Saatnya Perbankan Digital Naik Pangkat
A
A
A
JAKARTA - Masa depan perbankan akan didominasi transaksi daring (online) dan melalui perangkat bergerak. Layanan perbankan yang dilakukan di kantor-kantor cabang diperkirakan tidak akan mencapai 5%.
Manager Direktur Accenture Indonesia Hendra Godjali mengatakan, perbankan Indonesia akan menghadapi ancaman dari para pendatang baru digital yang semakin serius menggarap layanan keuangan dan dapat mengambil alih pasar ritel dari perbankan serta membatasi peran utama bank.
"Pada 2020, lebih dari 30% pendapatan perbankan terancam akan diambil alih para kompetitor dan tren-tren terbaru. Dengan adanya ancaman tersebut, bank-bank tidak dapat hanya berpangku tangan saja," ungkapnya di Jakarta, Kamis (5/6/2014).
Menurutnya, perbankan Indonesia tengah menghadapi ancaman dan peluang baru, mulai dari perusahaan teknologi dan komunikasi sampai pelanggan ritel dan agen perjalanan telah menggunakan teknologi digital untuk mengungguli layanan ritel perbankan.
"Sektor perbankan harus bersifat proaktif dan mengantisipasi hal ini dengan memanfaatkan serta mentransformasi produk dan layanan perbankan tradisional mereka menjadi layanan berbasis digital. Selain itu, mereka juga perlu menggunakan teknologi untuk menciptakan fungsi perbankan yang memiliki nilai tambah dalam kehidupan digital para pelanggannya," jelasnya.
Riset Accenture menunjukkan bahwa pasar berbasis digital akan berkembang lebih pesat dibandingkan sektor tradisional. Di mana, para pemain lama terancam kehilangan bisnisnya.
"Kami memperkirakan bahwa satu per tiga pangsa pasar bank tradisional akan terancam pada 2020 akibat adanya sejumlah pendatang baru. Bank-bank harus mampu memberikan lebih dari sekedar layanan perbankan sehingga mereka akan lebih dipercaya dan dibutuhkan dalam aktivitas pelanggan sehari-hari," terang dia.
Dalam dunia digital, lanjut Hendra, perubahan didorong para pelanggan. Mereka ingin berperan aktif dalam menentukan bagaimana dan kapan mereka akan melakukan transaksi perbankan.
Atas tingkat otomatisasi yang tinggi, serta layanan dengan teknologi perbankan terkini, bank-bank yang berinvestasi pada layanan digital akan memperoleh kesempatan memperluas pasar secara efektif dan efisien, lebih optimis akan masa depan mereka. Selain itu, mampu menjangkau masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan.
"Kita tentu berharap dapat memberikan informasi kepada sektor perbankan Indonesia agar lebih memahami lanskap perbankan digital termasuk tantangan, strategi dan solusi dalam menghadapi era digital," pungkasnya.
Manager Direktur Accenture Indonesia Hendra Godjali mengatakan, perbankan Indonesia akan menghadapi ancaman dari para pendatang baru digital yang semakin serius menggarap layanan keuangan dan dapat mengambil alih pasar ritel dari perbankan serta membatasi peran utama bank.
"Pada 2020, lebih dari 30% pendapatan perbankan terancam akan diambil alih para kompetitor dan tren-tren terbaru. Dengan adanya ancaman tersebut, bank-bank tidak dapat hanya berpangku tangan saja," ungkapnya di Jakarta, Kamis (5/6/2014).
Menurutnya, perbankan Indonesia tengah menghadapi ancaman dan peluang baru, mulai dari perusahaan teknologi dan komunikasi sampai pelanggan ritel dan agen perjalanan telah menggunakan teknologi digital untuk mengungguli layanan ritel perbankan.
"Sektor perbankan harus bersifat proaktif dan mengantisipasi hal ini dengan memanfaatkan serta mentransformasi produk dan layanan perbankan tradisional mereka menjadi layanan berbasis digital. Selain itu, mereka juga perlu menggunakan teknologi untuk menciptakan fungsi perbankan yang memiliki nilai tambah dalam kehidupan digital para pelanggannya," jelasnya.
Riset Accenture menunjukkan bahwa pasar berbasis digital akan berkembang lebih pesat dibandingkan sektor tradisional. Di mana, para pemain lama terancam kehilangan bisnisnya.
"Kami memperkirakan bahwa satu per tiga pangsa pasar bank tradisional akan terancam pada 2020 akibat adanya sejumlah pendatang baru. Bank-bank harus mampu memberikan lebih dari sekedar layanan perbankan sehingga mereka akan lebih dipercaya dan dibutuhkan dalam aktivitas pelanggan sehari-hari," terang dia.
Dalam dunia digital, lanjut Hendra, perubahan didorong para pelanggan. Mereka ingin berperan aktif dalam menentukan bagaimana dan kapan mereka akan melakukan transaksi perbankan.
Atas tingkat otomatisasi yang tinggi, serta layanan dengan teknologi perbankan terkini, bank-bank yang berinvestasi pada layanan digital akan memperoleh kesempatan memperluas pasar secara efektif dan efisien, lebih optimis akan masa depan mereka. Selain itu, mampu menjangkau masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan.
"Kita tentu berharap dapat memberikan informasi kepada sektor perbankan Indonesia agar lebih memahami lanskap perbankan digital termasuk tantangan, strategi dan solusi dalam menghadapi era digital," pungkasnya.
(izz)