rendah dari pertumbuhan tahun lalu.
"Kendati pertumbuhan kredit diperkirakan masih di kisaran 15% sampai 17%, bank-bank mengalami perlambatan kenaikan laba, bahkan sebagian dihantui penurunan laba akibat mahalnya cost of fund, biaya operasi bertambah dan meningkatnya kredit macet yang menambah jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif," lanjutnya.
Per kuartal I/2014, lanjut Karnoto, laba perbankan sudah melambat dengan tumbuh 13,09 (yoy). Namun bank-bank masih cukup kuat menghadapi tantangan likuiditas dan resiko kredit saat ini.
"Modal perbankan memadai, cadangan cukup besar, NPL kalaupun meningkat maksimal 5% dan bank-bank masih punya ruang ekspansi dengan penurunan suku bunga. Jika tidak ada kejadian memburuk, maka kinerja bank-bank masih oke," ujarnya.
Di tengah pengetatan kebijakan moneter, Karnoto menilai laba perbankan selama 2013 masih tumbuh karena NIM masih relatif tebal. "Kendati NIM perbankan menurun, tetap masih tebal dan itu ikut mendongkrak laba perbankan yang mayoritas masih ditopang oleh pendapatan bunga bersih," tutupnya.
Menurut Direktur Biro Riset Infobank, Kartono Mohamad, sampai akhir 2013 industri perbankan masih mencetak pertumbuhan kinerja yang sangat baik kendati di kuartal terakhir mengalami tekanan likuiditas yang berat.
"Sebagian besar bank-bank berhasil mencapai target laba dan secara industri laba yang dicetak mencapai Rp108,45 triliun atau meningkat 14,95% dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan signifikan juga terjadi pada peningkatan kredit yang mencapai 21,80% dan 13,60% untuk dana pihak ketiga. Itu artinya, pada 2013 kecepatan kredit terus lebih kencang dari kecepatan dana," ujarnya di Jakarta, Rabu (4/6/2014).
Karnoto menambahkan, kenyataannya saat ini, terjadi tantangan berat menghadang pada 2014. Bank-bank masuk jalur lambat dengan ditandai pertumbuhan kredit yang lebih rendah dari pertumbuhan tahun lalu.
"Kendati pertumbuhan kredit diperkirakan masih di kisaran 15% sampai 17%, bank-bank mengalami perlambatan kenaikan laba, bahkan sebagian dihantui penurunan laba akibat mahalnya cost of fund, biaya operasi bertambah dan meningkatnya kredit macet yang menambah jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif," lanjutnya.
Per kuartal I/2014, lanjut Karnoto, laba perbankan sudah melambat dengan tumbuh 13,09 (yoy). Namun bank-bank masih cukup kuat menghadapi tantangan likuiditas dan resiko kredit saat ini.
"Modal perbankan memadai, cadangan cukup besar, NPL kalaupun meningkat maksimal 5% dan bank-bank masih punya ruang ekspansi dengan penurunan suku bunga. Jika tidak ada kejadian memburuk, maka kinerja bank-bank masih oke," ujarnya.
Di tengah pengetatan kebijakan moneter, Karnoto menilai laba perbankan selama 2013 masih tumbuh karena NIM masih relatif tebal. "Kendati NIM perbankan menurun, tetap masih tebal dan itu ikut mendongkrak laba perbankan yang mayoritas masih ditopang oleh pendapatan bunga bersih," tutupnya.
(gpr)