APLN Bangun Pulau Triliunan Rupiah di Utara Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Minimnya lahan dan semakin terbatasnya ruang kota menjadikan reklamasi sebagai salah satu jalan keluar untuk mengatasi kepadatan kota Jakarta. Reklamasi dianggap jadi solusi terbaik untuk pengembangan kota Jakarta di masa depan.
Salah satu daerah yang dibidik dan cocok untuk proyek reklamasi adalah pantai utara Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta sendiri mengisyaratkan akan ada 17 pulau buatan di kawasan Utara Jakarta, kendati belum ada keterangan resminya.
Walaupun rencana reklamasi 17 pulau buatan di kawasan Jakarta Utara belum sepenuhnya mendapat keterangan resmi, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sebagai salah satu pengembang yang ambil bagian dalam megaproyek itu akan terus melanjutkan proyek ambisiusnya yang dinamai Pluit City.
Mega proyek ini berencana menggarap pulau buatan yang dinamakan Pluit City dengan luas 160 hektare (ha) melalui anak usaha PT Muara Wisesa Samudera (MWS).
Pulau ini hanya salah satu dari tiga pulau buatan yang akan dibangun perusahaan tersebut. Nilai investasi untuk pulau pertama diproyeksikan mencapai Rp25 triliun-Rp50 triliun. Rencananya, reklamasi pulau yang dinamai Pluit City akan digarap mulai 2014.
"Awalnya, Agung Podomoro menargetkan pengerukan pasir sudah bisa terlaksana akhir 2013. Tapi belum bisa karena izin dari pemerintah provinsi DKI Jakarta belum kunjung turun. Izin prinsip dan Amdal memang sudah dikantongi dari tahun lalu, tapi kami masih harus mengajukan izin pelaksanaan reklamasi," kata Executive Marketing Direktur PT Muara Wisesa Samudera Matius Jusuf, Senin (14/7/2014) malam.
Matius berharap, izin pelaksanaan segera keluar, sehingga perusahaan bisa mulai mengeruk pasir pada tahun ini. Izin reklamasi itu sendiri, lanjutnya, sudah dirilis 20 tahun lalu oleh gubernur yang memimpin pada saat itu.
"Kami mengakuisisi izin perusahaan lain," tuturnya.
Dari 17 pulau yang direncanakan, APG mendapatkan tiga jatah pulau, sementara pulau-pulau lain dipegang oleh pengembang lain, diantaranya Intiland, Jaya Ancol, Agung Sedayu.
Menurut Matius, saat ini pihaknya tengah mematangkan konsep dan melakukan perencanaan dengan melibatkan pakar dari Belanda yang dikenal ahli di bidang polder system. Reklamasi itu akan membentuk tiga pulau baru.
"Tahap pertama dilakukan reklamasi untuk satu pulau seluas 165 ha. Lokasi reklamasi sekitar 250 meter dari Green Bay Pluit, proyek superblok seluas 12,5 ha garapan Agung Podomoro Land yang di dalamnya dilengkapi mal dan 12 menara apartemen dan kondominium. Jika Pluit Bay investasinya Rp5 triliun, proyek ini 10 kalinya," ujarnya.
Menurut Matius, nantinya rumah yang dijual mulai Rp4 miliar untuk ukuran 6x18 meter. Sementara untuk ruko dijual mulai harga Rp6,4 miliar-Rp7,5 miliar.
”Sasaran kami menengah hingga menengah ke atas. Saat ini berkisar segitu, coba puluhan tahun lagi pasti akan berkali-kali lipatnya,” imbuh dia.
Reklamasi itu bagian dari rencana pembangunan water front city yang sudah diwacanakan cukup lama. Sejauh ini, baru AGP yang sudah melakukan persiapan. Matius pun membayangkan, jika proyek ini terlaksana, Indonesia akan mengikuti jejak Singapura dan Dubai yang membangun beragam fasilitas, seperti perkantoran, hotel, resort, mal, dan apartemen di lahan hasil menguruk laut.
"Semua negara maju mengandalkan reklamasi, seperti Singapura, Dubai dan Hongkong. Ini kota masa depan," terangnya.
Jika tanpa kendala, proyek reklamasi ini akan memakan waktu cukup lama, sekitar 10 tahun. Waktu itu hanya untuk satu pulau mulai dari reklamasi hingga pembangunannya.
Pluit City sendiri secara garis besar terbagi dalam empat peruntukan: hunian, komersial, resor, life style. Di dalamnya mencakup ruko dan villa sebanyak 1.200 unit, 15.000 unit apartemen dalam 20 menara, perkantoran, hotel, perumahan, pusat belanja, taman (central park) seluas 8 ha, outdoor dan indoor plaza 6 ha.
Pembangunan Pluit City akan didukung oleh beberapa konsultan dunia seperti Martha Schwartz dan S.O.M (Skidmore,Owinngs dan Merrill) London yang merupakan konsultan bangunan kelas dunia yang sudah teruji dalam membangun kota-kota dunia bernuansa modern dan metropolitan, seperti Burj Khalifa Dubai, Changi Airport Singapura dan One Worl Trade Center, Amerika Serikat.
"Menyongsong komunitas ASEAN, kita harus punya wilayah yang diperhitungkan agar kita bisa bersaing dengan kota-kota besar dunia lainnya," pungkas Matius.
Salah satu daerah yang dibidik dan cocok untuk proyek reklamasi adalah pantai utara Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta sendiri mengisyaratkan akan ada 17 pulau buatan di kawasan Utara Jakarta, kendati belum ada keterangan resminya.
Walaupun rencana reklamasi 17 pulau buatan di kawasan Jakarta Utara belum sepenuhnya mendapat keterangan resmi, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sebagai salah satu pengembang yang ambil bagian dalam megaproyek itu akan terus melanjutkan proyek ambisiusnya yang dinamai Pluit City.
Mega proyek ini berencana menggarap pulau buatan yang dinamakan Pluit City dengan luas 160 hektare (ha) melalui anak usaha PT Muara Wisesa Samudera (MWS).
Pulau ini hanya salah satu dari tiga pulau buatan yang akan dibangun perusahaan tersebut. Nilai investasi untuk pulau pertama diproyeksikan mencapai Rp25 triliun-Rp50 triliun. Rencananya, reklamasi pulau yang dinamai Pluit City akan digarap mulai 2014.
"Awalnya, Agung Podomoro menargetkan pengerukan pasir sudah bisa terlaksana akhir 2013. Tapi belum bisa karena izin dari pemerintah provinsi DKI Jakarta belum kunjung turun. Izin prinsip dan Amdal memang sudah dikantongi dari tahun lalu, tapi kami masih harus mengajukan izin pelaksanaan reklamasi," kata Executive Marketing Direktur PT Muara Wisesa Samudera Matius Jusuf, Senin (14/7/2014) malam.
Matius berharap, izin pelaksanaan segera keluar, sehingga perusahaan bisa mulai mengeruk pasir pada tahun ini. Izin reklamasi itu sendiri, lanjutnya, sudah dirilis 20 tahun lalu oleh gubernur yang memimpin pada saat itu.
"Kami mengakuisisi izin perusahaan lain," tuturnya.
Dari 17 pulau yang direncanakan, APG mendapatkan tiga jatah pulau, sementara pulau-pulau lain dipegang oleh pengembang lain, diantaranya Intiland, Jaya Ancol, Agung Sedayu.
Menurut Matius, saat ini pihaknya tengah mematangkan konsep dan melakukan perencanaan dengan melibatkan pakar dari Belanda yang dikenal ahli di bidang polder system. Reklamasi itu akan membentuk tiga pulau baru.
"Tahap pertama dilakukan reklamasi untuk satu pulau seluas 165 ha. Lokasi reklamasi sekitar 250 meter dari Green Bay Pluit, proyek superblok seluas 12,5 ha garapan Agung Podomoro Land yang di dalamnya dilengkapi mal dan 12 menara apartemen dan kondominium. Jika Pluit Bay investasinya Rp5 triliun, proyek ini 10 kalinya," ujarnya.
Menurut Matius, nantinya rumah yang dijual mulai Rp4 miliar untuk ukuran 6x18 meter. Sementara untuk ruko dijual mulai harga Rp6,4 miliar-Rp7,5 miliar.
”Sasaran kami menengah hingga menengah ke atas. Saat ini berkisar segitu, coba puluhan tahun lagi pasti akan berkali-kali lipatnya,” imbuh dia.
Reklamasi itu bagian dari rencana pembangunan water front city yang sudah diwacanakan cukup lama. Sejauh ini, baru AGP yang sudah melakukan persiapan. Matius pun membayangkan, jika proyek ini terlaksana, Indonesia akan mengikuti jejak Singapura dan Dubai yang membangun beragam fasilitas, seperti perkantoran, hotel, resort, mal, dan apartemen di lahan hasil menguruk laut.
"Semua negara maju mengandalkan reklamasi, seperti Singapura, Dubai dan Hongkong. Ini kota masa depan," terangnya.
Jika tanpa kendala, proyek reklamasi ini akan memakan waktu cukup lama, sekitar 10 tahun. Waktu itu hanya untuk satu pulau mulai dari reklamasi hingga pembangunannya.
Pluit City sendiri secara garis besar terbagi dalam empat peruntukan: hunian, komersial, resor, life style. Di dalamnya mencakup ruko dan villa sebanyak 1.200 unit, 15.000 unit apartemen dalam 20 menara, perkantoran, hotel, perumahan, pusat belanja, taman (central park) seluas 8 ha, outdoor dan indoor plaza 6 ha.
Pembangunan Pluit City akan didukung oleh beberapa konsultan dunia seperti Martha Schwartz dan S.O.M (Skidmore,Owinngs dan Merrill) London yang merupakan konsultan bangunan kelas dunia yang sudah teruji dalam membangun kota-kota dunia bernuansa modern dan metropolitan, seperti Burj Khalifa Dubai, Changi Airport Singapura dan One Worl Trade Center, Amerika Serikat.
"Menyongsong komunitas ASEAN, kita harus punya wilayah yang diperhitungkan agar kita bisa bersaing dengan kota-kota besar dunia lainnya," pungkas Matius.
(rna)