Minyak WTI Dekati Harga Terendah Dua Pekan
A
A
A
MELBOURNE - Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati harga terendah dalam lebih dari dua pekan di tengah spekulasi bahwa meningkatnya kekerasan di Irak tidak akan mengganggu pasokan dari produsen minyak terbesar kedua di Asosiasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tersebut.
Minyak berjangka (futures) sedikit berubah di New York setelah jatuh 0,4%, kemarin. Pasokan dari Irak selatan masih lancar. Sementara di China, indeks manufaktur naik pada bulan Juni atau sesuai perkiraan ekonom.
"Tekanan geopolitik mulai turun. Pasar terlalu lama memikirkan hal-hal yang lebih besar akan terjadi di Irak. Jika harga tidak bisa bertahan pada tingkat ini, mereka akan lebih rendah," kata Kepala Investasi Ayers Alliance Securities Jonathan Barratt seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (1/7/2014).
WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Agustus berada di harga USD105,60 per barel, naik 23 sen pada 01.06 siang waktu Sydney. Angka ini turun 37 sen menjadi USD105,37 kemarin dan merupakan penutupan terendah sejak 11 Juni.
Semua volume berjangka yang diperdagangkan sekitar 40% di bawah rata-rata 100 hari. Harga naik 2,6% pada bulan Juni untuk kenaikan bulanan kedua.
Sementara harga minyak brent di London ICE Futures Europe untuk pengiriman Agustus naik 9 sen menajdi USD112,45 per barel. Premi minyak mentah patokan Eropa terhadap WTI diperdagangkan dengan sebesar USD6,82 dibandingkan sebelumnya USD6,99.
Harga minyak brent naik 2,7% pada Juni, tertinggi dalam 10 bulan. Kenaikan ini dipicu pemberontak di Irak berhasil merebut kota utara Mosul dan maju ke selatan menuju Baghdad.
Pada Juni, Irak memproduksi 2,9 juta barel per hari, turun 400.000 barel dari bulan Mei. Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), negara Asia adalah konsumen minyak terbesar kedua di dunia dan akan mencapai sekitar 11% dari permintaan global tahun ini.
Sementara Amerika Serikat merupakan konsumen terbesar pertama dengan permintaan sekitar 21% dari permintaan dunia. Stok minyak mentah AS diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 2,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 27 Juni.
Minyak berjangka (futures) sedikit berubah di New York setelah jatuh 0,4%, kemarin. Pasokan dari Irak selatan masih lancar. Sementara di China, indeks manufaktur naik pada bulan Juni atau sesuai perkiraan ekonom.
"Tekanan geopolitik mulai turun. Pasar terlalu lama memikirkan hal-hal yang lebih besar akan terjadi di Irak. Jika harga tidak bisa bertahan pada tingkat ini, mereka akan lebih rendah," kata Kepala Investasi Ayers Alliance Securities Jonathan Barratt seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (1/7/2014).
WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Agustus berada di harga USD105,60 per barel, naik 23 sen pada 01.06 siang waktu Sydney. Angka ini turun 37 sen menjadi USD105,37 kemarin dan merupakan penutupan terendah sejak 11 Juni.
Semua volume berjangka yang diperdagangkan sekitar 40% di bawah rata-rata 100 hari. Harga naik 2,6% pada bulan Juni untuk kenaikan bulanan kedua.
Sementara harga minyak brent di London ICE Futures Europe untuk pengiriman Agustus naik 9 sen menajdi USD112,45 per barel. Premi minyak mentah patokan Eropa terhadap WTI diperdagangkan dengan sebesar USD6,82 dibandingkan sebelumnya USD6,99.
Harga minyak brent naik 2,7% pada Juni, tertinggi dalam 10 bulan. Kenaikan ini dipicu pemberontak di Irak berhasil merebut kota utara Mosul dan maju ke selatan menuju Baghdad.
Pada Juni, Irak memproduksi 2,9 juta barel per hari, turun 400.000 barel dari bulan Mei. Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), negara Asia adalah konsumen minyak terbesar kedua di dunia dan akan mencapai sekitar 11% dari permintaan global tahun ini.
Sementara Amerika Serikat merupakan konsumen terbesar pertama dengan permintaan sekitar 21% dari permintaan dunia. Stok minyak mentah AS diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 2,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 27 Juni.
(rna)