Ini Langkah BPOM Hadapi AEC 2015
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparringa mengatakan, pihaknya telah memiliki working group untuk menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
"Pemimpin kita harus go, jadi kita harus go," ujar dia usai acara buka puasa bersama di Gedung Kementerian Perdagangan (Kemendag) Jakarta, Selasa (8/7/2014).
Selain itu, pihaknya juga telah membuat mutual recognition arrangements (MRA) untuk standar pengawasan makanan (level protection). "Sekarang masih proses dalam rangka pengakuan ketentuan pengawasan," imbuhnya.
Sementara terkait pengawasan obat, pihaknya masih menunggu rekomendasi dari GMP. "Makanan bebas itu musti melewati pendaftaran ke POM, kita sebagai penyaring makanan dan minuman yang masuk. Kita lihat nanti produknya," ujar dia.
Roy mengatakan, kosmetik sudah mulai liberal diperdagangkan, sementara post market control (PMC) nya masih kurang. Menurutnya, kosmetik perlu ditingkatkan pengawasannya setelah diluncurkan.
Menurutnya, yang paling rentan dalam menghadapi AEC adalah produk. Pihaknya telah memfasilitasi untuk memberikan label resmi produk.
"Kita mungkin lintas sektor Kemendag, Kemenkoperasi supaya bisa bantu produk Indonesia. Industri makanan 60% bisa dibina, sementara 40% sulit. Kalau mau bantu kita pilih mana yang usahanya sudah sesuai standar BPOM," pungkas Roy.
"Pemimpin kita harus go, jadi kita harus go," ujar dia usai acara buka puasa bersama di Gedung Kementerian Perdagangan (Kemendag) Jakarta, Selasa (8/7/2014).
Selain itu, pihaknya juga telah membuat mutual recognition arrangements (MRA) untuk standar pengawasan makanan (level protection). "Sekarang masih proses dalam rangka pengakuan ketentuan pengawasan," imbuhnya.
Sementara terkait pengawasan obat, pihaknya masih menunggu rekomendasi dari GMP. "Makanan bebas itu musti melewati pendaftaran ke POM, kita sebagai penyaring makanan dan minuman yang masuk. Kita lihat nanti produknya," ujar dia.
Roy mengatakan, kosmetik sudah mulai liberal diperdagangkan, sementara post market control (PMC) nya masih kurang. Menurutnya, kosmetik perlu ditingkatkan pengawasannya setelah diluncurkan.
Menurutnya, yang paling rentan dalam menghadapi AEC adalah produk. Pihaknya telah memfasilitasi untuk memberikan label resmi produk.
"Kita mungkin lintas sektor Kemendag, Kemenkoperasi supaya bisa bantu produk Indonesia. Industri makanan 60% bisa dibina, sementara 40% sulit. Kalau mau bantu kita pilih mana yang usahanya sudah sesuai standar BPOM," pungkas Roy.
(izz)