IHSG Sepekan Ini Menguat 126,77 Poin
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini mengalami penguatan sebanyak 126,77 poin atau 2,58%. Kenaikan ini lebih tinggi dibanding pekan sebelumnya, yang hanya naik 60,69 poin atau 1,25%.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, semua indeks utama mayoritas menguat dengan kenaikan tertinggi oleh indeks IDX30 yang menguat 4,02% dan diikuti indeks LQ45 sebesar 3,85%, MBX 2,97%.
"Tetapi, pelemahan hanya terjadi pada indeks DBX yang turun 0,26%," kata dia dalam risetnya, Minggu (13/7/2014).
Sementara itu, indeks sektoral melaju variatif, di mana penguatan terjadi pada indeks industri dasar yang menguat 6,07%, diikuti indeks keuangan positif 5,43%, dan indeks properti terkerek 5,29%. Sementara indeks perkebunan dan pertambangan menjadi indeks sektoral yang mengalami pelemahan dengan turun 1,49% dan 2,30%.
Reza menjelaskan, meski IHSG mengakhiri pekan di zona merah, namun IHSG sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang tahun ini usai pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) lantaran pelaku pasar bereaksi positif terhadap lancar dan tertibnya penyelenggaraan pilpres.
Sepanjang pekan kemarin, asing masih mencatatkan nett buy Rp9,47 triliun. Jumlah ini melonjak tajam bila dibandingpekan sebelumnya yang juga nett buy Rp535,422 miliar. Jika dihitung sejak awal tahun (YTD) maka sampai dengan pekan ini, posisi asing tercatat nett buy Rp52,05 triliun atau lebih tinggi dari pekan sebelumnya Rp42,58 triliun.
"Pelaku pasar tampaknya larut dalam euforia hasil quick count (hitung cepat) yang lebih banyak menghasilkan kemenangan untuk salah satu pasangan yang memang diharapkan untuk memenangi pilpres ini meski hasil lainnya juga memenangkan pasangan lainnya," ujar dia.
Di sisi lain, masih terapresiasinya laju rupiah yang dibarengi dengan meningkatnya nett buy asing dan naiknya harga obligasi menambah sentimen positif. Tetapi, di akhir pekan IHSG terjun ke zona merah seiring maraknya aksi ambil untung (profit taking) karena pelaku pasar menahan diri dengan hasil hitung cepat yang saling berbeda, sehingga menimbulkan ketidakpastian baru.
Sementara bursa regional cenderung bergerak melemah. Beredarnya ekspektasi akan perlambatan pertumbuhan kinerja emiten semester I ditambah respon negatif terhadap pernyataan Direktur IMF Christine Lagarde bahwa masih adanya potensi pemangkasan rating pertumbuhan ekonomi global, akan dipercepatnya kenaikan suku bunga The Fed,menurunnya saham-saham perbankan dan pembiayaan turut membuat laju bursa saham regional di zona merah.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, semua indeks utama mayoritas menguat dengan kenaikan tertinggi oleh indeks IDX30 yang menguat 4,02% dan diikuti indeks LQ45 sebesar 3,85%, MBX 2,97%.
"Tetapi, pelemahan hanya terjadi pada indeks DBX yang turun 0,26%," kata dia dalam risetnya, Minggu (13/7/2014).
Sementara itu, indeks sektoral melaju variatif, di mana penguatan terjadi pada indeks industri dasar yang menguat 6,07%, diikuti indeks keuangan positif 5,43%, dan indeks properti terkerek 5,29%. Sementara indeks perkebunan dan pertambangan menjadi indeks sektoral yang mengalami pelemahan dengan turun 1,49% dan 2,30%.
Reza menjelaskan, meski IHSG mengakhiri pekan di zona merah, namun IHSG sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang tahun ini usai pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) lantaran pelaku pasar bereaksi positif terhadap lancar dan tertibnya penyelenggaraan pilpres.
Sepanjang pekan kemarin, asing masih mencatatkan nett buy Rp9,47 triliun. Jumlah ini melonjak tajam bila dibandingpekan sebelumnya yang juga nett buy Rp535,422 miliar. Jika dihitung sejak awal tahun (YTD) maka sampai dengan pekan ini, posisi asing tercatat nett buy Rp52,05 triliun atau lebih tinggi dari pekan sebelumnya Rp42,58 triliun.
"Pelaku pasar tampaknya larut dalam euforia hasil quick count (hitung cepat) yang lebih banyak menghasilkan kemenangan untuk salah satu pasangan yang memang diharapkan untuk memenangi pilpres ini meski hasil lainnya juga memenangkan pasangan lainnya," ujar dia.
Di sisi lain, masih terapresiasinya laju rupiah yang dibarengi dengan meningkatnya nett buy asing dan naiknya harga obligasi menambah sentimen positif. Tetapi, di akhir pekan IHSG terjun ke zona merah seiring maraknya aksi ambil untung (profit taking) karena pelaku pasar menahan diri dengan hasil hitung cepat yang saling berbeda, sehingga menimbulkan ketidakpastian baru.
Sementara bursa regional cenderung bergerak melemah. Beredarnya ekspektasi akan perlambatan pertumbuhan kinerja emiten semester I ditambah respon negatif terhadap pernyataan Direktur IMF Christine Lagarde bahwa masih adanya potensi pemangkasan rating pertumbuhan ekonomi global, akan dipercepatnya kenaikan suku bunga The Fed,menurunnya saham-saham perbankan dan pembiayaan turut membuat laju bursa saham regional di zona merah.
(rna)