PTPN X Ekspor Bioethanol ke Filipina
A
A
A
MOJOKERTO - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X melalui anak perusahaannya, PT Energi Agro Nusantara (Enero) mulai mengekspor bioethanol ke Filipina. Sebagai tahap permulaan, ekspor bioethanol dilakukan dengan skala 4.000 kiloliter (KL).
Dalam pengiriman barang, nantinya PTPN X akan melakukan pengiriman sebanyak dua kali, yakni pengiriman perdana sebesar 2.000 KL. Pengiriman ini dilakukan terhitung hari ini di PT Enero Mojokerto sebagai anak usaha PTPN.
Pengiriman ini diyakini bisa mendongkrak pendapatan PTPN secara keseluruhan. "Pengiriman ini akan berjalan lancar, kami yakin permintaan akan bertambah terus menerus," kata Direktur Utama PTPN X, Subiyono, Rabu (2/7/2014).
Menurutnya, untuk pasar di Filipina cukup besar dalam penjualan bioethanol. Sebab, Thailand yang selama ini menjadi pengekspor terbesar di Filipina mulai mengurangi ekspor, hal itu terjadi lantaran Negara Gajah Putih itu berupaya memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Kami sangat bersyukur bisa menjual produk olahan tetes tebu ke luar negeri dalam bentuk bioethanol, meski konsumsi dalam negeri nyaris tidak ada," ujarnya disela-sela pelepasan ekspor perdana ke Fillipina di halaman Energi Agro Nusantara (Enero) Mojokerto.
Saat ini, Filipina menjadi salah satu pasar prospektif karena negara tersebut sedang gencar mencanangkan mandatory blending BBM E 10 (kewajiban pencampuran 10 % bioetanol). Selain itu Eneco juga tengah melakukan penjajagan dengan Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang. Sebab, pasar dinegara-negara tersebut juga cukup menjanjikan.
Selain itu, saat ini sudah melakukan penjajakan dengan sejumlah negara di kawasan Asia lainnya. Terlebih bagi negara yang mulai mengalihkan bahan bakar minyak ke eco energi. "Sudah ada tim yang dibentuk untuk melakukan penjajakan penjualan bioethanol ini ke sejumlah kawasan Asia. Banyak yang tertarik juga," terang dia.
Bioetanol produksi Enero dihasilkan dari pabrik seluas 6,5 hektare di Mojokerto. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 30.000 Kl per tahun. Bioetanol dihasilkan dari pengolahan hasil samping industri gula atau yang biasa disebut sebagai tetes tebu (molasses).
Bahan baku yang dibutuhkan pabrik itu sebanyak 120.000 ton molasses yang diambil dari pabrik gula milik PTPN X. Untuk menunjang ekspor, total investasi yang dikeluarkan sebesar Rp467,79 miliar dengan skema pendanaan terdiri atas hibah NEDO Jepang Rp154 miliar dan dana PTPN X Rp313,79 miliar.
Direktur Utama PT Enero Agus Budi Hartono mengatakan, saat ini kapasitas produksi bioethanol secara nasional mencapai 77.000 KL per tahun. Sebenarnya, untuk memenuhi kebutuhan bioetanol yang dicampur dengan minyak bumi sebagai bahan bakar kendaraan, dibutuhkan sekitar 120.000 KL.
"Sayang masih belum ada goodwill dari pemerintah terhadap dukungan produksi bioethanol. Kami akan mendorong untuk melakukan ekspor, karena minimnya penggunaan di dalam negeri," pungkasnya.
Dalam pengiriman barang, nantinya PTPN X akan melakukan pengiriman sebanyak dua kali, yakni pengiriman perdana sebesar 2.000 KL. Pengiriman ini dilakukan terhitung hari ini di PT Enero Mojokerto sebagai anak usaha PTPN.
Pengiriman ini diyakini bisa mendongkrak pendapatan PTPN secara keseluruhan. "Pengiriman ini akan berjalan lancar, kami yakin permintaan akan bertambah terus menerus," kata Direktur Utama PTPN X, Subiyono, Rabu (2/7/2014).
Menurutnya, untuk pasar di Filipina cukup besar dalam penjualan bioethanol. Sebab, Thailand yang selama ini menjadi pengekspor terbesar di Filipina mulai mengurangi ekspor, hal itu terjadi lantaran Negara Gajah Putih itu berupaya memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Kami sangat bersyukur bisa menjual produk olahan tetes tebu ke luar negeri dalam bentuk bioethanol, meski konsumsi dalam negeri nyaris tidak ada," ujarnya disela-sela pelepasan ekspor perdana ke Fillipina di halaman Energi Agro Nusantara (Enero) Mojokerto.
Saat ini, Filipina menjadi salah satu pasar prospektif karena negara tersebut sedang gencar mencanangkan mandatory blending BBM E 10 (kewajiban pencampuran 10 % bioetanol). Selain itu Eneco juga tengah melakukan penjajagan dengan Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang. Sebab, pasar dinegara-negara tersebut juga cukup menjanjikan.
Selain itu, saat ini sudah melakukan penjajakan dengan sejumlah negara di kawasan Asia lainnya. Terlebih bagi negara yang mulai mengalihkan bahan bakar minyak ke eco energi. "Sudah ada tim yang dibentuk untuk melakukan penjajakan penjualan bioethanol ini ke sejumlah kawasan Asia. Banyak yang tertarik juga," terang dia.
Bioetanol produksi Enero dihasilkan dari pabrik seluas 6,5 hektare di Mojokerto. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 30.000 Kl per tahun. Bioetanol dihasilkan dari pengolahan hasil samping industri gula atau yang biasa disebut sebagai tetes tebu (molasses).
Bahan baku yang dibutuhkan pabrik itu sebanyak 120.000 ton molasses yang diambil dari pabrik gula milik PTPN X. Untuk menunjang ekspor, total investasi yang dikeluarkan sebesar Rp467,79 miliar dengan skema pendanaan terdiri atas hibah NEDO Jepang Rp154 miliar dan dana PTPN X Rp313,79 miliar.
Direktur Utama PT Enero Agus Budi Hartono mengatakan, saat ini kapasitas produksi bioethanol secara nasional mencapai 77.000 KL per tahun. Sebenarnya, untuk memenuhi kebutuhan bioetanol yang dicampur dengan minyak bumi sebagai bahan bakar kendaraan, dibutuhkan sekitar 120.000 KL.
"Sayang masih belum ada goodwill dari pemerintah terhadap dukungan produksi bioethanol. Kami akan mendorong untuk melakukan ekspor, karena minimnya penggunaan di dalam negeri," pungkasnya.
(izz)