Bisnis Kuliner Siap Hadapi AEC 2015
A
A
A
DEPOK - Indonesia harus siap menghadapi pasar bebas atau ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015. Tantangan yang dihadapi para pelaku ekonomi cukup berat, tak terkecuali para pelaku bisnis kuliner.
Salah satunya, Rumah Makan Dapur Sunda yang mengaku sudah mempersiapkan diri untuk terus melesat di dalam tantangan AEC 2015. Untuk mengembangkan sayapnya, RM Dapur Sunda membentuk The Dream Team.
Tim tersebut berisikan masyarakat dengan berbagai profesi yang bertugas mencari konsumen untuk menikmati menu Sunda di Rumah Makan Dapur Sunda.
"Fungsinya mengoptimalkan marketing, in house marketing yang kita miliki, yang diperlukan pengusaha dalam mengembangkan usahanya adalah insting. Untuk itu saya membentuk tim yang berstatus freelance itu untuk terus menjaga citra RM Dapur Sunda. Mereka bertugas memperkenalkan Dapur Sunda ke masyarakat," kata pemilik RM Dapur Sunda, Endah Kaniasari Anshor dalam rilisnya, Minggu (29/6/2014).
Endah mengatakan, alasan lebih memilih membentuk The Dream Team ketimbang sistim franchise, karena franchise tidak mengajarkan talenta dalam berusaha. Dalam berusaha di bidang kuliner, lanjutnya, dibutuhkan kepercayaan diri dan kerja keras.
"Dengan insting yang kami miliki Dapur Sunda sudah memiliki sembilan cabang. Delapan cabang di Jakarta dan satu cabang di Bali. Dari sembilan cabang itu total pengunjung 1.500 orang per hari. Apalagi kita akan menghadapi pasar bebas, kalau tak kreatif akan tertinggal, karena itu harus terus berinovasi. Bisa jadi nanti chefnya yang laku malah dari Korea, atau negara lain, karena itu kita harus mampu bersaing," imbuh Wasekum Asosiasi Perusahaan Jasa Boga ini.
RM Dapur Sunda berdiri pada 1986. Usaha kuliner tersebut didirikan ibunya. Kemudian dia mengembangkannya. Dapur Sunda pertama berdiri di Jalan Raya Cipete, Jakarta Selatan. Luas lahannya 200 meter dan desain interior serta eksteriornya masih sederhana.
Waktu terus berjalan dan kompetitor pun terus bertambah. Meski begitu, dia tidak terpengaruh dengan tren saat itu. Dengan kepercayaan diri yang dimilikinya dia fokus menyasar konsumen kelas menengah ke atas.
"Kami tidak menggarap konsumen menengah ke bawah. Tapi tetap fokus pada kalangan menengah ke atas. Hingga kini kami tetap surivive. November 2013, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo menyerahkan sertifikat halal dari MUI. Ini kami lakukan untuk menjaga image," ungkapnya.
Untuk menarik dan membuat pengunjung semakin nyaman, Sekjen DPD IWAPI DKI ini menyatakan bahwa kecintaan masyarakat Sunda terhadap musik tradisionalnya makin menurun. Karena itu, dia berusaha melestarikan musik Sunda. Upayanya itu dilakukannya dengan menampilkan drama musikal Sunda dengan kreasi angklung.
"Ini inovasi yang kami lakukan. Karyawan kami belajar alat musik angklung. Jadi konsumen dapat menikmati alunan musik angklung sambil menikmati menu masakan Sunda, masyarakat dapat belajar alat musik angklung di RM Dapur Sunda. Seperti halnya siswa SMA di Bali yang belajar angklung di RM Dapur Sunda Bali," pungkasnya.
Salah satunya, Rumah Makan Dapur Sunda yang mengaku sudah mempersiapkan diri untuk terus melesat di dalam tantangan AEC 2015. Untuk mengembangkan sayapnya, RM Dapur Sunda membentuk The Dream Team.
Tim tersebut berisikan masyarakat dengan berbagai profesi yang bertugas mencari konsumen untuk menikmati menu Sunda di Rumah Makan Dapur Sunda.
"Fungsinya mengoptimalkan marketing, in house marketing yang kita miliki, yang diperlukan pengusaha dalam mengembangkan usahanya adalah insting. Untuk itu saya membentuk tim yang berstatus freelance itu untuk terus menjaga citra RM Dapur Sunda. Mereka bertugas memperkenalkan Dapur Sunda ke masyarakat," kata pemilik RM Dapur Sunda, Endah Kaniasari Anshor dalam rilisnya, Minggu (29/6/2014).
Endah mengatakan, alasan lebih memilih membentuk The Dream Team ketimbang sistim franchise, karena franchise tidak mengajarkan talenta dalam berusaha. Dalam berusaha di bidang kuliner, lanjutnya, dibutuhkan kepercayaan diri dan kerja keras.
"Dengan insting yang kami miliki Dapur Sunda sudah memiliki sembilan cabang. Delapan cabang di Jakarta dan satu cabang di Bali. Dari sembilan cabang itu total pengunjung 1.500 orang per hari. Apalagi kita akan menghadapi pasar bebas, kalau tak kreatif akan tertinggal, karena itu harus terus berinovasi. Bisa jadi nanti chefnya yang laku malah dari Korea, atau negara lain, karena itu kita harus mampu bersaing," imbuh Wasekum Asosiasi Perusahaan Jasa Boga ini.
RM Dapur Sunda berdiri pada 1986. Usaha kuliner tersebut didirikan ibunya. Kemudian dia mengembangkannya. Dapur Sunda pertama berdiri di Jalan Raya Cipete, Jakarta Selatan. Luas lahannya 200 meter dan desain interior serta eksteriornya masih sederhana.
Waktu terus berjalan dan kompetitor pun terus bertambah. Meski begitu, dia tidak terpengaruh dengan tren saat itu. Dengan kepercayaan diri yang dimilikinya dia fokus menyasar konsumen kelas menengah ke atas.
"Kami tidak menggarap konsumen menengah ke bawah. Tapi tetap fokus pada kalangan menengah ke atas. Hingga kini kami tetap surivive. November 2013, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo menyerahkan sertifikat halal dari MUI. Ini kami lakukan untuk menjaga image," ungkapnya.
Untuk menarik dan membuat pengunjung semakin nyaman, Sekjen DPD IWAPI DKI ini menyatakan bahwa kecintaan masyarakat Sunda terhadap musik tradisionalnya makin menurun. Karena itu, dia berusaha melestarikan musik Sunda. Upayanya itu dilakukannya dengan menampilkan drama musikal Sunda dengan kreasi angklung.
"Ini inovasi yang kami lakukan. Karyawan kami belajar alat musik angklung. Jadi konsumen dapat menikmati alunan musik angklung sambil menikmati menu masakan Sunda, masyarakat dapat belajar alat musik angklung di RM Dapur Sunda. Seperti halnya siswa SMA di Bali yang belajar angklung di RM Dapur Sunda Bali," pungkasnya.
(izz)