Harga minyak dunia mendingin
A
A
A
LONDON - Harga minyak di perdagangan global hari ini mendingin. Namun, kerugian masih terbatas karena investor resah atas potensi gangguan pasokan akibat kekerasan sektarian di produsen minyak mentah Irak.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (17/6/2014), pukul 20.00 WIB, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, turun 19 sen atau 0,17% menjadi USD112,75 per barel. Sementara patokan Amerika Serikat (AS), minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, susut 45 sen atau 0,42% ke angka USD106,45 per barel.
"Minyak mentah Brent mulai jatuh kembali ke tingkat yang terlihat sebelum serangan pemberontakan Irak dimulai," kata analis Inenco, Dorian Lucas, seperti dilansir dari Yahoo Finance.
"Keuntungan yang sebelumnya terlihat terdorong sentimen dan kekhawatiran kemungkinan gangguan yang sejauh ini belum terealisasi," tambahnya.
Brent sempat melonjak ke angka USD114,69 per barel (terakhir terlihat pada September 2013) pada Jumat (13/6/2014) di belakang kekerasan Irak.
Setidaknya 44 tahanan dilaporkan tewas dalam serangan militan semalam di sebuah kantor polisi kota Baquba.
Juru bicara Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki mengatakan, para tahanan dibunuh oleh gerilyawan. Sementara pejabat lain menyebutkan mereka dibunuh pasukan keamanan ketika mencoba melarikan diri.
Krisis Irak memiliki pengaruh langsung pada pasar minyak karena negara itu adalah eksportir minyak mentah terbesar kedua di 12 anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), setelah Arab Saudi.
Kepala Eksekutif British Petroleum (BP), Bob Dudley menilai risiko gangguan terhadap produksi minyak Irak akan tetap terbatas meskipun krisis memburuk.
"Produksi minyak tidak terpengaruh. Saya tidak percaya bahwa kesulitan dan ketidakstabilan akan menyebar sampai ke ujung selatan Irak (lokasi utama produksi minyak)," ujarnya dalam konferensi energi di Moskow, Rusia.
Di sisi lain, investor juga mengawasi pertemuan kunci dua hari komite pembuat kebijakan Federal Reserve AS (The Fed). Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan kembali menurunkan program stimulus moneter besar-besaran.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (17/6/2014), pukul 20.00 WIB, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, turun 19 sen atau 0,17% menjadi USD112,75 per barel. Sementara patokan Amerika Serikat (AS), minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, susut 45 sen atau 0,42% ke angka USD106,45 per barel.
"Minyak mentah Brent mulai jatuh kembali ke tingkat yang terlihat sebelum serangan pemberontakan Irak dimulai," kata analis Inenco, Dorian Lucas, seperti dilansir dari Yahoo Finance.
"Keuntungan yang sebelumnya terlihat terdorong sentimen dan kekhawatiran kemungkinan gangguan yang sejauh ini belum terealisasi," tambahnya.
Brent sempat melonjak ke angka USD114,69 per barel (terakhir terlihat pada September 2013) pada Jumat (13/6/2014) di belakang kekerasan Irak.
Setidaknya 44 tahanan dilaporkan tewas dalam serangan militan semalam di sebuah kantor polisi kota Baquba.
Juru bicara Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki mengatakan, para tahanan dibunuh oleh gerilyawan. Sementara pejabat lain menyebutkan mereka dibunuh pasukan keamanan ketika mencoba melarikan diri.
Krisis Irak memiliki pengaruh langsung pada pasar minyak karena negara itu adalah eksportir minyak mentah terbesar kedua di 12 anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), setelah Arab Saudi.
Kepala Eksekutif British Petroleum (BP), Bob Dudley menilai risiko gangguan terhadap produksi minyak Irak akan tetap terbatas meskipun krisis memburuk.
"Produksi minyak tidak terpengaruh. Saya tidak percaya bahwa kesulitan dan ketidakstabilan akan menyebar sampai ke ujung selatan Irak (lokasi utama produksi minyak)," ujarnya dalam konferensi energi di Moskow, Rusia.
Di sisi lain, investor juga mengawasi pertemuan kunci dua hari komite pembuat kebijakan Federal Reserve AS (The Fed). Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan kembali menurunkan program stimulus moneter besar-besaran.
(dmd)