Ini Faktor Pemicu Kenaikan Harga Komoditas
A
A
A
JAKARTA - Memasuki Ramadan tahun ini, fenomena tahunan meningkatkan permintaan akan komoditas pangan yang berujung pada kenaikan harga kembali terjadi di tanah air.
Berdasarkan pengamatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), komoditas yang bergerak naik adalah daging ayam, telur ayam, bawang merah dan cabai rawit, yang rata-rata naik 5-10%.
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah mengakui kecenderungan kenaikan harga komoditas pangan menjelang Lebaran.
Dia menyebutkan, hal yang biasa jika pada setiap momentum puasa dan Lebaran, perilaku masyarkat sering kali melakukan pembelian besar-besaran. Karena kekhawatiran langkanya pasokan pada Ramadan Lebaran.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang memicu kenaikan harga yakni ketidakcukupan pasokan akibat kekurangan produksi atau kelangkaan akibat aksi spekulasi, adanya penimbunan bahan pangan, dan terkendalanya distribusi pasokan.
"Risiko kenaikan harga yang memicu inflasi ini hanya dapat ditekan dengan memastikan ketersediaan pasokan yang memadai dan pengendalian harga akhir di tingkat konsumen," kata Firmanzah di Jakarta seperti dikutip dari situs Setkab, Senin (30/6/2014).
Namun, dia mengingatkan, selain dipengaruhi tingkat produksi, kepastian ketersediaan pasokan ini juga bergantung pada kelancaran distribusi pasokan.
Begitu pula halnya perilaku menimbun atau menahan sejumlah komoditas baik yang dilakukan produsen maupun konsumen, akan memicu kenaikan harga lebih cepat, sehingga risiko inflasi lebih besar.
Berdasarkan pengamatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), komoditas yang bergerak naik adalah daging ayam, telur ayam, bawang merah dan cabai rawit, yang rata-rata naik 5-10%.
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah mengakui kecenderungan kenaikan harga komoditas pangan menjelang Lebaran.
Dia menyebutkan, hal yang biasa jika pada setiap momentum puasa dan Lebaran, perilaku masyarkat sering kali melakukan pembelian besar-besaran. Karena kekhawatiran langkanya pasokan pada Ramadan Lebaran.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang memicu kenaikan harga yakni ketidakcukupan pasokan akibat kekurangan produksi atau kelangkaan akibat aksi spekulasi, adanya penimbunan bahan pangan, dan terkendalanya distribusi pasokan.
"Risiko kenaikan harga yang memicu inflasi ini hanya dapat ditekan dengan memastikan ketersediaan pasokan yang memadai dan pengendalian harga akhir di tingkat konsumen," kata Firmanzah di Jakarta seperti dikutip dari situs Setkab, Senin (30/6/2014).
Namun, dia mengingatkan, selain dipengaruhi tingkat produksi, kepastian ketersediaan pasokan ini juga bergantung pada kelancaran distribusi pasokan.
Begitu pula halnya perilaku menimbun atau menahan sejumlah komoditas baik yang dilakukan produsen maupun konsumen, akan memicu kenaikan harga lebih cepat, sehingga risiko inflasi lebih besar.
(izz)