Jembatan Comal Putus, Pengusaha Rugi Rp10 Miliar Seminggu
A
A
A
SEMARANG - Terputusnya jembatan Comal, Pemalang berdampak besar bagi para pengusaha di Jawa Tengah. Distribusi barang dari atau menuju Jateng menjadi terhambat.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengatakan, dampak putusnya jembatan Comal sangat besar bagi pengusaha. Apalagi, kata Dia, saat ini merupakan waktu yang genting dimana para pengusaha berpacu dengan waktu, untuk memenuhi kebutuhan barang baik barang industri maupun pangan.
Dia melihat, kerugian paling besar dirasakan, oleh para pengusaha yang bergerak di bidang jasa transportasi, seperti jasa pengiriman barang dan lainnya. Akibat putusnya jembatan Comal banyak kendaraan terutama truk pengangkut barang mengalami keterlambatan bahkan ada yang terhenti hingga beberapa hari, dampaknya pengusaha harus mengeluarkan biaya lebih.
Kemudian kerugian juga diderita oleh para pengusaha yang menggunakan jasa transpotasi untuk melakukan pengiriman barang. Akibat pengiriman yang terhambat para pengusaha merugi.
“Kami belum menghitung secara persis, tetapi kami perkirakan dalam sepekan ini kerugian sudah bisa mencapai Rp10 miliar,” kata Frans Kepada Koran SINDO Jateng, Kamis (24/7/2014).
Kerugian akan semakin besar seiring rencana pemerintah yang akan menutup jembatan Comal selama sebulan untuk perbaikan setelah lebaran nanti. Dengan penutupan tersebut, para pengusaha harus menggunakan jalur selatan. Itu artinya biaya transportasi bisa membengkak hingga tiga kali lipat dan waktu tempuh yang semakin lama.
”Mau tidak mau, nantinya pengusaha harus menggunakan jalur selatan yang jelas akan cukup jauh dan juga biasanya pasti akan membengkak,” katanya.
Dia mengaku kejadian tersebut memang tidak bisa menyalahkan salah satu pihak, dan mau tidak mau harus tetap dihadapi. Namun demikian paling tidak kejadian tersebut menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk secara intensif dan meningkatkan pengontrolan terhadap jembatan-jembatan yang ada di Indonesia.
Putusnya jembatan Comal juga berdampak pada penumpukan kontainer di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) pelabuhan Tanjung Emas. Dampak rusaknya jembatan Comal ada beberapa petikemas impor yang tertahan karena tidak dapat dikirim ke daerah Jawa Barat, dan Jakarta.
“Hingga saat ini sekitar 46 petikemas yg belum dapat di "Delivery" masing menunggu pulihnya kembali jembatan Comal,” kata GM TPKS Iwan Sabatini.
Di sisi lain ada beberapa peti kemas full dan empty dari Jakarta dan Cirebon yang belum bisa tiba di TPKS karena putusnya arus jalur di Comal. Ada kemungkinan beberapa barang expor yang seharusnya dimuat di Semarang menjadi dimuat di Tanjung Priok Jakarta.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengatakan, dampak putusnya jembatan Comal sangat besar bagi pengusaha. Apalagi, kata Dia, saat ini merupakan waktu yang genting dimana para pengusaha berpacu dengan waktu, untuk memenuhi kebutuhan barang baik barang industri maupun pangan.
Dia melihat, kerugian paling besar dirasakan, oleh para pengusaha yang bergerak di bidang jasa transportasi, seperti jasa pengiriman barang dan lainnya. Akibat putusnya jembatan Comal banyak kendaraan terutama truk pengangkut barang mengalami keterlambatan bahkan ada yang terhenti hingga beberapa hari, dampaknya pengusaha harus mengeluarkan biaya lebih.
Kemudian kerugian juga diderita oleh para pengusaha yang menggunakan jasa transpotasi untuk melakukan pengiriman barang. Akibat pengiriman yang terhambat para pengusaha merugi.
“Kami belum menghitung secara persis, tetapi kami perkirakan dalam sepekan ini kerugian sudah bisa mencapai Rp10 miliar,” kata Frans Kepada Koran SINDO Jateng, Kamis (24/7/2014).
Kerugian akan semakin besar seiring rencana pemerintah yang akan menutup jembatan Comal selama sebulan untuk perbaikan setelah lebaran nanti. Dengan penutupan tersebut, para pengusaha harus menggunakan jalur selatan. Itu artinya biaya transportasi bisa membengkak hingga tiga kali lipat dan waktu tempuh yang semakin lama.
”Mau tidak mau, nantinya pengusaha harus menggunakan jalur selatan yang jelas akan cukup jauh dan juga biasanya pasti akan membengkak,” katanya.
Dia mengaku kejadian tersebut memang tidak bisa menyalahkan salah satu pihak, dan mau tidak mau harus tetap dihadapi. Namun demikian paling tidak kejadian tersebut menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk secara intensif dan meningkatkan pengontrolan terhadap jembatan-jembatan yang ada di Indonesia.
Putusnya jembatan Comal juga berdampak pada penumpukan kontainer di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) pelabuhan Tanjung Emas. Dampak rusaknya jembatan Comal ada beberapa petikemas impor yang tertahan karena tidak dapat dikirim ke daerah Jawa Barat, dan Jakarta.
“Hingga saat ini sekitar 46 petikemas yg belum dapat di "Delivery" masing menunggu pulihnya kembali jembatan Comal,” kata GM TPKS Iwan Sabatini.
Di sisi lain ada beberapa peti kemas full dan empty dari Jakarta dan Cirebon yang belum bisa tiba di TPKS karena putusnya arus jalur di Comal. Ada kemungkinan beberapa barang expor yang seharusnya dimuat di Semarang menjadi dimuat di Tanjung Priok Jakarta.
(gpr)