Proyek Pembangkit Listrik Alami Keterlambatan
A
A
A
SURABAYA - Proyek pembangunan pembangkit listrik yang dilakukan PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) mengalami perlambatan. Karena, proses pembebasan lahan yang tidak bisa dilakukan secara mulus.
Direktur Utama PT PJB, Amir Rosidi mengatakan, untuk membangun area pembangkit, pihaknya harus mengalami berbagai kendala. Salah satunya lahan, sehingga proyek pembangkit listrik yang dilakukan perusahan listik negara mengalami keterlambatan.
"Kondisi ini akan menyebabkan cadangan listrik berkurang, saat ini masih aman dikisaran 25%, namun akan turun menjadi 20% di 2017," katanya di kantor PJB di Surabaya, Selasa (17/6/2014).
Amir menjelaskan, proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati di Jawa Tengah hingga kini juga belum kelar. Karena lahan yang dibutuhkan belum utuh. Diperkirakan, kekuranagan lahan yang belum terealisasi sebesar 15%.
Sementara, target proyek PLTU itu beroperasi pada 2017. Akibatnya, proyek PLTU akan mengalami kemunduran dalam pengoperasiannya. Diperkirakan proyek PLTU akan operasi di 2018-2019.
"Kasus di Jateng misalkan, dari harga tanah normal sebesar Rp15.000 per meter persegi, investor sudah mau membeli dengan harga Rp100.000 per meter persegi. Tetapi dalam perjalannya, ada sebagian kecil masyarakat yang tidak mau melepas dan meminta ganti rugi sebesar Rp400.000 per meter persegi. Ini kan sudah tidak wajar," ungkapnya.
Direktur Pengembangan dan Niaga PJB Muljo Adji AG mengatakan, hingga kini pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Gas (PLTMG) yang memiliki kapasitas 3 Mega Watt (MW) Bawean Gresik, Jatim dipastikan beroperasi akhir bulan ini.
Pembangunan PLTG Bawean Gresik yang menelan dana Rp30 miliar untuk kebutuhan listrik pada masyarakat Bawean Gresik, saat ini hanya menggunakan genset yang berbahan BBM sebagai tenaga listrik. "Nanti akan dilakukan perubahan pemakaian bahan pembangkitnya," ujar dia.
Muljo menjelaskan, konsumsi kelistrik masyarakat Bawean hanya berkisar 1 Mega Watt (MW) itupun hanya dengan batasan waktu tertentu. Namun, konsumsi kelistrikan di pulau tersebut mencapai 3,5 MW.
"Kenaikan maga watt-nya saat sore hingga pagi karena pelanggan masyarakat di sana adalah rumah tangga saja," terang dia.
Menurtnya, pembangunan PLTMG Bawean sebagai pilot project PJB untuk membantu PLN mengurangi tingkat konsumsi BBM dalam proses produksi. Jika dalam pengoperasiannya berhasil, maka PJB akan mengembangkan di beberapa kepulauan kecil di sekitar Madura dan Lombok serta di kepulauan lain.
"Karena kami masih harus mempelajari soal distribusi gas yang menjadi bahan bakarnya. Untuk di Bawean, kebutuhan Compressed Natural Gas (CNG) sebesar 2 mmscfd akan disuplai dari PLTG Gresik dengan menggunakan kapal. Ini yang harus kami pelajari lebih dahulu, sebab terkadang jalur laut ke Bawean tidak bisa dilalui, karena ombak sangat tringgi. Bulan apa kami harus menyetok CNG," pungkasnya.
Direktur Utama PT PJB, Amir Rosidi mengatakan, untuk membangun area pembangkit, pihaknya harus mengalami berbagai kendala. Salah satunya lahan, sehingga proyek pembangkit listrik yang dilakukan perusahan listik negara mengalami keterlambatan.
"Kondisi ini akan menyebabkan cadangan listrik berkurang, saat ini masih aman dikisaran 25%, namun akan turun menjadi 20% di 2017," katanya di kantor PJB di Surabaya, Selasa (17/6/2014).
Amir menjelaskan, proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati di Jawa Tengah hingga kini juga belum kelar. Karena lahan yang dibutuhkan belum utuh. Diperkirakan, kekuranagan lahan yang belum terealisasi sebesar 15%.
Sementara, target proyek PLTU itu beroperasi pada 2017. Akibatnya, proyek PLTU akan mengalami kemunduran dalam pengoperasiannya. Diperkirakan proyek PLTU akan operasi di 2018-2019.
"Kasus di Jateng misalkan, dari harga tanah normal sebesar Rp15.000 per meter persegi, investor sudah mau membeli dengan harga Rp100.000 per meter persegi. Tetapi dalam perjalannya, ada sebagian kecil masyarakat yang tidak mau melepas dan meminta ganti rugi sebesar Rp400.000 per meter persegi. Ini kan sudah tidak wajar," ungkapnya.
Direktur Pengembangan dan Niaga PJB Muljo Adji AG mengatakan, hingga kini pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Gas (PLTMG) yang memiliki kapasitas 3 Mega Watt (MW) Bawean Gresik, Jatim dipastikan beroperasi akhir bulan ini.
Pembangunan PLTG Bawean Gresik yang menelan dana Rp30 miliar untuk kebutuhan listrik pada masyarakat Bawean Gresik, saat ini hanya menggunakan genset yang berbahan BBM sebagai tenaga listrik. "Nanti akan dilakukan perubahan pemakaian bahan pembangkitnya," ujar dia.
Muljo menjelaskan, konsumsi kelistrik masyarakat Bawean hanya berkisar 1 Mega Watt (MW) itupun hanya dengan batasan waktu tertentu. Namun, konsumsi kelistrikan di pulau tersebut mencapai 3,5 MW.
"Kenaikan maga watt-nya saat sore hingga pagi karena pelanggan masyarakat di sana adalah rumah tangga saja," terang dia.
Menurtnya, pembangunan PLTMG Bawean sebagai pilot project PJB untuk membantu PLN mengurangi tingkat konsumsi BBM dalam proses produksi. Jika dalam pengoperasiannya berhasil, maka PJB akan mengembangkan di beberapa kepulauan kecil di sekitar Madura dan Lombok serta di kepulauan lain.
"Karena kami masih harus mempelajari soal distribusi gas yang menjadi bahan bakarnya. Untuk di Bawean, kebutuhan Compressed Natural Gas (CNG) sebesar 2 mmscfd akan disuplai dari PLTG Gresik dengan menggunakan kapal. Ini yang harus kami pelajari lebih dahulu, sebab terkadang jalur laut ke Bawean tidak bisa dilalui, karena ombak sangat tringgi. Bulan apa kami harus menyetok CNG," pungkasnya.
(izz)