Pertamina Pertahankan Dominasi Bisnis Hilir Migas
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina bertekad mempertahankan peran dan posisinya sebagai tulang punggung ketahanan energi nasional sekaligus memantapkan bisnis hilir sebagai profit center. Untuk mewujudkan aspirasi 2025, Pertamina mengusung tema aggressive upstream and profitable downstream.
“Pertamina, optimistis untuk tetap mempertahankan pangsa pasar dominan bisnis hilir migas di Tanah Air,” kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Rabu (18/6/2014).
Selain menjalankan public service obligation (PSO) untuk bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji 3 kilogram (kg). Di sisi lain, Pertamina tetap mempertahankan dominasi pasar bisnis hilir migas lainnya, mulai BBK retail, dan juga produk turunan migas non BBM, seperti pelumas.
Menurut dia, Pertamina telah dan akan melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan profitabilitas bisnis hilir perusahaan, di antaranya dengan melakukan optimasi pada rantai distribusi dan juga perkuatan infrastruktur, baik BBM, elpiji, pelumas dan juga petrokimia.
Optimasi rantai distribusi, salah satunya dilakukan dengan meningkatkan jumlah kapal milik untuk efisiensi biaya pengiriman kargo yang sekaligus meningkatkan margin perusahaan. Pertamina dalam jangka waktu 5 tahun mendatang akan membangun storage atau depot BBM baru dengan kapasitas tambahan sekitar 2 juta kiloliter (kl) dengan investasi sekitar USD130 juta.
Untuk pelumas, Pertamina juga sedang proses pembangunan lube oil blending plant (LOBP) dan juga grease plant dengan total investasi total sekitar Rp1,3 triliun. Pabrik pelumas tersebut akan menjadi yang terbesar dan tercanggih di Asia Tenggara.
Selain fokus pada upaya menciptakan margin usaha, Pertamina juga tetap akan berperan sebagai backbone atau tulang punggung ketahanan energi nasional. Menurut dia, 85% energi atau BBM didistribusikan oleh Pertamina.
“Bahkan, untuk PSO Pertamina memasok sekitar 98% dari total kuota yang disediakan pemerintah,” ujarnya.
Pertamina saat ini juga menanggung stok operasional sekitar 18-20 hari. Artinya, setiap hari sekitar Rp44 triliun yang parkir untuk menjaga ketahanan stok tersebut.
"Tentu saja kami sangat mendukung upaya pemerintah untuk membangun dan mengembangkan strategic petroleum reserve dan Pertamina dengan segala perannya saat ini, kami siap menjadi lead untuk hal tersebut," ungkap Hanung.
Di samping itu, sebagai perusahaan yang memiliki sekaligus mengoperasikan armada perkapalan terbesar di Indonesia, Pertamina terus berkomitmen menjadi motor penggerak industri maritim di Tanah Air.
Senior Vice President Shipping Pertamina Mulyono mengatakan, transportasi BBM dan elpiji melalui kapal-kapal tersebut tidak boleh terputus kendati berbagai hambatan dan kendala, seperti cuaca buruk, gelombang tinggi, dan pasang surut air laut dan sungai kerap dihadapi.
“Apabila terputus satu jalur saja maka akan berpengaruh luas pada daerah lainnya,” ujarnya.
Dia menyampaikan, sejak tahun 1990 hingga 2014, Pertamina telah membangun kapal-kapal milik baru sebanyak 46 unit, sehingga total kapal milik Pertamina saat ini mencapai 61 unit dari 201 unit kapal yang beroperasi untuk mengantar minyak mentah, BBM dan elpiji ke seluruh wilayah Indonesia.
“Pertamina, optimistis untuk tetap mempertahankan pangsa pasar dominan bisnis hilir migas di Tanah Air,” kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Rabu (18/6/2014).
Selain menjalankan public service obligation (PSO) untuk bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji 3 kilogram (kg). Di sisi lain, Pertamina tetap mempertahankan dominasi pasar bisnis hilir migas lainnya, mulai BBK retail, dan juga produk turunan migas non BBM, seperti pelumas.
Menurut dia, Pertamina telah dan akan melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan profitabilitas bisnis hilir perusahaan, di antaranya dengan melakukan optimasi pada rantai distribusi dan juga perkuatan infrastruktur, baik BBM, elpiji, pelumas dan juga petrokimia.
Optimasi rantai distribusi, salah satunya dilakukan dengan meningkatkan jumlah kapal milik untuk efisiensi biaya pengiriman kargo yang sekaligus meningkatkan margin perusahaan. Pertamina dalam jangka waktu 5 tahun mendatang akan membangun storage atau depot BBM baru dengan kapasitas tambahan sekitar 2 juta kiloliter (kl) dengan investasi sekitar USD130 juta.
Untuk pelumas, Pertamina juga sedang proses pembangunan lube oil blending plant (LOBP) dan juga grease plant dengan total investasi total sekitar Rp1,3 triliun. Pabrik pelumas tersebut akan menjadi yang terbesar dan tercanggih di Asia Tenggara.
Selain fokus pada upaya menciptakan margin usaha, Pertamina juga tetap akan berperan sebagai backbone atau tulang punggung ketahanan energi nasional. Menurut dia, 85% energi atau BBM didistribusikan oleh Pertamina.
“Bahkan, untuk PSO Pertamina memasok sekitar 98% dari total kuota yang disediakan pemerintah,” ujarnya.
Pertamina saat ini juga menanggung stok operasional sekitar 18-20 hari. Artinya, setiap hari sekitar Rp44 triliun yang parkir untuk menjaga ketahanan stok tersebut.
"Tentu saja kami sangat mendukung upaya pemerintah untuk membangun dan mengembangkan strategic petroleum reserve dan Pertamina dengan segala perannya saat ini, kami siap menjadi lead untuk hal tersebut," ungkap Hanung.
Di samping itu, sebagai perusahaan yang memiliki sekaligus mengoperasikan armada perkapalan terbesar di Indonesia, Pertamina terus berkomitmen menjadi motor penggerak industri maritim di Tanah Air.
Senior Vice President Shipping Pertamina Mulyono mengatakan, transportasi BBM dan elpiji melalui kapal-kapal tersebut tidak boleh terputus kendati berbagai hambatan dan kendala, seperti cuaca buruk, gelombang tinggi, dan pasang surut air laut dan sungai kerap dihadapi.
“Apabila terputus satu jalur saja maka akan berpengaruh luas pada daerah lainnya,” ujarnya.
Dia menyampaikan, sejak tahun 1990 hingga 2014, Pertamina telah membangun kapal-kapal milik baru sebanyak 46 unit, sehingga total kapal milik Pertamina saat ini mencapai 61 unit dari 201 unit kapal yang beroperasi untuk mengantar minyak mentah, BBM dan elpiji ke seluruh wilayah Indonesia.
(rna)