Kemenkeu-UN Escap Adakan Seminar Ekonomi Keuangan
A
A
A
JAKARTA - Hari ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bekerja sama dengan United Nations Escap mengadakan seminar ekonomi yang berlangsung dua hari, 10-11 Juni 2014 di Kantor Kementrian Keuangan Jakarta.
Acara yang bertajuk Asia Pacific Outreach Meeting on Sustainable Development Financing dan dibuka oleh Menteri Keuangan Chatib Basri ini, akan membahas betapa pentingnya mengenai pembiayan pembangunan secara berkelanjutan di Indonesia mengingat masih banyaknya pembangunan-pembangunan yang belum terealisasi di dalam negeri.
Chatib menjelaskan, Indonesia sedang mengalami tantangan ekonomi saat ini. "Negara-negara Asia Pasifik termasuk Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan kedepan, yaitu ketimpangan ekonomi dalam negeri. Tidak hanya di Indonesia yang mengalami itu, tapi di Asia Pasific juga. Karena itu harus ada langkah yang dilakukan pemerintah," ujar Chatib di Kantor Kementrian Keuangan Jakarta, Selasa (10/6/2014).
Lebih lanjut Chatib menjelaskan, harus ada pembahasan mengenai faktor kemiskinan, mengenai infrastuktur, perubahan iklim dan tema financing lainnya untuk mencari solusi dari masalah ekonomi di Indonesia dan menghadapi tantangannya.
"Kami menyambut baik kegiatan ini karena ini menyangkut beberapa hal penting. Financing bukan hanya sekedar untuk infrastruktur, tapi juga untuk dampak dari pemberian akses untuk penduduk miskin," ujarnya.
Chatib memberikan contoh untuk masalah finansial infrastruktur masyarakat miskin adalah, ketika ada kecenderungan atas pembelian sepeda motor untuk banyak desa. Di satu sisi menyambut baik, karena masyarakat desa yang notabennya adalah masyarakat kelas menengah ke bawah, bisa atau mampu membeli sepeda motor. Tapi di sisi lain, jalan di desa tersebut buruk.
"Di sini dapat kita lihat, orang-orang desa/miskin bisa membeli motor untuk mengarungi jalanan desanya yang rusak. Mau tidak mau harus memakai motor sehingga orang-orang miskin menanggung beban untuk membeli motor karena jalanan desanya rusak. Kemudian masalah rakyat miskin harus beli 5 liter air, itu juga harus diperhatikan" ujarnya lagi.
Chatib juga melihat bahwa isu finansial yang saat ini terjadi adalah, banyak negara tidak hanya bisa tergantung pada pembangunan. Ini yang harus dipecahkan Indonesia, harus memiliki cara bagaimana agar pihak luar mau berinvestasi.
"Saya berharap acara ini akan bisa membahas framework-framework ini, maka topik mengenai perubahan iklim dan yang lainnya merupakan topik-topik yang dibahas dan penting untuk suistainable development," tutupnya.
Acara yang bertajuk Asia Pacific Outreach Meeting on Sustainable Development Financing dan dibuka oleh Menteri Keuangan Chatib Basri ini, akan membahas betapa pentingnya mengenai pembiayan pembangunan secara berkelanjutan di Indonesia mengingat masih banyaknya pembangunan-pembangunan yang belum terealisasi di dalam negeri.
Chatib menjelaskan, Indonesia sedang mengalami tantangan ekonomi saat ini. "Negara-negara Asia Pasifik termasuk Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan kedepan, yaitu ketimpangan ekonomi dalam negeri. Tidak hanya di Indonesia yang mengalami itu, tapi di Asia Pasific juga. Karena itu harus ada langkah yang dilakukan pemerintah," ujar Chatib di Kantor Kementrian Keuangan Jakarta, Selasa (10/6/2014).
Lebih lanjut Chatib menjelaskan, harus ada pembahasan mengenai faktor kemiskinan, mengenai infrastuktur, perubahan iklim dan tema financing lainnya untuk mencari solusi dari masalah ekonomi di Indonesia dan menghadapi tantangannya.
"Kami menyambut baik kegiatan ini karena ini menyangkut beberapa hal penting. Financing bukan hanya sekedar untuk infrastruktur, tapi juga untuk dampak dari pemberian akses untuk penduduk miskin," ujarnya.
Chatib memberikan contoh untuk masalah finansial infrastruktur masyarakat miskin adalah, ketika ada kecenderungan atas pembelian sepeda motor untuk banyak desa. Di satu sisi menyambut baik, karena masyarakat desa yang notabennya adalah masyarakat kelas menengah ke bawah, bisa atau mampu membeli sepeda motor. Tapi di sisi lain, jalan di desa tersebut buruk.
"Di sini dapat kita lihat, orang-orang desa/miskin bisa membeli motor untuk mengarungi jalanan desanya yang rusak. Mau tidak mau harus memakai motor sehingga orang-orang miskin menanggung beban untuk membeli motor karena jalanan desanya rusak. Kemudian masalah rakyat miskin harus beli 5 liter air, itu juga harus diperhatikan" ujarnya lagi.
Chatib juga melihat bahwa isu finansial yang saat ini terjadi adalah, banyak negara tidak hanya bisa tergantung pada pembangunan. Ini yang harus dipecahkan Indonesia, harus memiliki cara bagaimana agar pihak luar mau berinvestasi.
"Saya berharap acara ini akan bisa membahas framework-framework ini, maka topik mengenai perubahan iklim dan yang lainnya merupakan topik-topik yang dibahas dan penting untuk suistainable development," tutupnya.
(gpr)