Bank Dunia: Indonesia Harus Tumbuh Lebih Cepat
A
A
A
JAKARTA - Bank Dunia dalam laporan terbarunya bertajuk "Indonesia: Menghindari Perangkap" mengungkapkan bahwa Indonesia membutuhkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk mengakomodasi 15 juta pekerja baru yang siap bergabung pada tahun 2020.
Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa, jika ekonomi Indonesia tidak tumbuh lebih cepat dari 5-6%, maka Indonesia tidak akan lepas dari apa yang disebut 'middle income trap'.
"Situasi ini dialami oleh banyak negara, yang pada awalnya tumbuh dengan cepat, kemudian stagnan lebih dari satu dekade," ujar Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Nidame Diop di Mandarin Hotel Jakarta, Senin (23/6/2014).
Menurutnya, dengan tingkat Pertumbuhan mendekati 9%, Indonesia dapat menghindari perangkap tersebut Dan masuk dalam kelompok negara - negara berpenghasilan tinggi pada 2030.
Indonesia, lanjutnya, menikmati pertumbuhan yang tinggi dalam dekade terakhir ini berkat lonjakan harga komoditas dari tahun 2003 - 2011, dan suku bunga global yang rendah sejak tahun 2009. "Namun kini pertumbuhan telah melambat, tidak sampai 6% pada tahun 2013," imbuhnya.
Sementara itu Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves mengatakan bahwa Dunia sedang menunggu kedatangan Indonesia sebagai pemimpin ekonomi di arena global. Oleh karena itu, Indonesia sebaiknya meningkatkan daya saingnya dengan mengatasi kesenjangan di bidang infrastruktur dan keterampilan, serta memperbaiki fungsi pasar.
"Tindakan ini dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan, serta akan membutuhkan strategi belanja pemerintah yang menghilangkan inefisiensi, seperti subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak)," terangnya.
Dia mengatakan, dengan generasi muda yang paham teknologi Informasi dan peningkatan biaya tenaga kerja di China, Indonesia berpotensi menarik lebih banyak investasi lokal dan internasional di bidang manufaktur.
"Indonesia berpotensi menarik investor lokal dan asing di sektor manufaktur," tukas dia.
Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa, jika ekonomi Indonesia tidak tumbuh lebih cepat dari 5-6%, maka Indonesia tidak akan lepas dari apa yang disebut 'middle income trap'.
"Situasi ini dialami oleh banyak negara, yang pada awalnya tumbuh dengan cepat, kemudian stagnan lebih dari satu dekade," ujar Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Nidame Diop di Mandarin Hotel Jakarta, Senin (23/6/2014).
Menurutnya, dengan tingkat Pertumbuhan mendekati 9%, Indonesia dapat menghindari perangkap tersebut Dan masuk dalam kelompok negara - negara berpenghasilan tinggi pada 2030.
Indonesia, lanjutnya, menikmati pertumbuhan yang tinggi dalam dekade terakhir ini berkat lonjakan harga komoditas dari tahun 2003 - 2011, dan suku bunga global yang rendah sejak tahun 2009. "Namun kini pertumbuhan telah melambat, tidak sampai 6% pada tahun 2013," imbuhnya.
Sementara itu Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves mengatakan bahwa Dunia sedang menunggu kedatangan Indonesia sebagai pemimpin ekonomi di arena global. Oleh karena itu, Indonesia sebaiknya meningkatkan daya saingnya dengan mengatasi kesenjangan di bidang infrastruktur dan keterampilan, serta memperbaiki fungsi pasar.
"Tindakan ini dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan, serta akan membutuhkan strategi belanja pemerintah yang menghilangkan inefisiensi, seperti subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak)," terangnya.
Dia mengatakan, dengan generasi muda yang paham teknologi Informasi dan peningkatan biaya tenaga kerja di China, Indonesia berpotensi menarik lebih banyak investasi lokal dan internasional di bidang manufaktur.
"Indonesia berpotensi menarik investor lokal dan asing di sektor manufaktur," tukas dia.
(gpr)