Menteri Koperasi Minta Sumur Tua Dikelola UKM
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syarifuddin Hasan meminta agar sumur tua dikelola atau diberikan kepada kelompok usaha kecil.
"Kami mendorong sumur-sumur tua yang tidak produktif dapat diberikan kesempatan untuk dikelola oleh KUKM (koperasi-usaha kecil menengah)," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/6/2014).
Menurut menteri yang akbar disapa Syarif ini, KUKM memiliki dana bergulir yang dapat digunakan untuk mengelola sumur tersebut.
Menanggapi hal itu, Menteri ESDM Jero Wacik menyetujui agar sumur tua yang tidak produktif dapat dikelola pelaku usaha kecil. "Saya setuju sumur-sumur tua yang 200 barel, 500 barel, 100 barel ini bisa dikelola koperasi," katanya.
Selain itu, dia juga menyoroti pembangkit listrik di daerah-daerah terpencil untuk memproduksi energi sendiri. "Karena sungai bisa mengandung listrik melalui mikrohidro. Semua sungai harus ada mikrohidro. Saya minta Dirjen EBTKE untuk membicarakan dengan para bupati," ujarnya.
Harga mikrohidro pada tahun ini sebesar Rp1.075/kwh. Sementara untuk daerah yang tidak memiliki sungai dapat mengembangkan energi surya.
"Tenaga surya dan sungai ada 58 titik tahun ini. Untuk tenaga surya sudah dibangun di Sulawesi Utara di Pulau Miangas dengan kapasitas 25 kw untuk 200 rumah," ungkapnya.
Dia memaparkan, biaya untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya tidak terlalu besar hanya Rp2 miliar sampai Rp3 miliar. "Untuk yang kapasitas megawatt sebesar Rp25 miliar di Bali dan Sumbawa sudah kita lakukan," katanya.
Pihaknya juga akan melakukan kerja sama dengan koperasi untuk kampanye hemat energi. "Semua koperasi kampanye tentang penghematan energi. Nanti kita biayai keperluan kampanyenya. Ini yang akan lahir dari realita MoU tersebut," pungkas Jero.
"Kami mendorong sumur-sumur tua yang tidak produktif dapat diberikan kesempatan untuk dikelola oleh KUKM (koperasi-usaha kecil menengah)," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/6/2014).
Menurut menteri yang akbar disapa Syarif ini, KUKM memiliki dana bergulir yang dapat digunakan untuk mengelola sumur tersebut.
Menanggapi hal itu, Menteri ESDM Jero Wacik menyetujui agar sumur tua yang tidak produktif dapat dikelola pelaku usaha kecil. "Saya setuju sumur-sumur tua yang 200 barel, 500 barel, 100 barel ini bisa dikelola koperasi," katanya.
Selain itu, dia juga menyoroti pembangkit listrik di daerah-daerah terpencil untuk memproduksi energi sendiri. "Karena sungai bisa mengandung listrik melalui mikrohidro. Semua sungai harus ada mikrohidro. Saya minta Dirjen EBTKE untuk membicarakan dengan para bupati," ujarnya.
Harga mikrohidro pada tahun ini sebesar Rp1.075/kwh. Sementara untuk daerah yang tidak memiliki sungai dapat mengembangkan energi surya.
"Tenaga surya dan sungai ada 58 titik tahun ini. Untuk tenaga surya sudah dibangun di Sulawesi Utara di Pulau Miangas dengan kapasitas 25 kw untuk 200 rumah," ungkapnya.
Dia memaparkan, biaya untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya tidak terlalu besar hanya Rp2 miliar sampai Rp3 miliar. "Untuk yang kapasitas megawatt sebesar Rp25 miliar di Bali dan Sumbawa sudah kita lakukan," katanya.
Pihaknya juga akan melakukan kerja sama dengan koperasi untuk kampanye hemat energi. "Semua koperasi kampanye tentang penghematan energi. Nanti kita biayai keperluan kampanyenya. Ini yang akan lahir dari realita MoU tersebut," pungkas Jero.
(izz)